4. Lost

176 29 1
                                    

Jinyoung tidak mengerti jika pertemuan mereka kala itu adalah pertemuan terakhir baginya dan Jaebum. Semenjak hari dimana Jaebum terakhir kali bicara padanya, ia tidak menemukan lelaki itu melongokkan kepalanya dari balik tembok tempat ia biasa bertemu. Setiap pulang sekolah, Jinyoung menghabiskan waktu sorenya untuk menatap tembok yang ada dihadapannya. Matanya lekat menatap. Pendengarannya berusaha menangkap suara sekecil apapun dari balik tembok itu. Tapi sudah lebih dari seminggu lamanya ia berada disana. Ia tidak lagi bermain dengan teman-teman lainnya dan memilih untuk menunggu. Rasa khawatir dan bingung bercampur dalam dirinya. Apa yang terjadi dengan Jaebum?

Sooyoung dan Boyoung yang mulai khawatir dengan adiknya mulai melaporkan segalanya pada Ayah dan Ibu. Jinyoung yang bermain dengan anak laki-laki tak dikenal. Jinyoung yang selalu berdiam diri menatap tembok di sisi lapangan. Jinyoung yang selalu pulang dengan tatapan kosong. Dan Jinyoung yang mulai lebih banyak berdiam diri.

Sebenarnya Jinyoung ingin berbicara banyak pada Ibunya mengenai teman barunya, Jaebum. Namun ia khawatir tidak ada yang mempercayainya. Pada akhirnya, Ibu mencoba mengerti si bungsu dan berbicara perlahan padanya. Selama ini Jinyoung hanya bercerita bagaimana caranya melaporkan orang ke polisi. Ia berkata ingin menyelamatkan seseorang tapi entah siapa dan dimana.

Jinyoung menjelaskan semuanya pada Ibunya. Termasuk bagaimana ia bisa bertemu dan bermain bersama Jaebum.

Ibu tidak dapat berkomentar banyak karena memang apa yang ia ketahui sebenarnya tidak ada satupun anak laki-laki seumuran dengan anaknya tinggal di rumah itu. Tanpa sepengetahuan Jinyoung, Ibu bertanya pada tetangga di sekitarnya mengenai keberadaan wanita tersebut bersama anak laki-laki bernama Jaebum. Hampir seluruhnya menjawab dengan gelengan kepala. Tak jelas bagaimana asal usulnya, rumah itu memang dimiliki oleh seorang pelacur yang sangat tidak jelas kehidupannya. Semua orang di sekitarnya berpikir, bagaimana bisa seorang pelacur mengurus seorang anak yang bahkan mengurusi dirinya sendiri tidak bisa.

"Tidak bisakah Ibu memeriksa rumah itu?" tanya Jinyoung.

"Jinyoung-ah, rumah itu selalu terkunci dan tidak ada orang yang pernah membukanya selain Ahjumma di dalam rumah itu. Ibu tidak punya alasan untuk mendatanginya."

"Ibu bisa katakan bahwa aku menjadi Jaebum!" rengek Jinyoung.

Ibu menghela napas. "Jinyoung-ah, Ibu tidak bisa-"

"Apakah Ibu tidak mempercayaiku?"

"Jinyoung, Ibu mempercayaimu, tapi Ibu sudah-"

"Ibu sama saja seperti Noona!"

Ibu kembali menghela napas saat melihat si bungsu kembali ke kamarnya tanpa sesuap nasi yang masuk ke dalam mulutnya.

Keesokan harinya, Jinyoung masih terduduk disana. Di tempat dimana ia biasa bertemu Jaebum. Sudah hampir dua minggu ia menungu. Tapi tak ada tanda-tanda kehadiran anak lelaki itu. Sampai pada akhirnya ia mendengar gesekan tanah yang beradu dengan batang lidi. Seperti suara seseorang sedang menyapu halaman. Jinyoung terperanjat kaget dan berlari segera untuk menaiki kotak kayu itu dan melongokkan kepala di balik tembok.

Ia menemukan seseorang pria paruh baya tengah menyapu sisa-sisa kotoran yang ada disana. Pria itu membuka pintu gudang dan mengeluarkan semua isinya. Baskom kosong, piring-piring plastik, beberapa kain bekas dan sisa makanan yang tercecer.

"Cih! Bagaimana bisa dia bisa memelihara anjing di tempat sekotor ini? Menjijikkan sekali!" rutuk pria tersebut.

Tepat saat pria itu mendongak, ia menemukan wajah Jinyoung yang bingung di bagian atas tembok. "Hei, apa yang kau lakukan di atas sana?! Apa yang kau lihat?!"

"A-Ahjussi... Apa yang terjadi?" Jinyoung tergagap bingung. Otaknya belum mampu mencerna semua informasi yang membingungkan.

"Apa yang terjadi? Apa maksudmu?"

"Apa yang Anda lakukan?"

"Tentu saja membersihkan rumah ini!"

"Apa rumah ini milikmu?"

"Sekarang? Tentu saja!" sahutnya. "Apa kau mengenal pemilik lama rumah ini?"

"Tidak..." Jinyoung bingung untuk menjawab. "Ahjussi, apa kau tahu kemana mereka pergi?"

"Aku tidak tahu. Aku membeli rumah ini karena seseorang berkata menjual rumah ini seminggu lalu dengan harga murah. Rumah ini terlalu besar untuk ditinggali seorang wanita dan anjingnya." Pria itu mengeluarkan tali anjing dari dalam gudang tersebut dan membuangnya ke plastik sampah hitam besar di dekatnya.

"Anjing...?"

"Ya, anjing. Kau lihat? Bagaimana bisa seorang manusia bisa tinggal yang bahkan anjing pun tidak. Tentu saja, lihat semua benda-benda ini."

Jinyoung terlalu bingung untuk mengerti apa yang sedang terjadi. Ia terdiam sesaat. Tubuhnya terasa lemas dan limbung. Ia tidak ingat apa yang terjadi selanjutnya. Yang ia tidak tahu, di antara semua benda yang dibuang ke dalam kantong plastik besar tersebut salah satunya adalah bungkus plastik biskuit miliknya.

***

THE ENTROPYحيث تعيش القصص. اكتشف الآن