"Apa?"

"Cium pipi."

"Dih, males! Itu namanya mencari kesempatan di dalam kesempitan!"

"Lah, gue bapak lo! Normal kali anak perempuan cium pipi bapaknya!"

"Males."

"Yaudah."

"Yaudah."

Jef rada kecewa karena Sashi langsung menyerah begitu saja. Dia mendengus, lantas ganti posisi berbaring hingga jadi menyamping dan memunggungi Sashi. Jef juga menarik selimut sampai menutupi kepalanya, kemudian memeluk guling erat-erat sembari cemberut.

"Ck, pake ngambek segala." Sashi berdecak, namun malah teringat pada sesuatu yang lain. "Oh ya, Dad, aku punya info soal Tante Jennie."

Jef memejamkan mata, mencoba kembali tidur. "Nggak tertarik."

"Ini ada hubungannya sama Om Theo."

Mata Jef terbuka lagi dalam hitungan sepersekian detik. Dia bersyukur, posisinya sekarang sedang berbaring memunggungi Sashi dengan selimut menutupi kepalanya, jadi anak itu tidak bisa menyaksikan bagaimana ekspresi wajahnya berubah seratus delapan puluh derajat dalam waktu yang demikian singkat.

"Masih nggak tertarik?"

"Nggak." Jef membalas cuek, meski dari airmukanya, tampak sekali dia sedang memasang telinga baik-baik.

"Tante Jennie nggak ada niat balikan sama Om Theo. Mereka cuma kerja sama, katanya sih mau bikin restoran. Om Theo jadi investor dan Tante Jennie yang ngurusin masalah makanan. Tante Jennie kan udah resign, Dad. Terus katanya dia nggak bakat jadi youtuber. Makanya jadi bikin bisnis bareng sama Om Theo."

Jef agak lega.

"Tapi aku nggak tahu Om Theo ada niat balikan apa nggak sama Tante Jennie. Habisnya aku nggak kenal, jadi belum nanya."

Jef batal lega.

"Tapi sekedar saran aja ya, Dad. Aku nggak tahu kenapa Daddy Jeffrey dan Mami nggak bisa bareng-bareng, juga nggak paham kenapa kalian mesti berjalan sendiri-sendiri. Mungkin karena kalian nggak saling komunikasi, atau karena aku hadir di saat yang nggak tepat. Seandainya alasannya yang kedua, aku minta maaf." Sashi berdeham, merasa aneh karena atmosfer dalam ruangan serasa menebal signifikan secara tiba-tiba. "But to know that in the end, both of you still have feelings for each other, won't it be too hurtful to happen twice?"

Jef membisu, tidak mampu berkata-kata.

"Yaudah kalau Dad nggak mau sarapan. Tapi nanti waktu dinner, tetap harus dinner bareng-bareng." Sashi berniat keluar dari kamar, namun suara Jef yang terdengar tiba-tiba membuatnya berhenti sejenak.

"Kalau gue diberi pilihan mengulang hidup gue, gue akan tetap memilih punya lo sebagai anak gue." Jef menghela napas, sengaja tidak berbalik karena dia akan jadi terlalu melankolis jika dia sampai bertatap muka langsung dengan Sashi. "Jadi semua yang terjadi itu murni salah gue, bukan lo."

Pendingin udara kamar Jef membuat suhu ruangan jadi sejuk, tapi anehnya, kata-kata Jef justru membuat justru mengaliri sekujur tubuh Sashi, seakan-akan dia sedang berdiri di dekat api unggun.

*

*

Ουπς! Αυτή η εικόνα δεν ακολουθεί τους κανόνες περιεχομένου. Για να συνεχίσεις με την δημοσίευση, παρακαλώ αφαίρεσε την ή ανέβασε διαφορετική εικόνα.
Daddy's Day OutΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα