- 5 -

119 18 2
                                    


Bambam tidak pergi kemana-mana lagi, dari Hongdae Mongdae, selera makannya hilang, begitu pula keinginan untuk mencari inspirasi konten terbarunya.

Bambam berbaring diatas tempat tidurnya, dua matanya terbuka menatap langit-langit. Memikirkan dua sisi pikiran yang berkecamuk dalam kepalanya.

Satu, ia merasa melakukan hal yang benar dengan membeberkan kebohongan yang dilakukan oleh Hongdae Mongdae. Namun disisi lain, ia tidak bisa mengenyahkan pikiran, bahwa ada kehidupan yang terancam diatas kesuksesan videonya.

Sebelum berbaring, Bambam memeriksa konten videonya, dan penonton dari video tersebut semakin lama semakin bertambah. Bahkan sudah menyentuh angka satu juta penonton. Selama video itu tayang, Bambam tidak bisa mengenyahkan pikiran bahwa ia sudah merenggut masa depan seseorang.

Sungjin juga mengirimkan hasil hitung-hitungan dengan tim Naver soal pembagian royalti dari video yang menjadi trending. Bisa dipastikan, Bambam dapat melunasi semua hutang cicilan ibunya dalam tiga bulan terakhir apabila hasil royalti tersebut masuk dalam pekan ini. Jimin juga mengabarkan bahwa ada banyak klien-klien potensial yang hendak menyewa jasa agensi mereka setelah melihat video yang menjadi viral tersebut.

Bambam mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia bingung, ia tidak mengerti. Mengapa ia harus memikirkan Hongdae Mongdae seperti ini? Dia melakukan hal yang benar, kok! Ia mengungkap kebohongan.

Apabila sekarang si pemilik kafe kehilangan pelanggan, maka itu adalah konsekuensi yang harus ditanggung karena ia sudah menipu pelanggannya.

Lalu, kenapa Bambam sampai harus kepikiran begini?

"Masa bodohlah," Bambam geleng-geleng dan memiringkan tubuhnya, sambil memeluk guling, dan memejamkan matanya.

Keesokan harinya, dengan dalih untuk mencari konten yang baru. Bambam kembali menyambangi Hongdae, meski ia tidak akan kembali ke Hongdae Mongdae.

Bambam memilih sebuah rumah makan yang menyajikan sup tulang iga yang terletak tepat di sebrang Hongdae Mongdae. Kebetulan? Tentu tidak. Bambam ingin membuktikan bahwa ia salah. Bambam berharap, dalam kecemasan yang tidak berguna, bahwa Hongdae Mongdae akan terus mendapatkan pengunjung meski videonya viral.

Sayangnya, harapannya sia-sia.

"Kasihan ya, Nona Lisa itu," Ahjumma pemilik rumah makan berkata saat menyajikan lauk pauk di meja Bambam.

Bambam mendongak, memastikan bahwa si Ahjumma memang bermaksud membicarakn si pemilik Hongdae Mongdae. Dan memang kedua mata si Ahjumma menatap Hongdae Mongdae.

"Maksud Ahjumma, Lisa itu... pemilik kafe Hongdae Mongdae?" tanya Bambam hati-hati.

Wanita paruh baya itu mengangguk, dengan penuh simpati.

"Gadis baik, anak itu. Kafenya memang jadi sepi sejak ditinggal ayahnya meninggal dunia sekitar dua tahun yang lalu. Ibunya sakit-sakitan, tinggal di Bangkok."

Kedua mata Bambam melebar, kaget. "Bangkok?!"

"Ya, bukan orang Korea, Lisa itu... nama aslinya jauh lebih sulit, aku sendiri lupa," si ahjumma mengibaskan tangannya, ia kemudian menuangkan Bambam teh. "Dulu ketika masih ada ayahnya, kafe ini ramai sekali. Ayahnya gadis itu Chef terkenal, makanya harganya mahal. Sekarang, setelah ayahnya meninggal dan ibunya sakit-sakitan, gadis itu berusaha sendiri. Teman-temannya membantunya sebagai pegawai, dengan bayaran yang murah. Sayangnya, mereka tidak begitu paham juga mengenai kafe dan menu, itulah kenapa pengunjungnya semakin lama semakin sepi. Biaya operasional di Hongdae mahal, dan Lisa masih harus mengirimkan uang untuk biaya pengobatan ibunya."

Matcha Latte [BamLis] ✅Where stories live. Discover now