𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐕𝐈𝐈𝐈

30K 5.3K 768
                                    

Keberadaan Victoria di manor membuat keadaan kastil lebih hidup. Ya, Victoria von Schanderz dan pegawai-pegawainya akan tinggal di salah satu paviliun yang ada di kastil hingga mereka selesai mengerjakan gaun Elaine. Elaine justru senang mendapatkan teman berbicara yang menyenangkan, karena Victoria adalah tipikal perempuan yang mudah bergaul Dia bahkan melepaskan formalitas dan berbicara dengan Elaine secara kasual. Elaine sendiri merasa tidak keberatan. Sudah lama ia tidak berbicara sesantai itu dengan seseorang.

"Kamu tahu? Terkadang klien-klienku tidak semenyenangkan itu. Mereka menginginkan gaun-gaun mahal, dalam waktu yang singkat, dan nilai yang rendah," Victoria memutar bola matanya, kesal. Perempuan itu lalu menyesap tehnya perlahan.

"Bukankah itu kemauan seluruh perempuan untuk mendapatkan gaun yang sempurna? Meskipun ya, mungkin, mereka memiliki uang yang terbatas?"

Kedua perempuan itu sedang menikmati afternoon tea mereka di ruang makan outdoor di lantai ketiga sisi barat daya kastil sembari berbincang ringan. Elaine baru saja pulang setelah menghadiri jamuan makan siang di rumah seorang Count yang merupakan salah satu kolega Jeffrey. Dan ia memilih menghabiskan sisa siangnya bersama Victoria. Bisa ditebak, mereka membicarakan pengalaman Victoria menjadi seorang perancang busana.

"Meski begitu, seharusnya mereka tahu diri. Jasaku tidak murah. Aku tidak masalah jika mereka memberikan harga yang sepadan. Terkadang, mereka mamberiku harga yang bahkan tidak cukup untuk membeli bahan-bahan yang mereka mau. Benar-benar menyebalkan."

Elaine tertawa kecil. Ia mendadak merasa iri kepada Victoria. Gadis itu terlihat begitu lepas, dan bebas. Seperti tidak ada yang menahannya.

"Kamu pasti benar-benar mencintai pekerjaanmu."

Victoria menatap Elaine dengan tatapan penuh makna.

"Ya. Sangat. Mempercantik seseorang melalui apa yang mereka kenakan selalu membuatku bahagia. Kamu bisa mencari alasan untuk menjadi seperti itu, Elaine."

Elaine menyesap tehnya, lalu memiringkan kepalanya.

"Entahlah, aku tidak yakin. Tapi dengan keadaanku sekarang, aku cukup bahagia. Oh ya, bagaimana awal pertemuanmu dengan Mayor?"

Victoria menautkan kedua tangannya, dan dirinya tersenyum lebar.

"Ayahku hampir menjodohkanku dengannya."

Elaine terpana. Hal itu membuat Victoria tertawa.

"Tidak, tidak. Aku tidak menerimanya. Aku tidak tertarik dengan Mayor secara pribadi, dan aku juga tidak memiliki keinginan untuk menikah, entahlah. Meskipun aku harus menikahi bangsawan lain untuk mempertahankan titleku, tapi aku merasa tidak ingin. Saat aku mengenal Mayor, ia justru mendukung seluruh keputusanku. Ia sangat banyak membantu. Bahkan aku mendapat persetujuan dari Raja untuk mewarisi kebangsawanan keluargaku, dan secara resmi menjadi penerus keluarga Schanderz. Dan aku memilih menjadi pebisnis saja, menikmati hidupku."

Elaine merasakan sebagian dirinya merasa tenang, dan sebagian lain dari dirinya semakin menggebu. Sepertinya menyenangkan untuk hidup berlandaskan mimpi yang menjadi kenyataan. Namun Elaine tersenyum. Hidupnya yang sekarang memang jauh lebih baik. Ia memiliki rumah, tunjangan setiap bulan yang jumlahnya setara dengan gaji seseorang selama satu tahun, pakaian, perhiasan, dan.... orang-orang baik yang mengelilinginya.

"Kamu memang terlihat begitu ambisius. Aku mengagumi sisi dirimu yang itu," Elaine memuji Victoria dengan tulus.

Victoria tersenyum, sebelah tangannya menggenggam tangan Elaine.

"Elaine, percayalah. Kamu akan menemukan kebahagiaan itu. Oh ya, gaunmu hampir selesai. Apa kamu ingin mencobanya?"

Elaine membelalakkan matanya.

The MajorWhere stories live. Discover now