7. ⓒⓗⓐⓝⓒⓔ

Depuis le début
                                    

Otot-otot tubuh yang menegang semenjak kesadarannya kembali seakan luruh. Tergantikan rasa nyaman dan memabukkan yang khas. Rasa mabuk karena Tetsuroo.

Amarah yang sebelumnya berkecamuk ikut meluruh. Tergantikan rasa rindu yang tak kunjung terpenuhi hampir dua minggu lamanya. 'Dan kini kau di sini, menemuiku yang notabene tak pernah kau pedulikan. Pun kau yang mendengar perkataanku yang tak pernah kau gubris... Tak bisa aku memarahimu sekalipun aku ingin.'

Air matanya menitik. Lagi dan lagi, seakan tak habis maupun berkurang setelah bermalam-malam ia habiskan dengan cara yang sama. 'Tetsuroo, bagaimana caraku untuk membuatmu jatuh padaku seperti aku yang selalu kau buat jatuh?'

G R E B ! Pergelangan tangan besar Tetsuroo menghentikan aksi mengelus yang [Name] lakukan. Wanita itu sedikit tersentak, sontak menghadap sang suami. Tetsuroo menatap tajam ke manik [e/c] yang telah menemaninya dua tahun belakangan.

Kesal. Elusan itu bagai candu. Tak bisa ia biarkan harga dirinya direndahkan oleh seseorang yang selalu ia rendahkan. Ia akan terus mengingkan elusan yang serupa.

Tepat ketika ia mulai bicara, ada sesuatu yang menarik hatinya. Satu pesan tersampaikan dalam tatapan [Name]. Menghentikan paksa segala kata-kata kasar yang mungkin akan ia lontarkan di hadapan wanita hamil satu ini. Hingga 'itu' kembali terjadi. Sesuatu berdesir dalam dada Tetsuroo. Sesuatu mengganggunya, tanpa ia ketahui apa itu.

Tapi pertemuan singkatnya dengan sang istri terus membawa dampak buruk dalam pekerjaannya.

🥀

W

aktu berlalu. Tetsuroo pulang dan bekerja. Sementara ia tetap di ranjang, menatap dinding, pintu, jam, dan kembali ke dinding. Seharian ini tak ada yang ia lakukan. Keluar mencari udara segar pun enggan. Hingga malam telah menjemput, bersama kantuk kemudiannya.

Selama beberapa jam ia terlelap. Tidur awal membuat bangunnya juga awal. Pukul dua dini hari. Jam kepulangan Tetsuroo dalam dua minggu terakhir.

'Jika aku menelponnya, apa dia akan menjawab? Apa dia akan memberitahu yang sebenarnya padaku?' Keraguan dalam hati tak dapat ia enyahkan. Tetsuroo yang selalu menjaga jarak dengannya, kecuali untuk pemenuhan kebutuhan biologis, sangat besar kemungkinannya tak akan menjawab telepon sebanyak apapun ia mencoba.

Tapi, kerindunannya membuncah. Rasa tertekan itu tak akan baik baginya maupun calon buah hatinya.

'Aku tak akan tahu jika tak mencoba!'

Dengan tekad bulat [Name] menelpon sang suami. Ia hanya berharap, telponnya diangkat dan tidak mengganggu apapun yang tengah suaminya lakukan.

Nada sambungan telepon berbunyi beberapa kali, hingga ia berakhir ketika Tetsuroo mengangkatnya. Binar di mata [Name] tampak. Setengah tak percaya dengan semua ini.

"T--tetsu!?" panggilnya memastikan.

Tak ada jawabn yang ia dengar. Hanya ada suara napas yang terengah-engah. Tarikan napas yang pendek serta suara berisik seperti gesekan kain.

"Halo? Kau di sana Tetsuroo? Kenapa suara napasmu begitu?" tanyanya kemudian.

Tak lama Tetsuroo menjawab, jawaban yang membuat [Name] kembali mengurungkan niat.

"Ngghh... Ahnnn... Ahh~" Lenguhan-lenguhan kenikmatan itu melewati sambungan telepon.

[Name] terkejut bukan main. Desahan-desahan itu terdengar begitu memikat. Permainan yang panas tengah berlangsung, dan ia menginterupsinya. "Ka--kau sedang bersama seseorang?"

