Part 1 Meet Her, Gadis

6.8K 166 8
                                    

Sesosok tubuh mungil membawa ransel yang membuat tubuh mungilnya semakin tenggelam, tampak keluar dari bis antar kota. Kepalanya celingukan seperti mencari sosok yang dia kenal. Rambut hitam melewati bahunya tampak ikut ke kanan dan ke kiri mengikuti gerakan kepalanya.  Dua kata untuk gadis itu: LUCU, IMUT!

"Aaah pakde.... Pakde... yuhuu... pakde ini aku di sini." Senyumnya merekah saat melihat sosok yang dicarinya.

"Pakde..." Gadis imut itu menghambur ke pelukan pakdenya.

"Pakde sudah lama nungguin Gadis?" Ternyata namanya Gadis, cocok karena pasti dia masih gadis. 

"Lumayan nduk... sampai habis rokok tiga batang. Jangan bilang budemu ya!"

"Aah pakde kan udah dikasih tahu dokter gak boleh merokok. Kok nekat sih?"

"Habise nungguin kamu kok lama, nduk, jadi tadi sekalian ngobrol ama tuh bapak-bapak sekalian deh pakde merokok. Udah yuk buruan  masuk mobil, keburu sore nanti budemu bingung kok kamu gak sampai-sampai." Lelaki paruh baya yang dipanggil segera mengambil tas ransel yang dibawa gadis mungil tadi.

"Jadi kamu kan tinggal lebih lama dengan kami? Mesakno (kasihan) budemu sering kesepian. Mas-mas mu udah pada bekerja dan keluar kota sama anak istrinya. Kami sering kesepian. Lumayan kalau kamu bisa tinggal lebih lama."

"Insya Allah pakde, Gadis sudah minta ijin sama bapak dan ibu mau ada di sini selama libur kuliah. Lumayan pakde, tiga bulanan. Lagian bude janji juga nih mau kasih honor kalau Gadis bantuin bude sama pakde mengurus villa."

"Kamu tuh ya... masih aja... iya jangan khawatir, nih alhamdulilah villa lagi ramai. Kemarin budemu sampai kebingungan sendiri gak ada yang bantuin, beruntung ada kamu bisa bantuin."

"Nanti tugas Gadis apa saja pakde?" Gadis bertanya dengan serius. Wajahnya yang baby face tampak semakin menggemaskan.

"Ya, biasa kamu bantuin budemu saja. Minggu depan yang punya villa mau datang. Jadi kita harus bekerja keras karena beliau tidak suka kalau villanya tidak terawat." Pakde menerangkan secukupnya tentang si pemilik villa.

"Ooh yang punya villa memang orang mana pakde? Kok Gadis dengar cerita pakde kayanya orangnya menyeramkan gitu sih?"

"Enggak menyeramkan kok, Dis. Entahlah sih, pakde dan budemu juga baru bertemu beliau selama ini baru dua kali. Datangnya setahun cuma sekali saja. Ini tahun keempat kami bekerja sama beliau. Tahun kemarin beliau gak jadi datang ke Yogya karena mengurus proses perceraian."

"Ooh duda ya pakde?"

"Iya... dua kali ini jadi duda."

"Ha... apa...? Dua kali? Emangnya sangking gantengnya tah pakde ampe jadi duda dua kali?" Aku aja boro-boro menikah, pacar aja belum pun punya. Gimana bisa punya pacar, dekat aja langsung didatangi sama Mas Bima. Padahal kan bentar lagi umurku 21 tahun, bentar lagi juga lulus kuliah.

"Ganteng nduk, bagus maneh. Gede duwur, keker. Budemu nek ndelok yo nganti ngences... Jan jaan... jaman edan emange." (Ganteng nduk, juga cakep. Tinggi besar, kekar pula. Itu budemu kalau melihat beliau juga sampai meneteskan air liur. Benar-benar jaman edan kok.) 

"Hahaha... pakde mah lucu... bude kan cinta matinya sama pakde, gak mungkin tertarik sama cowok lain lah pakde. Tenaaang aja..."

"Lah kalau itu mah sudah pasti nduk, lah budemu itu mungkin seumuran  tantenya Pak Ganda kok."

"Ooh namanya Pak Ganda ya pakde?"

"Iya..., kamu nanti akan bertemu beliau juga kan. Karena beliau suka berisik dalam hal makanan dan kalau bicara tuh keminggris gitu (suka pakai Bahasa Inggris), makanya bude minta bantuan kamu ke sini. Lah pakde dan bude kan ra ngerti coro Inggris toh nduk."  (Pakde dan bude kan tidak mengerti Bahasa Inggris toh nduk.)

A BOSS DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang