[ 14 ] Anticlimax

12.4K 868 19
                                    

"Bunda?"

"Kinan?"

Ada apa ini? batin Kinen bingung.

Mama-nya dan Kinanti saling mengenal? Ini adalah informasi yang baru untuknya.

Tapi sebentar, Kinanti tadi memanggil Mama-nya dengan sebutan Bunda? Apa Kinen tidak salah dengar?

Ia melayangkan lagi pandangannya secara bergantian kepada kedua wanita terisitimewa di hidupnya. Kinanti dan Margareth.

Keduanya masih membisu dalam diam. Pancaran mata kelabu dan cokelat itu saling bertemu, berucap dalam hening dengan kilat rindu yang meluap.

"Bunda..." panggil Kinanti lagi. Margareth melayangkan sesungging senyuman yang penuh kelembutan pada Kinan sambil membuka lebar kedua tangannya. Kinan menghambur memeluk Margareth penuh rindu. Sedangkan Kinen hanya mampu berdiri di sana, terpaku dalam diam dengan berjuta tanya di angannya.

Sebenarnya apa hubungan keduanya?

Kalau Kinan memanggil ibunya dengan sebutan 'Bunda', apa itu berarti... Kinan saudaranya?

Tapi, bagaimana mungkin?

Sebentar, Margareth telah menghilang selama lima belas tahun sebelum memunculkan diri di hadapan Kinen, bisa saja ia mempunyai anak lagi dalam kurun waktu tersebut yang tidak diketahui Kinen. Jadi... ada kemungkinan Kinan bisa jadi adik Kinen...

Adik... yang ia cintai?

Lelucon macam apa ini? Dan kalau ini adalah sebuah acara penjebakkan, Kinen akui ini adalah jebakan terkonyol yang mampu menjungkirbalikkan perasaannya.

Kedua wanita itu masih saling berpelukkan sambil terisak haru. Kerinduan tampak jelas dari mata keduanya.

"Se--sebenarnya... ada apa ini...?" Lirih Kinen setelah mampu bersuara.

Kinanti dan Margareth serempak menoleh, seakan baru menyadari kehadiran sosok lain di antara mereka.

Kinanti memandang Margareth dengan senyum penuh makna. Begitu pun Margareth membalas Kinanti dengan senyum yang sama.

Kinen makin tak mengerti. Bagaimana Kinanti bisa tersenyum kalau ada kemungkinan bahwa mereka berdua bersaudara? Setelah semua pengakuan dan pernyataan cintanya tadi? Apa Kinanti berniat bermain-main dengan perasaannya?

Tidak.

Kinanti bukan gadis seperti itu. Pasti ada sesuatu di balik hubungan keduanya. Kinen berusaha meneguhkan diri sendiri.

"Kinen... apa Ibu Margaretha ini Mama-mu?" Tanya Kinanti menatap lurus ke mata Kinen dengan sebuah sunggingan senyum di wajahnya.

Kinen hanya mampu mengangguk.

"Ibu Margaretha adalah Bunda-ku. Bunda Aretha. Salah satu ibu asuh di panti yang menampungku dan Arti dulu." Ia menoleh pada Margareth dan keduanya saling melempar senyum.

Kinen terbengong pada posisinya. Berusaha mencerna informasi yang baru ia terima.

Mama-nya adalah Bunda Aretha-nya Kinanti yang menjadi ibu asuhnya di panti asuhan dulu.

Kesimpulan itu yang berhasil ia tarik.

Dengan kata lain...

Dengan kata lain...

"Kalau begitu kita bukan saudara, dong?" Kinen menyuarakan pemikirannya.

Kinanti dan Margareth saling berpandangan sebelum keduanya pecah dalam paduan suara tawa.

Write Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang