0%

860 90 24
                                    

"Salam Maria penuh rahmat Tuhan sertamu, terpujilah Engkau diantara wanita-"

Brak!

"Suster Yeh! Suster Yeh!" Tampak seorang wanita panik berlari kearah sekelompok biarawati yang sedang melakukan doa rutin di tengah hari pada hari Jum'at.

Para biarawati itu sontak menghentikan kegiatan mereka Sebelum menoleh bingung pada seorang wanita yang terlihat panik menghampiri mereka. Para biarawati tampak membentuk tanda salib.

"Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin."

"Suster Yeh! T-tolong, Mi-minji--" Tampak ekspresi wanita itu sangat ketakutan, bercampur dengan atmosfir kedepresian.

"Soojin, tenang dulu." Salah satu suster mencoba menenangkan wanita bernama Soojin itu.

Soojin bernafas dengan tersengal-sengal. Rambutnya berantakan dengan air muka yang sangat berantakan.

"S-suster Yeh, M-minji--" Soojin menatap penuh arti dan memohon kepada Suster Yeh.

"Shuhua Soojin, cukup Shuhua." Balas Suster Shuhua dengan senyum penuh ketenangan.

"Minji-- dia mencobanya lagi." Soojin berucap dengan suara yang gemetar sambil menggenggam tangan Shuhua.

Suster Shuhua yang paham pun segera memberi aba-aba pada biarawati lainnya. Suster Shuhua dengan Soojin segera berlari keluar dari gereja menuju asrama putri yang terletak di sebelah utara wilayah gereja.

Setibanya mereka di sana, sudah ramai akan para penghuni asrama putri berkumpul di depan salah satu kamar. Suster Shuhua menyuruh semuanya untuk tenang dan menyingkir dari depan pintu kamar tersebut. Suster Shuhua membuka pintu dengan perlahan. Menapakkan kaki ke dalam ruangan yang berantakan tersebut. Mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru sudut ruangan.

Disana.

Seorang gadis remaja sedang menggenggam sebuah pisau buah. Menatap kosong entah kemana. Rambutnya sangat berantakan. Darah mengalir dari kedua tangannya, pahanya serta betisnya.

"S-setan, n-neraka, a-aku adalah neraka, a-aku sampahnya, k-kau penampungnya." Gadis itu terdengar menyanyikan sebuah kalimat dengan nada tidak beraturan. Dan jangan lupa, tatapan kosongnya yang menatap entah kemana.

"Minji." Suster Shuhua menghampiri Minji.

Minji tampak tidak terkejut akan kehadiran Suster Shuhua. Minji segera mencampakkan pisau buahnya ke sembarang arah. Menatap Suster Shuhua penuh arti. Kristal cairpun mengalir dari pelupuk matanya.

"Suster!" Minji segera memeluk Suster Shuhua dengan erat. Suster Shuhua dapat merasakan bahwa badan Minji bergetar dengan sangat hebat. Bajunya penuh darah. Bau anyir tercium tajam oleh Suster Shuhua.

Suster Shuhua segera membalas pelukan Minji dengan lembut. Merapikan rambut Minji dengan kasih sayang, setelah itu mengusap pucuk kepalanya.

"Aku disini." Ucap Suster Shuhua.

"D-dia disini--" Minji menangis tersedu-sedu.

"Aku takut--" Lanjut Minji.

"Sstt, Tuhan selalu melindungimu dalam tangan-Nya." Suster Shuhua semakin mengeratkan pelukannya pada Minji.

"Tidak-!" Minji melepaskan pelukannya secara tiba-tiba. Mendorong Suster Shuhua dengan sangat keras sehingga Suster muda itu terpental ke belakang.

"Tuhan tidak pantas melindungiku! A-aku menjijikkan, aku menyentuh diriku- aku membiarkan diriku disentuh! Aku seorang lesbian yang sangat menjijikkan dimata Tuhan-!" Minji berteriak frustasi seraya menjambak rambutnya.

Suster Shuhua terkejut karena Minji berteriak dengan sangat kuat. Para penghuni asrama yang menunggu diluarpun terkejut dan panik mendengar teriakan Minji.

"Minji, sayang, itu tidak benar-" Shuhua mencoba meraih Minji untuk dipeluk, namun Minji berteriak lagi.

"Jangan sentuh aku! Aku ini lesbian yang menjijikkan!" Setelah teriakan Minji, pintu terbuka dan tampak beberapa biarawati memasuki ruangan tersebut.

