25. Kegemparan (2)

Start from the beginning
                                    

Suasana di sekitar seketika hening.
Wajah-wajah berhias rasa heran dan tak percaya seketika terfokus menatap kearah satu objek saja. 

Seorang karyawan wanita yang kebetulan lewat bahkan sampai menjatuhkan berkas-berkas yang dibawanya. Reaksi resepsionis wanita di hadapan Luna pun tak kalah syoknya dari  rekan lainnya.

“M-maaf … bisa saya tahu nama Anda, Miss?”

“Luna … Luna Tejakusuma,” sikap Luna yang kasual saat menyebutkan nama mengundang senyum tertahan di bibir sang personal assistant saat melihat petugas penerima tamu di hadapan mereka membuka sekejab sebelum buru-buru  menghubungi nomor ektensi yang terhubung langsung ke sekretaris CEO mereka.

Tapi bahkan sambungan itu belum di jawab saat dari balik dinding pembatas orang yang di cari muncul.

“Luv!” seruan El , juga binar di matanya  saat  melihat wanita kecintaannya menjelaskan banyak hal pada pihak-pihak disekitar mereka.

El mendekat, “ini kejutan!” katanya seraya  merengkuh tubuh langsing Luna dan mencuri ciuman kilat dari bibir sang calon isteri yang dipulas dengan lip glow merah muda.

“Aku baru saja mau mencari tahu siapa yang datang,” El menatap lurus ke dalam manik dingin itu, mencari-cari apakah ada kemarahan atau ketidaknyamanan dari aksinya barusan. Tapi pengendalian diri Luna jelas diatas segalanya.

“Aku mau ajak kamu makan malam,” jelas Luna santai.

“Oh!”

“Masih ingat dengan Antonie Max?”

El tersenyum dan mengangguk.
Antonie Max adalah pria tua paruh baya pemilik resto wonton paling terkenal di Hongkong yang sudah dikelola sejak akhir perang dunia kedua selesai.

Wonton Soup buatannya adalah comfort food yang selalu diinginkan Luna setiap kali musim pancaroba melanda Jakarta.

Dulu saat El masih menjadi ‘budak’ Luna, gadis itu pernah terserang flu berat dan mogok makan selama dua hari berturut-turut.

Saat Handoko Tejakusuma tahu puteri tunggalnya sakit, lelaki itu cukup gila untuk menerbangkan Antonie ke Jakarta hanya untuk membuatkan sup wonton kesukaan sang puteri.

“Cuaca mulai nggak menentu, aku rasa kita butuh sup wonton yang lezat untuk dinikmati malam ini.”

“Jangan bilang kalau kamu menerbangkan Antonie ke sini!?”

Luna tersenyum sekilas, “maaf mengecewakan, tapi kali ini hanya makanannya yang diterbangkan langsung dari Hongkong, karena kebetulan Tonie sedang bermasalah dengan sendinya. ”

“Jadi di mana sup ku?”

Luna menunjuk bungkusan yang dibawa oleh Risa.

“Kalau begitu ayo kita ke dalam,” El membimbing langkah Luna tanpa memperdulikan belasan pasang mata, juga satu kamera ponsel yang merekam interaksi keduanya. 

-----

“Kamu selalu punya cara yang menarik saat beraksi, Luv,” El terkekeh saat mengatakannya.

“Menurutmu seberapa cepat kabar ini akan tersebar?” Luna melirik El sekilas.

“Bahkan sebelum kita menghabiskan makan malam.”

“Secepat itu?”

“Jangan remehkan kekuatan akun gosip sosial media dan ketertarikan masyarakat +62 terhadap apa saja yang diberi tajuk crazy rich … kita hanya perlu menebar umpan, setelahnya biarkan racunnya yang bekerja.” 

Pelangi Tengah MalamWhere stories live. Discover now