⑥. ⓤⓝⓔⓐⓢⓨ

Start from the beginning
                                    

🥀

Shiraishi mundur. Dia merasa tak memiliki wajah di hadapan Tetsuroo. Ia undur diri, sekaligus menyampaikan ijin cuti untuk dua hari ke depan. Tetsuroo mengijinkannya, toh, posisi wanita itu akan segera tergantikan oleh orang lain.

Ia tak butuh wanita jalang dalam membangun perusahaannya.

Lelaki itu duduk menghadap monitor, lagi. Memeriksa beberapa dokumen sebelum menyadari malam telah mencapai dua pertiganya. Pukul dua malam, sedikit ia berbenah sebelum meninggalkan ruang kerja.

Dikemudikannya mobil sedan mewah memecah keheningan malam. Jalanan Tokyo yang gemerlap kapanpun itu, lumayan sepi malam ini. Rasa kantuknya pun sudah datang, setelah ia menahannya dengan tiga kopi kaleng.

Di sana ia berandai, makan malam apa yang telah tersaji untuknya? Ekspresi macam apa yang akan ia lihat dari wajah istrinya? Dan apakah semua ini akan menimbulkan kesalahpadaham dalam hati [Name], tentang dirinya yang selalu pulang larut?

Seketika ia menggelengkan kepala. Membuka mata lebar-lebar, menghadapi jalan tol yang lurus dan mulus. 'Apa yang salah denganku? Kenapa hari ini aku kepikiran [Name] terus? Apa terjadi sesuatu?'

Intuisinya tidaklah salah.

Bercak kecoklatan ia dapati setelah turun dari mobilnya. Saat ia dorong pintu utama, itu berderit pelan, tak terkunci dengan suasana yang begitu sunyi. Jejak kecoklatan itu masih berlanjut, hingga Tetsuroo menemukan genangan besar yang telah mengering di dekat tangga. Saat Tetsuroo mendongak pun, jejak itu masih berlanjut.

"Apa-apaan ini?" Dalam hatinya terasa rasa takut yang begitu besar. Segala pikiran buruk menyergapnya tanpa ampun.

Tak lama derap langkah terdengar. Menggema di sesisi ruang, napas yang terengah-engah pun memenuhi udara. "Kau tahu itu apa, kan?" Seseorang tiba-tiba bersuara. Seorang lelaki dalam balutan jaket tebalnya.

Tetsuroo menoleh seketika. Manik jelaganya membelalak, dengan pupil mengecil, seakan ia tahu apa yang baru saja terjadi.

"Istrimu mengalami pendarahan." Satu fakta lelaki itu ucapkan, membuat Tetsuroo terkejut bukan main. "Ia terjatuh dari tangga. Lantas kembali ke kamarnya untuk menelponmu." Kegeraman amat kentara dalam bicaranya. Tangannya pun mengepal, membentuk sebuah bogem yang begitu kuat dengan tulang-tulang kecilnya.

Kenma melangkah lebih dekat ke arah Tetsuroo. B U A K ! Satu bogem mentah ia lepaskan, menyisakan jejak kemerahan di pipi kawannya. Tak henti di situ, ia memberi pukulan di sisi wajah yang berbeda, di perutnya, di pinggulnya. Di mana pun. Di mana pun untuk melampiaskan rasa kesal dan rasa kecewanya.

Tetsuroo tak membalas. Kalut dalam rasa takutnya.

"Bisa-bisanya kau mengabaikan istrimu!" Kenma berteriak, belum berhenti memukuli Tetsuroo, meski ia kelelahan setelah ngebut habis-habisan di jalan raya dari rumah sakit. "Istrimu hamil pun kau tak tahu! Lelaki macam apa kau!"

Kenma meraih kerah Tetsuroo, memaksa lelaki itu menatap netra keemasan yang dilanda amarah. "Kau anggap apa dia!? Budak sexmu!? Wanita yang kau rasa pantas untuk menanggung semua rasa sakit!? Wanita yang kau tahu akan selalu bersabar menghadapi emosi dan keegoisanmu!? Apa hah!? Kau memperlakukannya seperti sampah, Tetsu Goblok!"

Tetsuroo bergeming. Manik jelaganya bergetar, tanpa emosi, kosong melompong. Rasa bersalah menghujani diri. Namun itu tak berarti apa-apa. Fakta [Name] terjatuh dan terluka, keselamatan bayi dalam kandungannya pun dipertaruhkan. Semua itu tak akan berubah hanya dengan penyesalan.

Tetsuroo duduk menunduk, masih dengan tatapan kosongnya yang mengerikan.

Kenma juga jatuh terduduk. Membiarkan rambut-rambutnya jatuh menutupi wajah. "Apa yang membuatmu tega menyakiti wanita sebaik [Name]?" Pertanyaan itu tak terbalas.

Shitty Black | Kuroo TetsurooWhere stories live. Discover now