Teror di Sekretariat

179 2 0
                                    

Semua cerita ini sebenarnya tak akan pernah terungkap jika tak ada yang memulai. Semuanya dipendam, atau kalau diungkap, itu pun terkesan hanya sebagai upaya untuk menakut-nakuti, atau lebih tepatnya hanya dijadikan bahan candaan. Apalagi bagi mereka yang baru datang sebagai penghuni di sekretariat itu.

Tapi sebenarnya apa yang dijadikan bahan candaan itu benar adanya. Mereka yang tinggal, tidur, makan, atau hanya sekedar menjadikan sekretariat itu sebagai tempat persinggahan, juga sering kali melihat sesosok yang aneh; anak kecil, perempuan berambut panjang, tubuh tanpa kepala, sepasang kakek-nenek, yang muncul tiba-tiba; di pojokkan dekat tumpukan barang, lorong dekat kamar mandi, dekat kompor gas, atau di halaman tempat pembakaran sampah dekat pohon mangga besar yang rimbun.

Saya akan memulai cerita dengan latar belakang sekretariatnya. Jadi begini. Sekretariat ini adalah sebuah rumah dengan halaman samping yang cukup luas. Lokasinya berada di kompleks perumahan lama yang sudah ada sejak awal tahun 1990-an. Saking luasnya halaman samping itu, ketika kami pertama kali tinggal di situ atau tepatnya memilih untuk kontrak rumah itu empat tahun lalu (kalau dihitung sih hampir lima tahun), halamannya kami ubah menjadi sebuah warung kopi sederhana.

Warung kopinya bahkan ramai dengan pengunjung dan kerap kali bikin berbagai kegiatan yang mengundang banyak orang. Seorang kawan yang berprofesi sebagai barista yang belum lama kami kenal, mau menjadi pengelola warung kopi itu. Ternyata Si Barista ini memiliki mata yang tajam. Selain itu ia juga menjadi salah satu pengikut ajaran aliran-aliran tertentu dalam satu agama. Jari-jari ditangannya selalu dihiasi cincin dengan batu-batu unik, padahal musim cincin batu yang menghebohkan itu telah lewat. Juga, leher Si Barista menjuntai kalung yang mirip azimat.

Saat warung kopinya sepi, dan Si Barista masuk ke dalam sekretariat, rupanya ia kerap kali bertemu sesosok yang selalu berdiam diri di pojokan dengan rambut panjang hingga menjuntai ke lantai. Tapi Si Barista ini tak pernah memberitahukan kepada siapa pun. Hingga suatu ketika di tengah malam, saat pengunjung warung kopi hanya menyisakan puntung rokok dan ampas kopi bergelas-gelas di meja kayu itu, Si Barista bertanya kepada Wawan, salah seorang di antara penghuni sekretariat.

"Apa kalian pernah merasakan sesuatu di rumah ini?" Si Barista mulai bertanya dengan agak hati-hati.

"Apa itu? Bau tikus mati? Kucing kawin? Atau mangga busuk?" tanya Wawan, si penghuni pertama di rumah yang jadi sekretariat itu.

"Bukan. Bukan."

"Terus, apa?"

"Pernah tidak kalian melihat sesuatu semacam "penghuni" di rumah ini?" Si Barista mulai memancing rasa penasaran Wawan dengan memberikan kode dua jari tangannya seperti tanda kutipan saat ia menyebut kata penghuni.

"Oh iya dong. Sering. Namanya Indah," tegas Wawan sambil berlalu, tertawa, dan cuek dengan rasa penasaran Si Barista. Padahal Wawan hanya asal menyebut nama orang saja dan tidak pernah melihat apa yang ditanya oleh Si Barista. Tentu saja, tujuannya hanya untuk menakut-nakuti Si Barista.

"Betul. Dia perempuan. Ternyata kalian sudah tahu lebih dulu. Kenapa tidak pernah kasi tahu ke saya sejak awal?" tanya Si Barista lagi.

"Sengaja. Karena nanti kamu akan tahu dengan sendirinya," jawab Wawan sekenanya saja dengan tawanya yang jelek.

Sejak itulah Si Barista sering kali di malam hari usai menjamu pengunjung warung kopinya, melihat sosok perempuan berambut panjang yang menjuntai hingga ke lantai, yang rupanya sudah memiliki nama Indah.

Bagi Si Barista yang memiliki mata tajam, karena sering bertemu dengan Indah, maka ia sudah menganggapnya sebagai hal yang biasa saja. Bahkan jika tiba-tiba Indah muncul dengan rambutnya yang panjang itu tepat di sampingnya, ia cuek saja, bahkan dianggap seperti seorang teman. Seperti malam itu, saat Si Barista sedang mencuci gelas-gelas kopi di pojok keran air yang sering kali berbau aroma got yang busuk.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 21, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Teror di SekretariatWhere stories live. Discover now