Aku bosan dengan hidup, aku tak memiliki apapun dan siapapun sekarang.
Mengapa sebodoh itu? Aku mengerti bagaimana ayahku bertahan hidup.
Wanita itu berbuat semau dirinya sendiri.
Kasihan ayah yang harus terlilit hutang dan menggali lubang tutup lubang.
Aku tak habis pikir, wanita jahannam seperti itu merusak pikiran ayahku!
Tak akan kubiarkan....Ia membuat ayah jatuh sakit. Aku akan menuntut balas.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Di kejauhan, Hyunbin menyaksikan gadis tengah frustrasi dengan dirinya sendiri.
HYUNBIN'S POV
Dia menangis?
Tidak!
Dia tabah, sehingga kedua matanya mengasihi dia.
Beberapa kali, Hyunbin mengarahkan kamera yang menangkap sosok wanita gelisah karena banyak pikiran.
Kamera membidik ekspresi yang sangat natural hingga wanita itu menyadari seseorang tengah memotretnya.
Hyunbin spontan mengarahkan ke penjuru lain, seolah berpura-pura mengambil objek lain.
Ia mengira Yejin tak menyadari kepura-puraan Hyunbin.
"Apakah selain menjadi guru, profesi sampinganmu menjadi penguntit?"
Hyunbin menoleh ke kanan-kiri, memastikan orang yang dimaksud selain dirinya.
"Siapa yang kau maksud?"
"Tak usah berpura-pura seperti orang tak tahu apa-apa. Kau dibayar berapa untuk menguntitku?"
"Aku makin tak mengerti jalan pikiranmu, nona. Sepertinya, kau salah paham kalau aku menguntitmu. Lagipula, kurang kerjaan sekali aku menguntitmu selayaknya kau orang terpopuler."
Yejin penasaran alasan pemuda itu berada di tempat yang sama ia pijaki.
"Jadi, maksudmu semua ini hanya kebetulan?"
"Bisa juga takdir... "
" Ternyata dunia tak seluas yang kukira. Bagaimana cara melihat dunia kalau sudah bicara tentang takdir?"
"Setiap orang memiliki kacamata masing-masing. Namun, aku merasa telah beruntung bertemu dengan seseorang yang kuanggap sebagai takdirku."
"Hanya karena kita bertemu sesaat, kau mau bilang aku takdirmu. Bagaimana dengan orang lain diluar sana yang sering kau temui? Apakah kau mengatakan hal yang sama?"
"Itu juga bagian dari takdir. Namun, kau adalah takdir dari sekian penantian panjang."
"Dengan kata lain, sebenarnya kau pengagum yang tengah meromantisasi pertemuan singkat yang kupikir hanya kebetulan."