Bagian Akhir

2.8K 313 223
                                    

2/2

HAPPY READING

.

Diseberang sana Yerim terperajat. Aku mendengar dari suara napasnya yang tertahan. Tak ada balasan.

"Ten..." Dan akhirnya Johnny datang. Dia membulatkan mata kala melihatku menempelkan ponselnya di telinga. "Apa yang kau lakukan!?"

Johnny berteriak. Bersoraklah Yerim-ssi, sekarang kau dengar kekasihmu baru saja membentak pasangannya.

Aku menyerahkan ponsel Johnny. "Maaf, kupikir kau masih tidak suka menerima telepon dari nomor yang tidak dikenal. Tapi, aku yakin kau telah hafal di luar kepala nomor tak bernama ini."

Setelah Johnny menerima ponselnya, aku berjalan keluar kamar. Memberinya sedikit privasi untuk bicara, atau mungkin menjelaskan sesuatu pada Yerim.

Lima belas menit kemudian, dia datang ke dapur. Aku menunggunya dengan makanan yang nyaris basi di atas meja.

Makan malam kami diisi dengan kesunyian yang sudah biasa terjadi. Mark, biasanya menjadi satu-satunya orang yang dengan semangat bercerita pada kedua orang tuanya tentang apa yang dia alami seharian. Tapi, malam ini dia tidak ada. Dan hanya kami berdua. Keadaan dimana akhirnya aku menyelami masa lalu saat kami baru saja menikah karena perjodohan.

Alasanku sendiri mau menikah dengan Johnny adalah, 'kenapa tidak?' Kami berteman dengan baik, juga telah mengerti satu sama lain. Kukira dia juga berpikiran hal yang sama. Namun, saat itu aku tak pernah berpikir bahwa akhirnya, setelah kami punya Mark, dia tertambat pada seseorang. Seorang gadis cantik yang juga sangat baik dan berpendidikan tinggi. Kupikir setelah ada Mark, pernikahan kami, yah... akan berjalan dengan begitu-begitu saja sampai akhir.

Mark sedang dalam masa-masanya meniru. Dia senang sekali menirukan semua yang Johnny lakukan. Dia juga sangat suka berdekatan dengan ayahnya meski kesibukan selalu membuatnya harus bersabar. Tapi, dia juga butuh aku. Dia membutuhkanku lebih dari dia membutuhkan orang lain. Suatu saat, dimana semuanya akan bermuara? Aku takut akan akhir itu. Akhir yang mungkin menghancurkan buah hatiku.

"Ten.... Kau menangis?"

"Hah?"

Kuusap pipiku. Benar saja, basah. Aku kelabakan.

"Aku agak pusing. Tinggalkan saja piringmu di situ, akan kucuci besok pagi."

Segera aku pergi dari sana menuju kamar. Sedikit aku ragu karena pada akhirnya Johnny pun akan masuk ke ruang yang sama. Tapi, aku tidak punya pilihan.

.

Johnny Pov.

[Maafkan aku]

Lagi-lagi kata maaf terdengar dari seberang sana. Aku tak mampu menyalahkannya yang juga sangat menyesal.

"Tidak apa-apa. Istirahatlah dulu. Ten, aku yang akan mengurusnya."

Setelah itu sambungan telepon kami terputus. Aku masih punya satu pekerjaan yang harus diselesaikan. Semoga berjalan lancar.

Malam ini, makanan Ten terasa lebih hambar dari biasanya. Seperti biasa, aku tidak mengeluh atapun berkomentar sedikit pun tentang makanan malam itu. Terlebih saat melihat keheningan yang sengaja dia ciptakan.

Rasanya begitu tersiksa harus tetap duduk disini dan menikmati makanan yang tak ingin kusentuh, sebenarnya. Pikiranku kacau. Tidak bisa kutebak isi kepala Ten sekarang, melihat sikapnya yang biasa-biasa saja.

Aku ingin membuat langkah baru. Berusaha menjelaskan semua yang telah diucapkan Yerim di telepon tadi adalah semata-mata hanya ajakan pergi biasa yang bahkan sudah dia tahu adanya.

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Jan 27, 2020 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

I don't love you  | JohntenOù les histoires vivent. Découvrez maintenant