"Ngomong - ngomong kau belum mengatakan tujuanmu. Iya kan?''

Sasuke mengerjap. Dia sampai lupa dengan hal yang harus dia tanyakan pada Kabuto.

"Hinata menghilang''

"Hinata? Siapa?'' Kabuto menaikan sebelah alisnya. Dia tidak mengenal nama itu. Dan kenapa Sasuke bertanya padanya.

"Salah satu temanku'' Sasuke menelan ludah ''Aku takut dia bertemu Naruto dan...''

"Teman? Jika dia hanya temanmu, Naruto tidak akan melakukan apa - apa'' jawab Kabuto santai.

Jika yang dikatakan Kabuto benar, memang tidak akan terjadi apa - apa, tapi Sasuke merasa sudah membuat Naruto marah dengan tidak menjawab telepon temannya itu. Dia merasa sudah berbuat sesuatu yang fatal dengan mengabaikan telepon dari Naruto.

"Naruto sepertinya berpikir aku ada hubungan dengan Hinata'' suara Sasuke lirih, tidak terlalu yakin dengan perkataannya ''Aku mengabaikan teleponnya. Dan aku menemukan ponsel Hinata pada Naruto. Naruto juga mengirimiku pesan dengan ponsel Hinata, berpura - pura menjadi gadis itu''

Helaan napas kasar dikeluarkan Kabuto. Bola matanya berputar, ekspresinya seolah tengah menyesali sesuatu.

"Apa yang bisa kubantu?'' Kabuto menepukkan kedua tangannya ke paha. Menegakan punggungnya.

"Apa kau tahu, kira - kira dimana gadis itu? Mungkin kau bisa menanyakannya pada Naruto. Aku khawatir sudah terjadi sesuatu yang buruk pada Hinata''

"Aku tidak yakin bisa membantu jika itu yang kau minta. Seharusnya kau lapor polisi''

"Aku... tidak bisa'' Sasuke terlihat putus asa. Seharusnya memang begitu. Seharusnya Sasuke lapor polisi. Dia menemukan ponsel Hinata ada pada Naruto. Itu bisa jadi bukti. Atau kalau tidak ingin ikut campur dia bisa memberitahu kakak Hinata apa yang dia tahu.

Tapi Sasuke tidak ingin melakukan itu. Dia merasa bersalah. Sasuke merasa apa yang terjadi pada Hinata adalah kesalahannya. Seandainya dia tidak mengabaikan telepon Naruto, ditambah lagi Sasuke menduga Naruto tahu dia menelpon Hinata setelah tidak menjawab teleponnya.

Seharusnya itu hanya masalah kecil. Seharusnya masalah seperti itu hanya akan menimbulkan sedikit kesalah pahaman yang bisa langsung di atasi saat keduanya bicara. Seharusnya begitu. Tapi nyatanya tidak. Karena Naruto bukan orang kebanyakan. Karena apa yang Sasuke anggap kecil, bagi Naruto bukanlah sesuatu yang sepele. Dan Sasuke terlambat menyadari itu.

Pemuda raven itu menggigit bibir. Perasaan bersalah menggumpal di dadanya. Kalau sampai hal buruk terjadi pada Hinata, itu semua salahnya dan jika sampai Naruto melakukan hal buruk pada gadis itu, itu juga salahnya. Kenapa disini malah terkesan dia yang jadi orang jahat.

"Oke. Aku akan membantumu'' jawaban Kabuto sedikit melegakan bagi Sasuke ''Tapi aku tidak janji semuanya akan baik - baik saja''

"Tidak apa. Terima kasih sebelumnya aku...''

Getaran ponsel di saku menghentikan ucapan Sasuke. Wajah pemuda itu yang memang sudah pucat, semakin pucat begitu melihat nomor siapa yang menghubunginya. Dengan jari sedikit gemetar Sasuke menggeser tombol hijau dan meletakan benda tipis itu ke telinga.

Suara ramah dan sopan terdengar dari benda canggih itu, hanya saja, raut wajah Sasuke tidak sejalan dengan suara ramah yang dia dengar. Tangannya gemetar dan hampir saja ponsel di tangannya tergelincir jatuh.

Tanpa bicara apapun lagi. Sasuke berdiri dan melesat pergi, tidak memedulikan Kabuto yang berteriak memanggilnya. Menanyakan apa yang terjadi.

Secepatnya Sasuke ke halte. Beruntung bus segera datang kurang dari lima menit. Sasuke melompati tangga bus nyaris membuat seorang bapak tua jatuh, jika saja tangannya tidak cekatan berpegangan pada pinggiran pintu saat akan turun. Si bapak tua mengomel dengan kelakuan Sasuke, dan pemuda itu hanya membungkuk meminta maaf dengan wajah bingung.

EPHITYMIANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