17

4.7K 481 11
                                    

Kedua matanya mengerjap pelan, pandangannya mengabur. Namun semakin lama pandangan itu semakin jelas, ia dengan cepat terbangun.

"Akh!"

Kepalanya terasa pening, lalu mata Indah itu menatap tubuhnya yang masih terbalut dengan pakaian terlahir saat ia sudah bersiap akan pulang ke rumah Jimin.

Matanya mengedar ke sekeliling ruangan. Dan dengusan lirih di sertai senyum kecut kini menghiasi wajah sedihnya.

"Welcome Home, Min Yoongi. Rumah yang seperti neraka bagiku." bisiknya sendiri.

Kakinya yang sudah tak terbalut dengan sepatu dan hanya terlapis kaos kaki putih, kini beringsut menuruni ranjangnya. Dia tak mungkin salah, ini memang benar kamarnya.

Ia belum selupa itu, toh kurang lebih ini baru sebulan pasca dirinya kabur dari rumah.

Tangan kecilnya yang mulus itu bergerak untuk memutar knop pintu. Nihil, pintu ini terkunci. Ah, lebih tepatnya Yoongi di kurung. Tak kehilangan akal, Yoongi lantas berlari kecil ke arah jendela balkon kamarnya. Sama terkunci.

Yoongi menghela napasnya lelah dan frustasi. Setetes air mata menuruni pipinya, ia rindu anaknya. Terlebih ia rindu Jimin, baru seminggu ia merasakan kehangatan yang dulu.

Mengulang semua kenangan Indah yang pernah mereka lewati, namun nyatanya kisah Indah mereka kembali di renggut paksa oleh orang tuanya.

Ceklek

Yoongi menghapus aur matanya dengan kasar, senyum tipis tersungging di bibirnya. Barangkali ibunya berbaik hati untuk menyelamatkannya.

Namun lagi-lagi. Harapan hanyalah tinggal harapan saja.

Orang yang paling Yoongi hindari selama ini. Tengah berdiri dibambang pintu dengan senyum kecil yang tak mampu menarik perhatian Yoongi.

"Mau apa kau kesini?" desis Yoongi lalu melangkahkan kakinya ke arah balkon kamarnya. Berdiri memunggungi sang pelaku pembuka kamarnya tadi.

"Aku hanya ingin melihat keadaanmu, Yoongi. Kau kabur lebih dari seminggu, sedangkan tak ada satu pun orang yang kau kenal di luar sana. Aku mengkhawatirkanmu." ucap sosok itu dengan lembut.

Awalnya Yoongi sama sekali tak memendam kebencian pada sosok itu. Karena memang semuanya adalah perbuatan ayahnya. Tapi tetap saja jika sosok ini tidak mengiyakan permintaannya, Yoongi pasti tak akan bertindak nekat. Terlebih sekarang ingatannya telah pulih. Sekarang yang dia inginkan adalah Jimin beserta kedua anak kembarnya.

"Keluarlah, aku tak butuh pencitraanmu di depanku."

Sosok itu perlahan mendekat dan hanya berjarak satu langkah dari tempat Yoongi berdiri.
"Kenapa kau sangat membenciku? Tak bisakah kita seperti dulu lagi?" pintanya dengan sedikit memelas.

Yoongi berdengus. "Batalkan upacara pernikahan kita. Maka aku akan membuang segala kebencianku padamu."

"Aku tidak bisa." jawabnya dengan pelan.

"Tentu saja tidak." Yoongi tertawa remeh. "Ayahku pasti sudah memberikan sebagian sahamnya padamu kan?! Begitulah seharusnya perjodohan terjadi. Sama-sama saling menguntungkan, namun sepertinya hanya aku yang di rugikan."

Sosok itu menatap punggung kecil yang bergetar itu dengan nanar. Ia ingin memeluk Yoongi, namun terlalu takut. Karena sudah pasti pria manis itu tidak sudi ia sentuh.

"Dari awal aku menerima perjodohan ini bukan karena harta atau jabatan. Tapi karena aku memang benar-benar mencintaimu."

"Kau memakai perasaan disini, tapi aku tidak." sahut Yoongi dengan cepat. Ia berbalik, menatap datar sosok tinggi itu dengan matanya yang memerah menahan tangis.

BEAUTIFUL BODYGUARD [MINYOON]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant