③. ⓗⓔⓡ&ⓗⓘⓜ

Start from the beginning
                                    


Segala menu sarapan terhidang apik di atas meja. [Name] berulang kali ke kamar mandi, mencoba memuntahkan sesuatu tapi lagi-lagi hanya air liur yang keluar. Rasa pusingnya belum hilang semenjak ia bangun dari tidur.

Malam lepas, dalam pelukan Tetsuroo ia terlelap. Ia tahu betul karena tidak mengingat apapun yang terjadi setelah pelukan itu terjadi. Hatinya berbunga-bunga. Setidaknya ia tak akan lupa bagaimana kehangatan Kuroo Tetsuroo.

'Ya ampun, hanya dengan satu pelukan dan satu penyebutan nama saja aku sudah dibuat luluh? Ingat umur, [Name]! Kau bukan ABG yang baru kenal cinta!' [Name] memukul kepalanya guna menyadarkan diri kembali ke dunia nyata, bukan fantasi cinta menye-menye yang manis namun basi.

Ponselnya berdering di atas meja makan. Shirofuku Yukie melayangkan panggilan via telepon. Begitu tahu sang sahabat yang menelpon, ia segera mengangkatnya.

"Halo, Yuki," sapanya.

"Hei, maaf telat membalas telpon. Aku sangat lelah semalam, huhu..."

"Haha, tak apa. Kau sudah baca pesanku, kan? Bagaimana? Siang ini bisa?"

"Tentu, datanglah pukul dua siang di klinikku,ya. Aku ada praktik di rumah sakit Tokyo pagi nanti." Seseorang di seberang telepon membalas.

"Baik, sampai jumpa."

Percakapan pagi itu terselesaikan bertepatan dengan turunnya Tetsuroo dari lantai dua. Ia telah rapi dalam setelan pakaian kerja. Rambutnya belum tertata karena masih basah.

"Tetsuroo," panggil [Name] yang membuat lelaki itu menoleh. Segera ia mendekat dan mendudukkan diri di kursi makan. "Hari ini kau pulang seperti biasa?" lanjut [Name].

"Hm," lelaki itu mengangguk.

Senyum [Name] terkembang. "Aku akan pergi menemui Shirofuku, sahabatku semasa SMA."

Tetsuroo menghadap sang istri dengan tanda tanya pada tatapannya. "Yang dokter itu?"

[Name] mengangguk semangat. "Sudah lama kami tak bertemu. Ingin melepas rindu saja. Terakhir kali saat peresmian kliniknya di Tokyo, kan? Ada yang ingin aku ceritakan padanya." Wanita itu bersenandung riang, menyiapkan rangkaian sarapan bagi suaminya.

"Sudah kuduga," ujar Tetsuroo tiba-tiba, "kau sakit apa? Kenapa menyembunyikannya dariku?"

Langkah [Name] terhenti seketika. Dadanya berdesir lembut, aliran darah yang kian deras tapi menimbulkan kenyamanan yang berbeda. "Si-siapa yang sakit? Kan aku sudah bilang, kami ingin saling melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu."

Terdengar Tetsuroo yang menghela napas di tempat. "Padahal baru semalam aku peringatkan jangan membohongiku. Kuharap ada alasan yang tepat untuk pertemuan itu." Tanpa mendengar jawaban lebih lanjut dari sang istri, ia melahap apa yang sudah tersajikan untuknya.

Rasa bersalah merayap dalam diri [Name], namun ia bersikukuh tak memberitahu suaminya perkara penyakit yang belum Ia tahun dengan pasti. Selepas menyeduh teh hitam bagi Tetsuroo ia menyusul suaminya sarapan.

Dalam hati ia berharap, agar tak ada sesuatu yang buruk menimpa dirinya maupun Tetsuroo. Berharap agar ia segera diberikan keberanian untuk menghadapi suaminya sendiri. Berharap agar kelak ia bisa menyuarakan apa yang selalu ia pendam seorang diri.

Dan yang paling penting, ia berharap datangnya hari di mana keduanya bisa berbagi cinta yang tulus, saling mengerti dibalik semua perbedaan.

🥀


[Name] memandang papan nama yang menggantung di salah satu tiang depan sebuah klinik. Papan bertulis nama sang sahabat karib semasa SMAnya. Shirofuku Yukie, dokter spesialis kandungan yang merangkap sebagai dokter umum di kliniknya sendiri.

Shitty Black | Kuroo TetsurooWhere stories live. Discover now