Rasa Satu Pihak

44 0 0
                                    

Sesungguhnya, hal yang paling kubenci adalah makan malam. Bukan berarti aku benci makanan, tapi ketika notifikasi darimu muncul di layar perihal makan malam di sebuah restaurant ala prancis.

'Malam ini, di Socialite. Pukul 07:00 malam'

Jujur saja, aku sangat enggan beranjak dari kasur hanya untuk pergi ke sebuah makan malam. Sebenarnya, tidak ada masalah dengan makan malam bersamamu. Hanya saja, aku tahu, aku bukan satu-satunya pria yang akan hadir menemanimu. Melainkan, Gerry , pria tulen yang kamu puja-puja itu juga akan datang. Aku masih tidak mengerti dengan filosofi 'garpu' yang kamu ujarkan kepadaku tempo waktu. Karena terdengar sangat egois.

Dengan sedikit paksaan dari tubuhku, aku beranjak dari kasur, berganti pakaian, dan memesan kendaraan untuk segera pergi. Aku tentu sudah mendengar kabar soal pernikahan mu dengan Gerry. Tanggapanku? ya, tentu saja terdengar sangat brengsek. Apalagi perihal ajakanmu untuk tingga bersama, bertiga pula. Keinginanmu agar kita bahagia bagai garpu 3 kaki terdengar sangat egois. Kamu mencintaiku, lalu mencintai dia, lalu tidak ingin kehilangan keduanya. Entah Gerry sudah mahfum tentang ini atau belum, aku tidak peduli.

'Tapi, cinta memang egois.'

Hasratmu yang egois, Rina. Hasratmu terhadap cinta yang membawamu kedalam jurang ke egoisan. 

Sepanjang perjalanan, aku sudah memikirkan apa yang akan aku katakan. Kurancang baik-baik di dalam otak tentang hal yang akan kulakukan dan hal yang akan aku ucapkan. Urusan semuanya akan dicerna baik-baik atau tidak, itu urusan nanti.

Lagipula, tidak pernah ada orang yang ingin dicintai seperti itu. Toh, aku terlanjur bodoh perihal urusan cinta. Kalau dia egois mencintai dua orang sekaligus, harusnya aku juga boleh egois kalau memang tidak masalah dicintai seperti itu.

"Aciel!" 

Melihat Rina melambaikan tangan di tempat ia duduk, aku segera menghampirinya. 

Tentu saja, senang bercampur kesal mengetahui Gerry sudah duduk di sebelahnya. Wajar kan jika aku kesal? bagaimana seorang Rina bisa mencintai seseorang yang baru dia temui, sementara aku dengan dia sudah bersama sejak 2 tahun lalu.

"Ciel, ini Gerry, tunanganku"

"Halo, aku Gerry." Senyumnya, sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman.

"Aku Aciel" Balasku datar.

Bagaimana bisa dia memperkenalkan Gerry dengan bangga dan terang-terangan menyebutnya 'Tunangannya' di depan seorang pria yang mencintamu 2 tahun, Rina. 

"Jadi, ada apa mengundangku kemari?" Tanyaku kecut.

" Tentu saja soal pernikahan kita, Ciel. Aku sudah memutuskan dan kau akan tinggal bersama kami. Aku sudah mendiskusikannya dengan Gerry dan dia setuju. Ya kan Gerry?"

Gerry mengangguk.

Bagaimana bisa Gerry juga sebodoh itu.

"Jadi kamu akan menikah dengan seseorang yang kau baru cintai ini?"  Aku tersenyum kecut.

"Ini bukan soal waktu, Ciel. Ini soal kebutuhan"

"Jadi, kau butuh 2 cinta? dan kau ingin serakah, begitu?"

"Kalau iya, Bagaimana? salahku? memang itu kok yang aku butuh."

Aku terdiam.

Aneh rasanya ketika kau meminta kami hidup seperti garpu berkaki tiga.

Ketika kamu mencintaiku, namun kau butuh dia pula.

