Dua

181 71 24
                                    

"Aku hanya ingin menulusuri, bukan untuk memporak-porandakan sejagad hatimu."

"Tiiiinnn ...Tiiiin ...Tiiinnnn...."

Suara klakson mobil di belakang itu, membuat jantungku berdegup kencang dan membuat lamunanku kian buyar. Yang semula aku berada di tengah jalan, dengan sigap kupacu sepedaku ke tepi jalan dengan napas yang terengah-engah. Sekilas kulihat pengemudi mobil itu, tersirat amarah yang bisa ia kendalikan. Entah mengapa dan kenapa, lamunanku mulai bermain di jagad pikiran. Sungguh gadis itu, membuat aku semakin penasaran untuk menyusuri pelosok-pelosok hatinya.

Sepanjang hari yang kujalani di sekolah, seusai kulontar pertanyaan padanya. Kini ia tak lagi terlihat batang hidungnya. Entah, dia kebingungan untuk menjawab pertanyaanku yang menurutnya terlalu rumit atau memang ingin menjauh dariku karena ada hati yang perlu dijaga?. Aku dibuat kebingungan olehnya, hatinya, dan rasaku--ditambah sikap teman-temanku yang membuatku berkecamuk dalam pikiran yang begitu kelam. Aku duduk di kursi belakang pojok sembari kupangku daguku dengan tangan kiriku. Tak lama, seorang laki-laki berjalan mendekatiku-dia salah seorang anggota Pengurus Osis yang sama denganku.

"Bay, jangan lupa nanti istirahat kedua kumpul di ruang osis. Ada rapat dadakan!." Ujar Angga, lelaki yang berjalan mendekatiku sembari membuka jendela yang berada di sampingku. Lagi dan lagi, peristiwa-peristiwa yang membuyarkan lamunanku tentangnya. Sontak, membuat mataku berkedip beberapa kali dengan cepat.

"Ehh, i..i..i yaa, nanti aku kesana," jawabku terbata-bata.

Kegiatan rapat ini menjadi kesempatan bagiku sebagai pelarian dari hiruk-pikuknya pikiran yang semakin membabi-buta ini. Karena saat ini jam kosong, aku memutuskan untuk segera pergi ke ruang Osis duluan. Daripada aku mendekam di kelas yang sangat ricuh , sericuh pikiran dan jiwaku saat ini. Setelah ku selesaikan dan mengumpulkan tugas yang sudah diberikan oleh Pak Joe guru matematika yang saat itu tidak masuk, aku melangkahkan kakiku menuju ruang osis. Kulihat pintu ruangan tersebut yang masih terkunci, akhirnya aku memutuskan untuk duduk di bangku yang tepat berada di depan UKS (Unit Kesehatan Sekolah). Karena waktu mulainya rapat yang masih agak lama, aku mencoba untuk benar-benar tidak memikirkan tentang gadis yang selalu saja membayangiku setiap saat. Kuambil pena dalam saku dan kubuka buku kosong yang sudah tadi aku genggam, kutorehkan pena di buku itu.

Setelah lama kubiarkan tanganku menari di atas kertas putih itu. Sejenak kualihkan pandanganku dari buku itu ke pepohonan rindang yang berada di depanku, dan kulihat pintu UKS yang sedang menganga. Kudapati seorang wanita dengan tudung hijab berwarna putih, kulihat dia tertidur dengan wajah pucat dan terlihat sangat lemas. Nampaknya ia pingsan. Aku terperanjat pada sosok wanita yang tertidur lemas di kasur UKS itu, mataku mulai menatapnya kosong melompong. Pikiran-pikiran kini sudah berani berpendapat pada hati yang penuh teka-teki ini-terus meyakinkanku agar percaya. Ah, aku benar-benar dikelabuhi oleh pikiranku saat ini. Aku sudah percaya, nampaknya sosok gadis itu adalah Widya Anggraini. Mataku benar-benar tidak dapat mengalihkan pandangan.

"Heyy....Bay, ayo!" Ujar Angga sembari menepuk pundakku dari belakang, yang membuyarkan lamunanku pada wanita itu.

"Ehh, copot. Iyaa ayoo." Dengan refleks aku menjawab, dan segera mengajaknya beranjak dari tempat ini.

"Lagian kamu ngapain ada di sini?" Tanyanya.

"Abis sih, aku tadi ke ruang osis tapi masih terkunci rapat," ujarku beralasan padanya.

Angga wijaya, sahabatku dari masa orok sampai masa remaja saat ini. Dari dulu kami berteman dan menjalin persahabatan dengan baik. Dari masa SD dulu sampai SMA sekarang aku satu sekolah dengannya. Sebenarnya ada beberapa sahabatku lainnya, namun karena jarak dan waktu yang menyebabkan mereka berpisah untuk mencari jati diri dan menggapai masa depan masing-masing. Sekarang hanya Angga yang masih dan mampu bersahabat baik denganku-tentu ia juga mengetahui seluk-beluk kehidupan dan kekurangan yang sudah kujalani sampai saat ini. Menjalin sebuah hubungan persahabatan tentu menjadi sebuah kelebihan dan juga kekurangan bagiku. Kelebihannya ialah ia mampu menjadi penengah dalam setiap masalah dan juga mampu menutupi kekuranganku dengan sejuta candaannya, kekurangannya di sini ia adalah sebuah Anca yang membentang di hadapanku. Bagaimana caranya agar dapat mempertahankan sebuah persahabatan dengan baik?, jika ada masalah yang menimpa kami, bagaimana agar aku bisa memutuskan masalah tidak dengan masalah?.

Selaksa Rasa (SUDAH)Where stories live. Discover now