"Suster Shuhua, ini." Seorang biarawati paruh baya bertubuh gemuk memberikan arang, sebotol air suci, sebuah mangkuk, sebuah aspergill -;semacam kuas untuk memercikkan air suci;- dan handuk pada Suster Shuhua.

"Terima kasih Suster Amanda. Setelah ini selesai, panggilkan dokter Kim." Ucap Shuhua pada Suster Amanda. Seorang Suster berdarah latin yang dikirim dari Mexico.

Suster Amanda hanya mengangguk dan segera menjauh dari Suster Shuhua dan Minji. Para biarawati tampak melafalkan doa-doa serta menggenggam erat kalung Rosario mereka masing-masing.

Suster Shuhua membersihkan darah yang ada di tangan dan kaki Minji dengan telaten. Minji tampak masih menangis, tetapi sudah tidak mempunyai cukup tenaga. Suster Shuhua meletakkan kembali handuk tersebut. Suster Shuhua mengambil sebuah arang khusus, meghancurkannya sedikit, dan mengusapkannya di dahi Minji membentuk tanda salib. Lalu mengambil mangkuk dan mengisinya dengan air suci. Suster Shuhua mulai melakukan aspersion -;memercikkan air suci;- pada Minji.

Setelahnya Suster Shuhua mengajak para biarawati berlutut disekelilingnya. Mendoakan Minji yang entah oleh siapa jiwanya sedang diganggu.

-----

"Aku tidak pernah melihat kasus seperti ini." Ucap Pastor Seojoon.

"Sepertinya dia diganggu oleh roh jahat." Sahut Dokter Kim -Kim Seokjin-. Dokter dari Rumah Sakit milik yayasan gereja. Dokter Kim tampak memasukkan alat-alatnya yang mengobati luka Minji.

"Tetapi ini sangat berbeda, ini sudah seminggu, dan masih belum ada perubahan. Saat kita melakukan pengusiran setan saja, tidak ada yang terjadi pada Minji. Dia baik-baik saja." Suster Shuhua mengungkapkan pendapatnya.

"Sepertinya ini bukanlah gangguan roh jahat pada umumnya. Ya Tuhan Ya Allahku, apa yang sedang terjadi pada gadis malang itu, dia hanyalah seorang gadis remaja yang ingin sembuh dari penyimpangan seksualnya." Suster Amanda tampak menangis, mengingat bagaimana Minji pertama kali datang ke yayasan ini. Suster Amanda sebagai pembina asrama putri hari itu sangat terharu mendengar penuturan Minji yang ingin lepas dari segala hal yang berbau dengan penyimpangan seksualnya dan ingin mengenal Tuhan lebih dalam.

Ruang perpustakaan di asrama putri itu tampak hening. Semua sibuk akan pikirannya masing-masing. Dan tentunya pikiran dengan spekulasi akan kejadian yang terjadi pada Minji.

"AAAHHH!" Terdengar suara teriakan melengking dari luar.

Semuanya berlari menuju pusat suara, yaitu taman asrama. Terlihat para penghuni asrama putri mengelilingi sesuatu. Suster Shuhua dengan lembut memberi aba-aba agar gadis-gadis penghuni asrama itu memberi jalan untuk Suster Shuhua beserta Pastor Seojoon, Dokter Kim, dan Suster Amanda.

Mata Suster Shuhua terbuka lebar. Satu tangan Suster Amanda mencengkram erat lengan Dokter Kim dan satunya lagi menggenggam kalung salibnya.

"Ini bukanlah gangguan roh jahat." Ucap Pastor Seojoon.

Di sana, tergeletak tubuh Minji yang sudah tak terbentuk lagi kepalanya, otaknya tampak seperti seonggok daging tak berguna di bawah kaki Suster Shuhua. Choi Minji, seorang gadis 17 tahun, menjatuhkan diri dari ketinggian 20 meter -atap asrama- dengan posisi kepala menghantam batuan taman.

•••••

Halo semuanya💀
aku cukup seneng liat respon kalian akan au ini hehe💀
ayo banyakin vomments, biar aku semangat lanjut untuk chapter" selanjutnya di au yang ini maupun au sebelah💀👍

and btw, ini au murni dari imajinasiku, semua yang terkandung dan terjadi, murni hanya untuk hiburan. tidak bermaksud menyenggol atau mencela pihak manapun🙏

xx.

ASMODEUS [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang