CHAPTER 1

3.1K 253 6
                                    

Please click ☆ first

***

"A Raining Night"

***

Suara riuh semakin mengisi kemeriahan acara minum-minum yang sedang gadis itu hadiri. Ia memerhatikan gelasnya dan sesekali memutarnya seolah itu adalah sebuah permainan yang menyenangkan. Ia lantas menghela napas ketika ia melihat ke arah layar ponselnya untuk memeriksa jam berapa sekarang. Sudah hampir tiga jam dan ia masih terjebak dalam acara minum-minum yang seolah akan selesai sekitar seratus tahun lagi.

Gadis itu memutar kedua bola matanya ketika salah seorang temannya menarik lengannya, "Kenapa kau sangat beruntung? Karyamu akan dijadikan drama, kenapa aku tidak bisa menjadi sepertimu?" wanita dengan kacamata frame hitam itu kembali meneguk minumannya, "Sudah bertahun-tahun aku membuat webtoon, sampai tanganku kram. Tapi kenapa karyaku tidak ada perkembangan yang berarti?" ocehnya sembari bersusah payah untuk berdiri tegak.

Sementara gadis dengan potongan rambut sebahu itu memutuskan untuk keluar dari tempat yang ia rasa seperti sebuah penjara tersebut. Rasanya ia seperti akan tercekik jika terus berada disana.

"Suzy-ya, kau tidak akan melarikan diri terlebih dulu, 'kan?" Kali ini senior dari universitasnya yang mencoba menahannya untuk keluar.

Suzy.

Namanya Bae Suzy.

Gadis dengan potongan rambut di atas bahu, yang sesekali mengenakan kacamata frame berwarna kecoklatan dimana ia baru saja mendapatkan sebuah keberuntungan terbesar dalam hidupnya, yaitu karya webtoonnya akan dijadikan sebuah drama.

Dan itulah yang menjadi alasan mengapa ia bisa terjebak dalam acara minum-minum menyebalkan bersama orang-orang yang bahkan tak ada ketika ia tengah kesulitan.

Suzy memberikan seulas senyum pada senior pria itu, "Tentu saja tidak.  Aku hanya ingin mencari udara segar untuk meredakan mabukku."

Suzy berbohong.

Ia bahkan hanya minum setengah gelas soju, ia tidak mabuk sama sekali.

Ia hanya ingin membebaskan diri dari sesak dan rasa tidak nyaman yang mengurungnya ketika ia berada di tengah orang-orang itu. Jika dikatakan dengan lebih jelas, ia bahkan tidak menyukai satupun dari mereka.

Dengan segala alasan, akhirnya Suzy bisa melangkah keluar dari dalam tempat itu. Langkahnya segera disambut oleh angin musim gugur yang mulai terasa dingin, angin itu membuatnya langsung mendekap kedua sisi tubuhnya selama beberapa saat sebelum ia kembali memeriksa ponselnya.

Ia tampak menunggu panggilan dari seseorang.

Suzy menyandarkan punggungnya pada dinding tepat di samping sebuah gang kecil yang cukup gelap. Ia masih menatap layar ponselnya yang hening, tak ada pesan apalagi panggilan.

Dengan helaan napas berat, ia segera memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku coat longgar kotak-kotak yang ia kenakan, seolah ia menyerah untuk menunggu lagi.

Dengan helaan napas berat, ia segera memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku coat longgar kotak-kotak yang ia kenakan, seolah ia menyerah untuk menunggu lagi

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
EPOCHDonde viven las historias. Descúbrelo ahora