🥀

Kediaman Kuroo kini lengang. Salah seorang penghuni singgah di rumah sakit untuk sementara. Sang tuan rumah duduk menghadap laptop, mencermati setiap grafik-grafik administrasi perusahaan yang telah ayahnya rintis sejak masa mudanya.

'Akhir-akhir ini proyek diselesaikan dengan terlambat, cuaca yang berubah-ubah sepertinya jadi kendala. Kuharap ini cepat berlalu, agar aku tak sendirian lagi di rumah.' Ia gulir dokumen ke lembar berikutnya.

Seketika ia tersentak, terkejut dengan apa yang baru saja ia pikirkan. 'Ah, kenapa jadi masalah aku di rumah sendirian? Pokoknya semoga saja dia baik-baik saja. Tidak terjatuh atau sebagainya. Atau kandungannya akan kena masalah nanti.'

B R A K ! Gebarakan meja terdengar tepat setelah ia menyelesaikan pemikirannya barusan. Tangannya memerah setelah memukul meja tanpa pikir panjang.

B R U K ! Ia jatuhkan tubuhnya di atas kursi kerja. Memijat lembut pangkal hidung, sesekali berpindah ke pelipis dengan desahan lelah. Dapat dirasa degupan yang lebih kencang, lebih cepat dari biasanya. Saat ia melempar pandang ke jam dinding, ini sudah lewat dari tengah malam.

Lewat selintas dalam benak, tatapan yang sama dengan yang wanita itu berikan padanya pagi lepas. Tatapan yang menginginkannya secara utuh.

Ponselnya bergetar di atas meja. Memancarkan cahaya beserta satu nama di dalamnya. Sebuah panggilan di tengah malam. Bertitel '[Lastname]'.

Tanpa ragu Tetsuroo menggeser kursor untuk menerima panggilan itu. Bibirnya terkatup beberapa lama. "Kau... Ada apa?"

"Halo? Kau di sana Tetsuroo? Mm... Tak ada apa apa sebenarnya..."  Seseorang diujung telepon menyembunyikan kebahagiaannya, karena sang suami menjawab panggilan teleponnya.

"Souka... Obatmu minum. Istirahat saja, supaya bisa cepat pulang...." ujar Tetsuroo dengan nada yang tak bisa dibilang lembut, namun tidak pula kasar.

"M--Mm... Je--Jemput aku saat hari kepulanganku, Tetsuroo." Lirihannya ditangkap dengan baik oleh Tetsuroo, terdengar malu malu, hanya karena perhatian kecil tadi.

Lelaki itu berdeham pelan, menekan tombol merah pada ponsel dan mengakhiri percakapan singkat malam itu.

Senyum di wajahnya belum jua pudar. Kebagiaannya terasa lebih sempurna. [Name] menarik selimut, sebelum berjumpa dengan sang kekasih dalam bunga tidur.

Tetsuroo termenung. Sekali lagi ia teringat dengan kata-kata yang Kenma ucapkan. Tentang dirinya yang mengabaikan satu anugerah terbesar dari Tuhan. Cinta dan ketulusan seseorang yang tak senilai dengan apapun. Sebesar apapun digit yang ia berikan, tak mampu untuk membayarnya.

'[Name], salahku adalah mengabaikan cinta yang datang padaku. Dan salahmu adalah tetap memberikan cinta pada lelaki sepertiku. Kita berdua salah. Namun kesalahan ini dapatkah aku memperbaikinya?'

Dengan begitu, tak lantas semua menjadi mudah.

🥀


[200216]

A.N

Aloha, moga ada yang mau baca bacotan singkat alya ya :( Untuk judul chapter ini mungkin kalian heran kenapa angka "7"nya gak dibunderin. Bikos fontnya gabisa. Aku juga heran loh :" aku coba beberapa kali tetep gabisa. Gabisa di angka 7 dan 9 :( yg laennya mau dahal :( Kayak gini nih:

①②③④⑤⑥7⑧9⓪

Dah sih gitu aja.

Btw maaf ya updatenya telattttt bangettttttttt. Semoga kalian menikmati chapter ini >•<

🥀

Tertanda

Alyhani

Shitty Black | Kuroo TetsurooOù les histoires vivent. Découvrez maintenant