"Aku bilang aku tidak mau..."

"Bukk!!" Satu pukulan mendarat, untung saja ditangkis dengan refleks tangan kidalnya oleh Cu sehingga tidak mengenai mukanya.

Namun pukulannya jelas terasa kuat, lengan kecil Cu terasa nyeri dibuatnya.

"Eh cepat juga kau ya!" Sahut salah satu anak itu.

Cu saat ini sudah dikepung oleh mereka, ia tidak bisa mengelak lagi, ia tidak mau berkelahi, tapi kalau macam begini, pantang ia lari.

Lawan harus lah dihadapi.

Anak yang lain berusah melayangkan pukulan namun juga berhasil dielak oleh Cu, satu dua pukulan dan tendangan berikutnya juga berhasil ia hindari, namun tidak bisa bertahan lama.

"Bukk!!"

Satu tendangan berhasil mengenai perut Cu cukup telak, membuat ia terjerembab.

Anwar dan anak-anak itu tertawa puas melihatnya.

"Sial!" Maki Cu di dalam hati.

Ia segera bangkit dan memasang kuda-kuda, entah itu kuda-kuda apa dan dapat dari mana, Ia hanya mengarang-ngarang saja agar nampak cam pendekar.

Kali ini ia tidak akan hanya mengelak lagi, tangannya sudah terkepal dengan geramnya.

Anwar yang merasa di atas angin melompat maju hendak menyarangkan pukulannya, namun seperti sebelum hari ini, pukulan Cu lah yang dulu mendarat.

"Aduhh!!" Jerit Anwar begitu kesakitan terhuyung huyung.

Cu berusaha merangsek untuk memukul Anwar lagi, namun anak-anak yang lain berusaha memukulnya, Cu menunduk dan mengelak ke samping,

"Dugg!"

Satu upper cut mengenai dagu salah satu anak itu.

"Pak!!" Satu lagi mengenai pelipis anak yang lainnya.

"Hugghh!!" Kali ini suara lenguhan yang keluar setelah ulu hati salah satu anak itu kena pukul Cu.

Kaki Cu begitu lincah, gerak langkahnya seperti lahir alami untuk ia bisa jago berkelahi.

Anak-anak kampung seberang itu jadi agak ciut dibuatnya, anak yang jauh lebih kecil dari mereka ternyata bisa membuat kerepotan, mereka mundur sejenak.

Membuat Anwar geram melihatnya, ia marah lalu menyerang dengan membabi buta, satu jegalan di langkah Anwar yang tidak imbang membuat ia sekali lagi terjengkang.

Namun ia masih mencoba mengayunkan tangannya, Cu mengelak, tangan anak gembrot itu memang tidak mengenai wajah Cu namun mengenai kacamatanya dan terpental ke tanah entah kemana, Cu tidak bisa melihatnya lagi.

"Celaka" Rutuk Cu di dalam hati.

Tanpa kacamata itu, ia buta.

Anwar sepertinya menyadari hal itu dan tersenyum lebar.

"Serang lagi! Ia tidak berkacamata, ia tak nampak apa-apa" Perintah Anwar kepada kawan-kawannya yang tadi diam.

"Serang!!" Ulang Anwar dengan marah melihat kawan-kawannya masih diam saja.

Membuat salah seorang di antaranya mencoba menyerang dan benar saja, Cu tidak melihat serangan itu, samar-samarr ia hanya bisa menangkisnya secara serampangan.

Pukulan itu mengenai leher Cu, "Argghhh......!!" Ia berteriak kesakitan.

Teriakan itu justru menimbulkan keberanian anak-anak lainnya untuk kembali ikut-ikutan menyerang, tidak lupa Anwar juga tentu saja.

Cu :Bagian PertamaWhere stories live. Discover now