DUA

5K 166 11
                                    

Malam ini, Danial di buat kebingungan. Ia ingin sekali menemui Adara dan menjelaskan yang sebenarnya. Tapi ia tak yakim jika Adara akan mendengarkannya bahkam memaafkannya.

Sosok Danial yang dulu dingin, kini mulai mencair. Itu semua gara-gara gadis yang sedang Danial pikirkan. Ia rela merubah sifatnya demi Adara seorang. Danial tak tahu jika cintanya kepada Adara begitu besar.

Pintu kamar Danial di ketuk oleh seseorang. Setelah mendapat izin dari si empunya, seseorang membuka pintu kamar Danial dan terlihat jika Siska tersenyum kepadanya.

Siska menghampiri putera satu-satunya itu. Ia mengusap rambut Danial lembut. "Kenapa nak, kamu keliatan bingung sekali?"

Danial memegang lengan Siska yang masih menempel di kepalanya, kemudian di genggam erat lengan wanita yang di cintainya itu. "Mama masih inget, Adara?"

Siska merenyit kebingungan berusaha meningat-ingat. "Adara? Maksudnya, Dara pacar masa SMA kamu?"

Danial mengangguk membenarkan.

"Emang kenapa? Kamu kangen dia ya? Ya udah temuin."goda Siska kepada anaknya itu.

"Mama, Nial tuh serius."ucap Danial dengan sedikit kesal kepada ibunya.

Siska terkekeh geli melihat tingkah puteranya itu. "Mama juga serius, kalo kangen ya temuin lah."

Danial menundukkan kepalanya sebentar lalu kembali menatap wajah Siska yang terlihat ada kerutan sedikit. "Masalahnya, Dara mau dengerin penjelasan Nial, nggak? Nial rasa, Dara udah benci deh sama Nial."

Siska tersenyum. Danial sekarang sudah tumbuh dewasa, sudah tahu mana yang baik dan buruk. Sekarang yang harus Siska lakukan adalah mensuport apapun yang dilakukan Danial selagi itu baik dan benar. "Hemm, kamu beliin sesuatu apa gitu. Seperti kesukaan Dara."

Danial berfikir sejenak mencari apa kesukaan gadisnya itu. "Sesuatu?"

Tak lama Danial teringat sesuatu. Ia kemudian mengambil jaket dan kunci mobilnya. Tak lupa dia mencium pipi Siska. "Kalo gitu Nial pergi dulu ya, ma."

Siska menggeleng melihat kelakukan puternya yang telah menghilang di ambang pintu. Siska berharap, Danial selalu bahagia dan kejadian di masa lalu tidak membuat Danial terpuruk lagi.

*****

Danial mengetuk pintu rumah itu dengan sangat kencang. Karena pemiliknya belum membuka pintu sama sekali. Budek kali, ya? Pikir Danial.

Tak beberapa lama pintu pun terbukan dan menampakkan Reva yang sedang menarah kesal kepada Danial karena telah menganggu dirinya menoton televisi. "Apaan sih lo? Berisik tau, untung bokap sama nyokap gue belum pulang."

Tanpa merespon ocehan Reva, Danial menarik tangan Reva dengan sedikit memaksa. "Eh, eh, eh. Apaan sih lo narik-narik tangan gue."

"Anter gue."

"Anter kemana? Gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba lo maksa gue pergi dengan cara yang gak bener. Lagipula, gue belum ganti baju, belum matiin televisi, belum--"

"Berisik lo, ah. Udah gak usah ganti baju. Sana matiin dulu televisinya. Buruan jangan lama."ucap Danial malas ribut dengan gadis di hadapannya ini.

"Iya, iya. Lo yang maksa gue kenapa lo yang marah. Lagipula, tumben lo banyak ngomong sekarang. Gak kayak biasanya seperti patung berjalan."ucap Reva mentertawakan sosok Danial selama ini.

"Buruan Reva!"

"Ups, mas nya marah. Bentar gue matiin televisi dulu."

Reva pun masuk kembali ke dalam rumahnya. Sedangkan Danial, menunggu Reva dengan bersandari di mobilnya. Tak lama, Reva pun keluar dengan rambut yang sudah di ikat.

Danial 2Where stories live. Discover now