"The Breakfast Club" aku menjawab pertanyaan Sam sebelumnya.

"Ah, 90s classic. Perfect"

"It was released on '85."

Sam terdiam untuk beberapa saat, kemudian tertawa keras. Ia menggelengkan kepalanya dan mengusap wajahnya sesaat sebelum kembali menatapku.

"Alright fine you caught me. Gue sok tau barusan" ujarnya dengan tawa yang masih tersisa. "April, April, still as sharp as ever ya"

Aku membalasnya dengan satu senyuman tipis sebelum menyedot minuman di gelasku sendiri.

Jujur, aku dan Sam sebenarnya memiliki hubungan yang tidak terlalu baik. I always see him as a wild card. Dibanding Matthew yang lebih prim and proper, Sam ini agak lumayan... chaotic. If you thought Jeff is already wild enough, well, you should meet this one. Aku rasa justru kayaknya Jeff deh yang belajar liar dari dia.

Terakhir aku bertemu dengannya adalah seminggu sebelum aku dan Jeff putus. Waktu itu, kami hangout berempat—semacam double date—bersama Sam dan cewek yang kebetulan lagi dekat dengannya saat itu. Awalnya kami baik-baik saja, mengobrol dan tertawa-tawa—meski ada beberapa momen di mana aku merasa risi terhadap cewek yang waktu itu dibawa Sam. I mean, how can I not when she's ogling my (then) boyfriend like a hungry hyena?

But overall, we're civil, most of the times. Masalah baru benar-benar muncul setelah gelas ketiga cocktail yang kutenggak. Biasa, namanya juga cowok, mulutnya suka nggak beradab terkadang. Sam waktu itu melontarkan lelucon yang inappropriate dan seksis keterlaluan terhadap si cewek—sebuah tindakan yang tentu saja langsung membuatku terpantik.

Ya maksudku gini aja, kalian sebagai cewek nyaman nggak sih ada di ruang publik di mana kalian cuma diliat sebagai makhluk seksual? Like we're a mere doll to fuck and discard as they please.

Ngamuk lah aku padanya. Jujur, sebenarnya saat itu aku belum mabuk-mabuk banget, hanya kepalaku mulai ringan akibat lychee martini-ku. But I'm pretty much sober—or at least sober enough to know that he is basically harassing the girl with his words.

Jeff sampai harus terpaksa mengakhiri sesi hangout tersebut karena suasana di meja yang sudah kadung nggak enak. Sampai di apartemennya, tentu saja kalian sudah bisa menebak, aku dan dia bertengkar hebat.

Aku malas mengingat-ingatnya lagi but he said something along the lines of me needing to learn how to behave in a public space.

Well, I would if men like Sam could also learn how to not be a sexist prick.

"Look, Pril... about what happened di Beer Garden waktu itu..."

Aku mendongak saat Sam tahu-tahu membuka suara, memecah keheningan yang tanpa kusadari telah menyelimuti kami berdua sejak tadi.

"...I'm sorry" ia berujar lembut. "I've been doing some self-reflection and, I admit, I'm at fault. Jadi gue nggak heran kalau lo marah-marah ke gue waktu itu."

Aku menatapnya heran saat ia menyelesaikan kalimatnya tersebut. Sam membalas tatapanku dengan sorot penuh harap, menanti respon atas permintaan maaf impromptu-nya barusan.

"Well..." aku berujar setelah satu helaan nafas panjang. "To think about it, gue at fault juga kok. Nggak liat-liat kondisi dulu waktu lashing out ke elo. So we're even... kinda"

Sebuah senyuman lebar terkembang di wajah lelaki itu. Di luar dugaanku, Sam selanjutnya mengulurkan tangannya padaku untuk bersalaman.

"Jadi... we good?"

Aku menatap uluran tangannya untuk beberapa saat sebelum tertawa kecil dan menepuknya ringan.

"Apaan sih, kayak anak SD abis berantem aja segala salaman"

Sam mengikutiku tertawa, namun nggak menarik uluran tangannya. "It's to seal everything. Ayolah, just shake my hand, Pril. Tangan gue bersih kok, and no, gue nggak bakal touch you further than this I swea—"

Sebelum kalimatnya itu selesai, aku menyambut uluran tangan tersebut dan menjabatnya ringan.

It's warm. Not too rough, but not too soft. His grip is steady—not too hard, but not too loose.

It feels just... fine.

Sam tersenyum atas tindakanku barusan. Ia menggestur ke arah tangan kami yang tergenggam seraya berujar ringan.

"We good?"

Aku mengangguk kecil membalasnya.

"Yeah, we good"

***

"...So, tell me, how does he do it?"

"Hah?"

"Jeff. How does he—"

"Sam, come on"

"Whaaat? Gue 'kan cuma nanya. I mean, who knows gue bisa put in a word or two to him tentang lo dan apa yang lo rasain about the... separation"

"God... you're playing the messenger now?"

"I can if you want. After all, gue sama dia 'kan udah temenan lama"

"Nggak usah udah."

"You sure?"

"Iyaaa"

"Yakin?"

"Iyaaaaaaaa"

"Like, a hundred percent su—"

"Sam, just... drive and get me home. Please. Gue nggak mood bahas ginian."

"...right. Sorry. Stepped too far."

"You certainly did."

***

***

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.


***

A/N:

JENG JENGGGGG!!!!

Kaget ga? Kaget dong.

HollowWhere stories live. Discover now