Eins

551 68 8
                                    

"Jaemin, lepaskan! Aku ingin pulang." Rengek Renjun.

Yah. Sekarang ini adalah kesempatan emas untuk Jaemin, dimana rumahnya kosong tak terhuni; karena Ibu dan Ayahnya sedang pergi. Tetapi Jaemin dan sang Bibi yang merupakan kakak Ibunya itu dikecualikan.

Dan saat ini, tepat pukul 7 malam. Adalah waktu untuk Renjun pulang, ia tidak ingin dimarahi oleh sang Ayah karena pulang larut malam, walaupun ia sudah memberitahu bahwa ia bermain di kediaman Jaemin.

Tetapi keinginan Renjun terhalang oleh pemuda berparas tampan itu.

Sejak 25 menit yang lalu, Jaemin sudah mengunci pergerakan Renjun dalam sebuah pangkuan manis.

Renjun yang terus menolak, menjadi tak berdaya saat Jaemin malah menenggelamkan wajahnya ke ceruk lehernya.

Sungguh bajingan, karena hal sepele itu berpengaruh pada hati dan perasaannya.

"Jaemin, biarkan aku pulang." Renjun benar-benar ingin menangis saat ia merasakan detak jantungnya semakin berpacu cepat di setiap detiknya.

"Tidak boleh. Bukankah sudah kubilang bahwa sejak kemarin malam kau hanya boleh tidur denganku di tempat tidurku."

Renjun benar-benar ingin mengumpat saat Jaemin dengan santainya menggesekan hidungnya diceruk lehernya.

"Jaemin aku ingin pulang." Untuk kali ini Renjun mengucapkan kalimat itu dengan nada yang sangat lemah. Ia sungguh tidak bisa menolak semua sifat manja Jaemin padanya.

Kali ini Jaemin mendongak, bermaksud menatap manik Renjun. Manik pemuda mungil dalam pangkuannya itu menyiratkan akan permohonan dan sedikit tatapan lelah.

"Tapi aku ingin tidur denganmu." Jaemin membalas dengan tatapan polosnya.

Renjun tidak mengerti, dan tidak akan pernah mengerti mengapa Jaemin sangat manja dan menggemaskan padanya.

Bahkan saat Renjun membayangkan Jaemin menjadi dominannya, semua pikiran itu lenyap saat ia mengingat setiap perilaku manja Jaemin kepadanya.

"Ayah akan memarahiku lagi, Jaemin." Kali ini Renjun menangkup kedua pipi Jaemin, menatap dalam manik indah milik pemuda itu.

"Aku akan bilang pada ayahmu. Bahwa anak lelakinya yang manis akan tidur dengan Pangeran Na Jaemin yang tampan ini." Seperti biasa, dengan mudahnya mengucapkan kalimat-kalimat yang membuat pipi Renjun menghangat.

"Ayahku pasti akan menolak itu." Kali ini Renjun tersenyum dan melepas tangkupannya pada pipi Jaemin.

"Kau yakin?" Dengan cepat, tangan kanannya sudah menggenggam ponsel miliknya.

"Selamat malam, Ayah. Bisakah aku meminjam putra cantikmu untuk malam ini?" Jaemin berucap seperti itu sembari menatapnya saat suara seseorang sudah terdengar di ponselnya.

Renjun hanya terdiam di pangkuan Jaemin, dan menatap pemuda didepannya dengan senyum kecil.

Posisi mereka saat ini tidak bisa dibilang intim. Namun jika seseorang melihatnya, mungkin hatinya akan meleleh.

Disana, Jaemin dengan tangan kanannya yang sedang memegang ponselnya, sedangkan tangan kirinya memegang pinggang Renjun, saling bertatap muka dengan senyum kecil yang tertara di wajah keduanya. Dan jangan lupakan dengan setiap kalimat manis yang keluar dari mulut Jaemin.

"Tentu saja boleh. Aku akan sangat mengijinkannya." Tetapi bukan suara Ayah Renjunlah yang terdengar, melainkan suara sang Ibu.

"Ibu?" Renjun bergumam pelan sembari menatap Jaemin bingung.

"Huh, Ibu?" Kali ini Jaemin yang bersuara.

"Ya, Ayah Renjun saat ini sedang mandi. Jadi aku yang mengangkat panggilan darimu. Sudahlah, daripada membuang waktumu untuk berbicara denganku, lebih baik kau memanfaatkan keberadaan Renjun didekatmu saat ini." Tanpa mereka tahu, sang Ibu sedang tersenyum menggoda di seberang sana.

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Dec 26, 2019 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

ⒸⓄⓃⒻⓊⓈⒺⒹᴶᴬᴱᴹᴿᴱᴺOnde histórias criam vida. Descubra agora