[ 11 ] Q-Time

16.1K 954 20
                                    

Sebuah sunggingan senyum tak luput dari wajah tampan Kinen. Ia melirik lagi ke sepasang tangannya yang sudah tak terbalut perban lagi, hanya tampak bercak kemerahan dengan kulit baru yang menggantikan posisi kulit lama yang telah melepuh akibat ulah Kinanti.

"Kenapa kamu senyum-senyum seperti orang bodoh gitu?" Tembak Kinanti sarkastik.

Kinen melirik wanita yang tengah duduk di kursi ruang kerjanya itu.

"Aku senang aja, sebentar lagi aku bisa mulai ngetik ceritaku lagi," jawab pria itu sambil memandang sepasang tangannya lagi.

Gurat luka mengambang di wajah gadis cantik itu.

"Jadi, sebentar lagi... kamu tidak memerlukan aku lagi..." lirih gadis itu pelan namun masih dapat ditangkap oleh telinga Kinen. Kinen segera menoleh cepat ke gadis itu, menangkap kesedihan dan kekecewaan yang terpancar di wajah itu.

"Siapa bilang aku tidak membutuhkanmu? Aku membutuhkanmu..." Kinanti melirik cepat ke pria itu.

Kinen terkejut ditatap oleh mata cokelat itu, ia menoleh ke arah lain, membuang wajahnya dari hadapan mata cokelat yang menelisik itu.

"Bu--bukankah aku sudah berjanji akan terus mempekerjakanmu sampai kamu mendapat pekerjaan pengganti?"

Kinanti tersenyum miris, sedikit kecewa dengan jawaban Kinen.

Ya, benar, hanya sampai mendapatkan pekerjaan pengganti. Apa dia masih membutuhkan sepasang tangan ini lagi ketika ia sudah sembuh?

"Hey, bagaimana dengan pengajuan beasiswamu ke Juiliard? Apakah mereka menerimanya?" Kinen mengalihkan topik pembicaraan.

Kinanti tersentak sesaat kemudian menyunggingkan senyum tipis.

"Seorang perwakilan dari Juiliard menghubungiku kemarin dan mengatakan kalau mereka akan mempertimbangkan pengajuanku. Mereka ingin melihat penampilanku dulu," jawabnya.

"Kalau begitu baguslah."

"Tapi..."

"Tapi apa?"

"Hmm... aku--aku khawatir pada Kartini ketika aku benar-benar diterima di sana. Maksudku... bukannya aku yakin seratus persen bahwa aku akan diterima, aku hanya berandai-andai saja. Maksudku--"

"Kartini akan berada dalam tanggung jawabku," putus Kinen menjawab semua keraguan Kinanti.

Kinanti terperangah mendengar jawaban Kinen.

Kinen tiba-tiba bangkit berdiri dan menutup Starlet yang ada dalam kendali Kinanti tiba-tiba.

"Hey, ayo kita jalan-jalan," ajaknya dengan sebuah senyum cerah.

Kinanti mengernyitkan keningnya.

"Jalan-jalan kemana?" Tanyanya bingung.

Dan pertanyaannya hanya terjawab oleh sebuah senyuman di wajah Kinen.

~o0o~

Mereka menyusuri jalan setapak. Kinanti mendengus sedikit kesal. Ia mengira kalau Kinen akan membawanya berjalan-jalan di tempat yang WOW atau spesial pada awalnya, tapi ternyata semua praduganya benar-benar salah, sepenuhnya.

Yang dimaksud Kinen dengan 'jalan-jalan' adalah benar-benar 'jalan-jalan'. Mereka hanya berjalan tak tentu arah di sekitar jalan setapak di jalanan sepanjang gedung apartemen Kinen saja. Benar-benar menyebalkan dan tidak romantis!

"Inikah yang kamu maksud dengan jalan-jalan?" Dengus Kinanti dengan nada mengejek.

Senyum puas ditunjukkan oleh Kinen.

Write Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang