Part 15

3.8K 229 27
                                    

Memandangi ibu kota Jakarta bersamaan dengan seseorang yang di sukai memang merupakan hal yang membahagiakan. Seperti yang Salsa alami saat ini.

Ia sedang bersama Aksa. Laki-laki itu tampak terfokus ke depan untuk menyetir, sedangkan Salsa di belakangnya sibuk memperhatikan keadaan sekitar. Entah kennapa, semua terasa baru bagi Salsa, padahal ia hampir setiap hari melewati jalan ini bersama Aga.

Aksa memandang ke perutnya, tangan Salsa tetap setia ia letakkan di belakangnya. Perempuan ini tidak ada tindakan modus sama sekali, padahal sudah mnejadi rahasia umum juga kalau Salsa menyukai Aksa.

"Langsung pulang?" Tanya Aksa sembari menoleh sedikit ke belakang.

Salsa berfikir sejenak, ia masih ingin berlama-lama dengan Aksa. Bolehkan ia egois sedikit mengambil waktu laki-laki ini?

"Mau makan dulu gak?" Tanya Salsa perlahan, ia takut terdengar memaksa pada Aksa.

Aksa mengangguk sebagai jawaban. Dan tepat saat itu pula, senyuman Salsa yang sudah tidak dapat lagi disembunyikan.

"Makan dimana?" Tanya Aksa lagi setengah berteriak. Jalanan benar-benar ramai sekarang.

"Bakso ya? nanti di depan ambil kiri aja Sa, ada tukang bakso enak," ujar Salsa.

Aksa mengikuti perintah Salsa dan membelokkan motornya ketika melihat tempat makan yang dikunjungi ramai oleh pembeli.

Laki-laki berparas tampan itu melepas jaket kulitnya setelah Salsa turun, dan setelah itu membuka helmnya dan beranjak dari jok motornya.

Salsa yang sudah berjalan terlebih dahulu menghentikan langkahnya ketika teringat sesuatu dan membuat Aksa juga jadi berhenti mendadak di belakangnya.

"Kenapa?" Tanya Aksa bingung.

Banyak pikiran yang melintas di kepala Salsa sekarang. Seorang anak pemilik sekolahnya yang terbilang elite itu dan memiliki kuasa besar atas perusahaan-perusahaan yang bernaung di bawah kendali mereka, apa Aksa mau makan di tempat yang pas-pasan seperti ini?

"Kita cari tempat lain aja deh, yuk!" ujar Salsa lagi sembari menyambar tangan Aksa dan membawanya kembali ke parkiran motor.

Aksa melongo melihatnya, secepat itu Salsa mengubah keinginannya?

Laki-laki itu pun menghentikan pergerakan Salsa, dan membuat perempuan itu berhenti di tempat.

"Kenapa emang?" Tanya Aksa lagi penasaran.

"Ehm.. itu.. ehm.."

"Apasih Sal?"

"Itu Sa... lo.. gapapa makan disini?" Tanya Salsa akhirnya.

Aksa tergelak mendengar pertanyaan Salsa seperti ini. Pertanyaan macam apa ini?

"Loh emang kenapa? Gapapa lah, selama halal dan bisa di makan, gue baik-baik aja kok makan di mana pun,"

"Tapi, ini di pinggir jalan loh Sa. Beneran gapapa?" Tanya Salsa lagi meyakinkan.

"Sal, nyokap gue tuh hobi banget makan-makanan di pinggir jalan gini, masih baik-baik aja kok sampe sekarang. Lagian juga apa salahnya emang?"

"Oke. Yakin ya? gue gak maksa loh buat makan disini," ujar Salsa lagi.

Aksa mengangguk mantap dan berjalan masuk lagi ke dalam kedai bakso ini. Tempatnya strategis, ada kipas juga, dan yang lebih penting lagi tempat makan ini benr-benar terbuka hingga udara di dalamnya tidak panas sama sekali.

"Eh.. ada neng Salsa," sapa penjual bakso yang memang sudah akrab dengan Salsa karna hampir tiap minggu, Salsa akan menampilkan wajahnya di sekitar tempat bakso ini, "mas Aga nya dimana neng?"

AKSA (Sekuel Dear You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang