Naruto berdiri di dekat sebuah meja di sudut ruangan, membentuk siluet bayangan hitam, namun wajahnya masih terlihat meski sedikit samar. Sebuah lampu yang biasa digunakan untuk berkemah berdiri di atas meja. Cahayanya yang kekuningan mampu mengusir pengap dan sesak yang melingkupi tempat itu.

Saat indra penglihatannya sudah bisa beradaptasi dengan baik, samar Sasuke mendengar suara tangisan teredam, pelan dan lemah. Mungkin karena efek keberadaan Naruto membuat Sasuke tidak cepat menyadari itu.

Kakinya tanpa sadar melangkah masuk, penasaran dengan apa yang di dengarnya. Seketika langkahnya tertahan begitu pandangannya tertuju pada sudut ruangan terjauh. Ada orang yang duduk di sudut sana, dengan kaki lurus ke depan dan terikat di pergelangannya. Kedua tangannya berada di belakang punggung, kepalanya menunduk dengan rambut panjang yang berantakan menutupi sebagian wajahnya.

Sasuke menunduk, ingin melihat lebih jelas wajah orang itu. Mulutnya tertutup lakban, itu yang membuat suara tangisnya teredam. Di sekeliling orang itu terdapat beberapa bungkusan makanan dan minuman, beberapa sudah kosong, beberapa lagi tampak berhamburan hingga mengotori lantai.

"Hinata...''

Sasuke berujar pelan, tidak terlalu yakin dengan apa yang dikatakannya.

"Ya. Itu temanmu''

Sasuke menoleh ke arah Naruto. Pemuda pirang itu tengah duduk santai di atas meja dimana lampu kecil itu berada, tubuhnya sedikit menghalangi cahayanya.

"Kau...''

Sasuke tidak tahu harus bicara apa, suaranya tercekat di tenggorokan, tertelan lagi. Wajahnya menyiratkan ketidak percayaan yang kentara. Tidak menyangka Naruto benar - benar bisa berbuat seperti ini.

"Apa? Kau mau bilang apa? Aku jahat? Atau gila?''

Naruto mengubah ekspresinya menjadi sangat menyedihkan, dengan dua alis yang melengkung turun dan wajah menyendu. Sasuke tidak habis pikir bagaimana Naruto bisa menampilkan ekspresi seperti itu di tengah keadaan ini. 

Sasuke menggeleng pelan, tidak ingin menanggapi perilaku Naruto yang menurutnya tidak waras. Pemuda raven itu memilih untuk menghampiri Hinata.

Gadis itu tersentak, tubuhnya gemetar, namun saat pandangannya membaik, dan menyadari yang ada di depannya adalah Sasuke, deru napasnya yang tadi memburu kini berangsur tenang.

Sasuke lebih dulu membuka lakban yang menutup mulut Hinata, menghasilkan erangan sakit dari gadis itu. Sasuke berusaha merapikan rambut kusut gadis itu, menyelipkan helaiannya ke belakang telinga.

Dengan cahaya yang temaram, Sasuke melihat wajah pucat Hinata, dengan bibir kering dan mengelupas. Wajahnya kotor karena debu. Namun Sasuke bisa bernapas lega, setidaknya tidak ada tanda - tanda luka di tubuh gadis itu.

"Sasuke....''

Suara Hinata pelan, hampir tidak terdengar saat menyebut namanya. Sasuke tidak menjawab, hanya melirik sekilas karena dia lebih memilih untuk melepaskan ikatan di tangan Hinata.

Naruto mengamati apa yang dilakukan Sasuke dari tempatnya duduk di sudut ruangan yang lain dekat pintu dalam diam. Membiarkan saja apa yang dilakukan Sasuke. Tatapannya sendu dan penuh luka, jika saja Sasuke melihatnya lebih dekat.

EPHITYMIAHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin