1. Tragedi

50 1 0
                                    

Semarang

Rabu, 25 November 1945 15:30 WIB

Suara deru tembakan menghujani hutan kota Semarang, membuat suasana sekitar semakin mencekam. "Jenderal, apa yang harus kita lakukan?", ucap lelaki yang berparas melayu kepada lelaki yang berdiri di sebelahnya. Lelaki yang dipanggil Jenderal tersebutpun memberikan balasan, "Kita harus tetap bersembunyi dan menunggu sampai Netherland selesai menghujani hutan ini dengan serangan, karena kita kekurangan jumlah pasukan jika ingin melawan mereka.". "Baiklah, Jenderal", sang ajudan dan seluruh pasukan pun mematuhi apa yang telah diinstruksikan oleh Jenderal mereka. Setelah beberapa saat kemudian, suara deru tembakan pun perlahan mulai reda. "Sepertinya serangan dari Netherland sudah mulai berkurang, mari kita kembali ke markas kita, tetap berjaga jaga dan awasi sekitar siapa tahu akan ada serangan susulan." "Copy, Jenderal", ucap lelaki berparas Indo yang mempunyai nama lengkap Letnan Derga Adhelard Pranowo, ajudan setia sang Jenderal. Di saat situasi menegangkan seperti inilah mental dan ketangguhan fisik mereka diuji, bagaimana tidak, negeri yang mereka cintai selalu diusik secara membabi buta oleh penjajah yang rela menumbangkan nyawa orang tak bersalah demi mendapatkan apa yang diinginkan. Setelah mereka sampai di markas, mereka bergegas untuk memulihkan kondisi fisik mereka dengan meminta bantuan paramedis yang sedang bertugas di markas tersebut.

Jakarta

Senin, 25 November 2019 06:00 WIB

"Adek, bangun! Jam 8 kamu ada kelas loh. Entar telat lagi, kamu kan kalau siap siap lama banget.", Ucap wanita paruh baya kepada seorang remaja perempuan yang sedang tertidur pulas di atas kasur yang berlapiskan sprei berwarna merah, putih, dan biru, iya, gadis itu adalah penggemar setia tokoh superhero Marvel Universe siapa lagi kalau bukan Steve Roger, Captain America,. "Hm.. Iya ma, bentaran ya, aku masih ngantuk nih, 5 menit lagi deh bangunnya.", Balasnya dengan suara parau. "Bangun sekarang atau mama aduin ke papa?" ancam wanita tersebut yang merupakan ibunya dan dengan sekejap remaja perempuan tersebut langsung terbangun dari tidurnya. "Ahelah mama kenapa bawa bawa papa si kan ngeri.", Ucap gadis itu sembari mengusap matanya yang masih terasa berat. "Abisnya kamu kan kalo gak digituin gak bangun-bangun, kebo.", balas ibunya dengan ekspresi puas.

Dengan raut wajah malas, gadis berumur 18 tahun yang bernama Ferlisha Juanita bergegas untuk sarapan dan menyegerakan untuk mandi. Setelah mandi, sang gadis bermata indah tersebut mengeringkan rambutnya yang basah dengan hair dryer dan memoles wajahnya dengan make up tipis. Setelah rambutnya kering, ia menyisir dan mencatok rambutnya dengan model curly. Selesai bersiap-siap, ia pun langsung menggendong tas punggungnya yang berwarna merah seraya memanggil ayahnya, "Papa, yuk berangkat, adek udah siap nih!" sang ayah pun membalas ucapan putrinya, "Ayo dek." Sesampainya di kampus, ayahnya pun memberikan petuah, "Pulang langsung telfon Papa ya biar nanti papa jemput, jangan aneh-aneh, belajar yang rajin!". "Siap, Pak Bos!", sahut sang gadis ceria.

Setelah turun dari motor, ia melihat dua temannya yang sedang berjalan ke arah gedung fakultas menuju gedung kuliahnya, "Woy Nabila, Dinda, tunggu!", sahutnya. "Woy Fer!", sahut temannya yang mengenakan hijab berwarna hitam. "Dianter bapak lo lagi? Gak kasian apa Fer bapak lo nganter-jemput lo terus? Coba lo bawa motor deh, gak nyusahin bapak lo plus lebih bebas juga mau kemana-mana." Ucap temannya yang bernama Nabila itu. "Bener Fer, ntar kan kalo lo bawa motor gue sekalian bisa nebeng balik ke kost-an hehehe.", Sahut temannya yang bernama Dinda. Gadis berperawakan berisi itupun langsung menyahut, "Bukannya gue gak mau mandiri tapi emang Papa gue gak ngizinin gue buat bawa kendaraan sendiri, dia takut anak satu-satunya ini kenapa-napa kalo bawa motor, biasalah orang tua." Dinda pun membalas, "Trus kenapa lo gak bawa mobil aja?". "Kalo itu, bapak gue malah takut mobilnya yang kenapa-napa hehe." Sahut Ferlisha sambil menyunggingkan senyum. "Dah yuk daripada ngobrol mending kita buru buru masuk sebelum Pak Simon dateng! Soalnya kan bapak itu gak nerima mahasiswa yang datengnya setelah dia." Sahutnya. "Ohiya, yuk masuk ruangan!", ajak Nabila.

Semarang

Rabu, 25 November 1945 21:30 WIB

Para pasukan yang berada di markas dalam hutan, sedang berunding untuk menentukan strategi untuk inspeksi ke depannya. Di tengah perundingan tersebut terdengar suara langkah kaki yang cukup membuat para pasukan tentara itu sadar bahwa mereka telah dikepung. "Pak Utomo, tolong bawa Jenderal untuk lari dari sini. Saya dan yang lain akan sebisa mungkin mengalihkan perhatian mereka agar tidak tertuju kepada kalian.", pandu sang ajudan. "Baiklah, Letnan.", ujar Utomo. Pak Utomo dengan segera mematuhi apa yang diinstruksikan oleh Letnan Derga Adhelard dengan membawa Jendral Suryono untuk keluar dari markas dan segera mencari pertolongan. 