Aku tetap berusaha bersikap tenang, karena emosi bisa menghancurkan daya pikirku.

Aku sudah memberikan semua yang aku punya. Aku memberikan duniaku. Namun, ternyata semua yang aku miliki bukan sesuatu yang kamu mau. Dan egoisnya kamu tidak ingin kehilanganku juga.

"Kalau begitu, aku yang berhenti" kataku

"Berhenti?"

"Berhenti mencintaimu"

Rina terdiam. Kurasa aku cukup berani untuk mengatakan hal seperti itu.

"Tapi aku juga mencintaimu, Ciel"

"Tapi jangan mencintai dua orang, Rina. Itu egois."

"Cinta kan memang egois, Ciel. Kukira kita sudah setuju soal ini"

"Aku berubah pikiran."

"Tapi, aku mencintai kalian berdua"

"Pilih, dia atau aku, Rina"

Rina terdiam.

Pilih, aku atau dia. Aku tahu ini tidak semudah itu, tapi tidak bagimu. Ini bukan soal memilih sunrise atau sunset, Coke atau Pepsi, hitam atau putih. Tapi, soal memilih seseorang yang memberikan dunianya, atau seseorang yang memberikan apa yang kau butuh.

"Tapi, aku terlanjur mencintai kalian berdua" Balas Rina.

"Kalau gitu, aku yang pergi"

Hening.

"Aku tidak sebodoh itu untuk mencintai seseorang perempuan yang sedang bersama pria lain." Lanjutku.

"Tapi, kau egois! karena lebih memilih pergi" Balas Rina.

"Cinta kan memang egois. Dan kamu yang egois" Celetukku.

Mungkin, di dunia ini, semua orang termasuk kamu dan aku, akan lebih indah jika kita boleh menikahi bantal-bantal yang menyangga kepala kita, menjauhkan setan dari mimpi, mengamini doa-doa, menyerap tumpahan kopi, remahan biskuit. Namun, apa dunia memperbolehkan kita mencintai sesuatu yang bukan berasal dari kita? 

"Setelah kamu bertemu Gerry, apa yang memang kau lakukan untukku? tidak ada, Rina"

Hening.

"Kamu lebih memilih bersamanya meski terlanjur mencintaiku, karena dia yang kau butuh. Aromanya, karsanya, segalanya. Sementara aku menggigil. Bahkan kamu tidak memeriksa keadaanku seperti biasa. Kamu pergi meski ragamu disini, jiwamu entah kemana."

Aku beranjak pergi. Melewati puluhan meja makan malam. Namun, hanya mejaku yang terkutuk. Inilah salah satu alasan aku membenci makan malam bersamamu. satu langkah setelah aku pergi dari pintu, Rina menghadang.

"Aku tidak bisa mencintai juga bila tanpamu, Ciel"

"Aku tidak pernah merasa kamu mencintaiku, Rina. Pernah kamu benar-benar mencintaiku tanpa egois sekalipun meskipun cinta itu egois? hanya aku yang cinta. Rasa satu pihak"

Aku pergi, dibalik gelapnya malam. Meninggalkan kenangan, luka, dan dia yang sedang bersama pria kesayangannya, Gerry. Dalam langkah yang kian ku derap, tentu saja.

Aku menangis. Karena bagaimanapun, luka dan memori perihal Rina akan terus membekas. Dalam rasa satu pihak ini.

Aku terbang, melayang

Di lautan Gelap

Ketakutan

Semilir pendam bersama datang kelam, berhembus. 

Melekat pada tubuhmu. Memelukku diam.

Serap seluruh gigil yang hinggapimu. 

Aku menggigil.

Tak hadir hangatmu walau secuil.

Dan sampai esok, seterusnya. Mungkin aku akan mencintaimu diam-diam. Berbalut luka dan pendam. Atau belajar cara melupakan tutur aksaramu.

Aku melupa dan mencintaimu

Tentu saja,

Di dalam,

Rasa Satu Pihak.












Universe Of Ours.Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz