Singgah Sebentar-2

1.2K 78 2
                                    

Jangan lupa vote+komen
Thank you and hope you like.
____________________

"Koh?" Fajar memanggil Markus yang tidur di ranjang sebelah.

"Hmm?"

"Lo tau kan, Rian itu cinta sama Kevin."

"Ya Tuhan Jar, siapa sih di pelatnas yang nggak tau seberap cintanya mereka berdua. Walaupun mereka keliatan biasa gitu kalo lagi barengan sama kita-kita, tapi kalo mereka cuma berdua tuh udah kek pas..." Markus diam, menggantung ucapanya.

"Bentar nih, lo ngapain nanya itu?" Lanjut Markus, matanya memincing menatap lekat-lekat wajah Fajar.

"Ck. Enggak koh, cuma..." Fajar nampak berfikir sebentar. Dilihatnya Markus yang masih menunggu jawaban Fajar, "Emm, ga jadi deh."

"Gimana sih Jar..." Kata Markus kecewa. Sekarang ia hanya bisa menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi pada Fajar setelah kemarin ia pergi dengan Rian.

***

"Vin, tidur. Udah jam 10 loh ini. Kamu dari tadi sore ngurus itu terus. Nggak kasian sama badan?! Makan juga belom."

"Iya bentar lagi ya."

Rian menghela nafas kasar, ia lelah sedari tadi di abaikan oleh Kevin yang sedang mengurus perizinan untuk tempat bisnisnya itu.

"Vin, nggak bisa minta orang lain buat ngurus aja?" Tanya Rian lagi.

"Engga dong, gue pengen ngurus ini sendiri. Pengen ngrasain kerja keras juga." Kata Kevin masih sibuk dengan pekerjaanya.

"Emang selama ini kamu ngapain? Kamu di lapangan kan juga kerja keras!"

"Itu beda Ian."

"Vin!" Bentak Rian.

"Yan, lo ga pengen liat gue sukses? Liat gue berhasil? Ntar juga hasilnya bukan cuma buat gue Yan. Jadi diem, biarin gue fokus sama ini dulu. Dari tadi tuh lo yang bikin gue nggak konsen!" Balas Kevin dengan nada tak kalah tinggi.

Rian kaget, Kevin pake lo ke Rian? Kevin belum pernah seperti ini sebelumnya, belum pernah ia membentak Rian dan mengganti sapaannya pada Rian dengan sebutan Lo.

Rian menarik nafasnya pelan, matanya terpejam mencoba rileks dan mengabaikan ucapan Kevin. Mencoba untuk tidak menangis. Bahkan pria yang tadi membentaknya itu kini tidak memerdulikannya yang terkejut dan takut.

Rian langsung meringkuk di kamar tidur nya, menarik selimut dan memeluk gulingnya. Ia sakit, tidak pernah ia di bentak oleh Kevin sejauh ini. Mungkin Rian juga lelah terus di abaikan beberapa hari ini.

Drrt drrt...

Ponsel di meja itu bergetar. Telepon masuk ke ponsel Rian. Terpaksa Rian bangkit lagi, mengambil ponselnya di depan Kevin itu.

"Halo Jar?" Sambil mengangkat ia melirik ke arah Kevin, yang bahkan tidak peduli padanya.

"Hmm? Tau aja lo. Haha."  Rian memaksakan tawanya, matanya masih menatap Kevin.

Mendengar tawa dari bibir Rian, Kevin menoleh, balas menatap Rian.

"Eh, dimana?" Rian langsung pergi, mengabaikan tatapan tanya Kevin.

"Ya udah, gue kesitu." Rian menutup pintu itu dan benar-benar meninggalkan Kevin.

***

"Benerkan gue, Kevin pasti masih sibuk."

"Udah deh nggak usah bahas itu." Kaya Rian kesal.

Fajar dan Rian kini berada di pinggir lapangan luar asrama, tepatnya di jalur lari. Mereka hanya duduk di temani botol berisi minuman yang mereka ambil dari kulkas di lapangan dalam.

"Sepi ya." Rian merentangkan tubuhnya, tiduran sambil menatap langit.

"Udah jam 11 ya sepi lah. Apalagi malem minggu Jom." Fajar mengikuti Rian, berbaring di jalur lari.

"Jar.. "

"Hmm?" Fajar menoleh Rian.

"Sepi." Desis Rian pelan.

"Ya terus?"

Tanpa diduga, Rian tiba-tiba mencium Fajar, menumpu tubuhnya dengan tangan kirinya.

"Jadi temen gue malem ini." Bisik Rian tepat di depan bibir Fajar.

Fajar langsung meraup bibir Rian lembut. Kini Rian sudah benar-benar menindih Fajar.

"Nghh, kita ga bisa lakuin disini," kata Rian pelan.

***

Pukul 2 dini hari, Rian baru kembali ke kamarnya. Dilihatnya Kevin yang sudah pulas tertidur tanpa kaus. Wajah nampak sekali lelah.

Rian menyusul Kevin, ia berbaring menghadap Kevin memeluk pria itu erat.

"Gue yang harus minta maaf apa kamu yang harus minta maaf?" Bisik Rian pelan sekali, sebelum ia mencium pucuk kepala Kevin dan akhirnya terlelap.

***

Rian terbangun. Jam sudah menunjukkan pukul 8:30 sedangkan Kevin masih pulas tertidur.

Tanpa berniat untuk bangkit, Rian malah mengeratkan pelukannya pada Kevin. Menghidu wangi yang lama ia rindukan.

Kelopak mata sipit itu mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya benar-benar terbuka.

"Hoam" Kevin menguap. Di lihatnya Rian yang sedang memandangnya.

"Tadi malem kemana?"

"Ketiduran di kamar Ginting," bohong Rian.

Kevin tidak menanggapi lagi, ia meraih ponselnya mengecek sesuatu disana.

"Perizinannya udah bisa." Kata Kevin.

"Hmm." Gumam Rian. Tanganya enggan untuk lepas dari lengan Kevin.

"Hari ini tinggal ngurus persiapan launching nya." Kata Kevin lagi.

"Jangan pergi."

"Sebentar Ian."

Rian tidak berkata lagi, ia takut kejadian malam kemarin terulang kembali. Pelukanya pada Kevin pun mengendur, bersamaan dengan Kevin yang bangkit menuju kamar mandi dan bersiap pergi menemui rekanya untuk membicarakan launching bisnisnya itu.

Rian tidak beranjak sedikitpun, dari tadi ia hanya memperhatikan Kevin yang bersiap untuk pergi. 

Kevin langsung pergi begitu saja setelah semuanya siap. Rian melongo, dirinya di abaikan begitu saja. Tidak ada ucapan selamat tinggal apalagi kecupan. Astaga Kevin!!

"Halo Jar?"

"Ada mau pergi?"

"Oh, sarapan yuk."

Rian menghubungi Fajar, pria itu kini berlari pada seseorang yang katanya pernah menyukainya itu. Semenjak Kevin mulai sibuk, Rian memang menjadi dekat dengan Fajar. Mungkin Rian kesepian. Tapi kenapa harus Fajar? Kenapa hanya Fajar? Kenapa ia tidak pergi bersama yang lain? Entah, hanya Rian yang tahu.

Fajar pergi ke kamar Rian.

"Hei, kok masih tiduran?" Fajar menghampiri Rian yang masih rebahan di tempat tidur itu.

"Mager gue. Sini aja dulu." Fajar ikut berbaring di samping Rian.

Rian memeluk lengan Fajar erat. Fajar pun balas memeluk Rian, membawa Rian berada di dadanya. Menciumi pucuk kepala pria yang statusnya pacar temannya itu.

Fajar tahu ia salah, tapi ketika Rian memintanya untuk singgah apa boleh buat. Fajar masih mencintai Rian.

________________
Tbc

Our WorldWhere stories live. Discover now