Dengan berlari dan bersembunyi akhirnya Pak Utomo dan Jenderal Suryono dapat keluar dari hutan dan menemukan markas tentara yang berada di luar hutan untuk mendapatkan bantuan pasukan. Di markas dalam hutan, keadaannya sangat mencekam. Letnan Derga dan pasukannya sedang menghadapi pasukan jumlah besar Belanda. Letnan Derga pun berusaha untuk mencegah pasukan Belanda yang berusaha untuk menembak ia dan pasukannya. Tapi takdir berkata lain, dari arah belakangnya sudah ada pasukan Belanda yang menembakan pelurunya ke arah punggung Letnan Derga dengan membabi buta dan mengenai tepat di punggung Letnan. Letnan yang terkena tembakan itupun langsung terjatuh dan meninggal di tempat tanpa sempat di bawa ke rumah sakit. Pasukan bantuan yang dikirim oleh Jenderal Suryono datang terlambat sehingga tidak dapat menyelamatkan Letnan Derga dari serangan Belanda.

Jakarta

Senin, 25 November 2019 08:00 WIB

Sesampainya di ruang kelas, Ferlisha dan kedua temannya pun langsung menempati kursi yang terletak di tengah ruang kelas tersebut. Posisi itu mereka pilih karena agar tidak terlalu terlihat oleh dosen karena tertutup oleh para mahasiswa di depannya, tetapi masih bisa menyimak apa yang disampaikan oleh dosen. Tak lama kemudian Pak Simon, Dosen pengajar Sejarah Indonesia itu datang dan menduduki tempat duduk dosen yang telah disediakan. "Baiklah adik-adik, karena Bapak sedang mengerjakan riset dan laporan, Bapak akan meminta waktu kalian sebentar saja dan memberikan tugas. Buatlah kelompok yang berisi dari 3 orang, rangkum dan berikan analisis kalian tentang pahlawan kita yang peristiwa penyerangan secara mendadak oleh Belanda di markas tentara kita di hutan Semarang pada tahun 1945, karena hari ini merupakan peringatan peristiwa penyerangan tersebut yang ke 74 tahun. Saya tunggu tugasnya selesai hari ini jam 1 siang di ruangan saya." ujarnya sembari meninggalkan ruangan.

"Baik Pak." ucap para mahasiswa serentak. "Asik, bapaknya gak ngajar, yuhu bisa ke kantin!", Ferlisha berseru gembira. Nabila dengan gemas langsung menghadiahkan jitakan kepada Nabila, "Ke kantin matamu! Kita kan dikasih tugas, mana deadline-nya hari ini pula." Dinda yang melihat perdebatan kecil tersebut menghela nafasnya sembari berkata, "Hadeh, kalau mau riset ya riset aja, ini masih ngasih beban ke mahasiswa." Meskipun Dinda merupakan anak yang ambisius dalam mengejar nilai, dia sendiri tidak menyukai apabila dosen yang meninggalkan kelas tetapi memberi tugas. Terlalu nanggung sih katanya, kalau mau free ya free sekalian, kalau belajar ya hayuk. "Eh, kita sekelompok aja lah ya, biar gampang!", ujar Ferlisha kepada kedua temannya. "Iya Fer, gue bagi ya tugasnya. Fer lo cari informasi materinya, Nabila lo yang nulis materi di kertas folio, biar gue aja yang analisis.", ujar Dinda. "siap, Bu Bos!", ujar Nabila dan Ferlisha.

Ferlisha yang sedang mencari informasi dan membaca kisah tentang penyerangan yang terjadi di Semarang pada tahun 1957 itu mengamati dengan sangat serius hingga merasakan sedih karena terlarut dalam cerita yang tertuang di internet. "Eh kasian banget loh ini Letnan Derga, dia meninggal kena tembak penjajah karena dia mau ngelindungin Jenderal Suryono. Setia banget ya, trus kalo diliat-liat orangnya ganteng, masih muda pula.", ujar Ferlisha. "Ya gimana Fer, itukan udah tanggungjawab dia sebagai ajudan, emang tugasnya kan ngelindungin Jenderal dan negaranya.", sahut Nabila. "Iyasih tapikan kasian juga sama mereka yang diserang huhu. Coba aja ya gue bisa balik ke masalalu, gue bakal nyuruh pasukannya biar jangan adain inspeksi ke hutan, atau gak suruh tambahin pasukan deh. Terus mereka bisa terhindar deh dari tragedi yang nyeremin itu. Mereka diserang juga karena Belanda tau kalo mereka tuh kekurangan pasukan.", balas Ferlisha. "Ya mau gimana lagi, udah terjadi juga. Udah lama banget itu kejadiannya. Mau diulang mana mungkin, kalo gue doraemon gue pinjemin deh mesin waktu gue biar lo bisa balik ke masa lalu trus gausah balik deh ke masa depan lagi.", sahut Dinda seraya bercanda. Ferlisha pun langsung menyentil jidat temannya itu dengan ekspresi kesal sembari berkata, "Mimpi apadeh gue punya temen kayak lo." Nabila yang sedari tadi menyimak pun mengeluarkan suaranya, "Dah dah berantemnya, yuk lanjut ngerjain lagi."


- to be continued -

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 03, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Romansa Ke Masa DepanWhere stories live. Discover now