I think we should stay in love

Mulai dari awal
                                    

"I fucked up..." aku merintih seraya menyandarkan kepalaku di kaki sofa. Tanganku bergerak meraih Elmo plushie milik Dena dan memeluknya erat.

Di depan pantry, Theta hanya menatapku dengan alis terangkat. "Lo drunk text Jeff?"

Aku mendongak menatapnya, kemudian mengangguk lesu.

Yang sahabatku itu lakukan selanjutnya, adalah tertawa. Awalnya hanya kekehan kecil, kemudian gelak yang lebih lama, dan berakhir dengan tawa terbahak-bahak.

"Makanya jangan ngeyel kalo hapenya gue minta. Rasain." ujarnya dengan kekehan yang tersisa.

"The, how would I know sih?? Kalo gue bisa nyetop diri gue sendiri juga gue nggak bakal nge-chat dia semalem" sanggahku sambil menghela nafas berat.

"Ya lo nenggak berapa gelas coba semalem. Udah gue bilang hape lo gue aja yang pegang, lo malah kekeuh megangin tuh hape kaya lagi mau dijambret." balas Theta seraya menuangkan bubuk kopi ke gelas.

"God I'm so stupid..." aku menggumam pelan. "

"Yaudah sih, Pril. Tinggal chat lagi aja bilang itu semalem kepencet atau apa, atau jujur aja bilang lo lagi mabok jadi nggak bisa mikir" sahut Theta santai. "BTW dia bales nggak sih?"

Kali ini, aku hanya menggeleng lemah. "Di-read doang, The. Dia mikir gue pathetic banget kali ya jadi mantan?"

Theta tertawa kecil dan menghampiriku dengan mug berisi kopi yang mengebul panas di tangannya. "Mana coba liat? Lo nge-chat apa sih emang?"

Sementara ia melongok untuk melihat layar ponselku, aku meraih gelas kopi dari tangannya dan menyeruput isinya sedikit untuk setidaknya menjernihkan isi kepalaku. God, I think I need to make myself a glass. Or two. Or three.

"Hahahahaha geblek lu ah. Sempet-sempetnya lagi bilang kangen" Theta tertawa seraya mengembalikan ponselku dan mengambil kembali gelasnya. "Udah chat lagi aja bilang lo mabok semalem, dia juga ngerti paling"

"Yakali, The. Gue nge-chat mau ngomong apa coba? 'Sori aku mabok banget semalem' gitu? Sedih banget anjiiiiir ke mana harga diri gue" aku mengeluh sambil kembali meletakkan kepala di atas sofa.

Dari arah kamar, derap langkah Dena terdengar memasuki ruangan. Anak ini memang kalau urusan bangun tidur paling telat di antara kita bertiga—hangover ataupun nggak.

"Apaan nih rame-rame?" ia bertanya sambil mengucek matanya.

"April drunk text Jeff" jawab Theta seraya meniupi kopinya tipis-tipis.

"Really, girl?" Dena, meski masih dengan muka bantal dan rambut acak-acakan, melemparkan sebuah tatapan penuh penghakiman ke arahku. "Mana coba liat lo nge-chat apa? The, mau bagi kopinya"

Dengan kopi di tangan kanan, dan ponselku di tangan kiri, Dena pun mulai membaca. Ia diam selama beberapa saat sebelum mengangsurkan gadget tersebut kembali kepadaku dan menyeruput kopi di gelas Theta sedikit.

"Pril, Pril. Lo tuh emang udah nggak boleh pegang hape kalo mabok" ujarnya. "Semalem juga tuh tweet lo. Inget nggak lo nge-tweet apaan?"

Mataku membesar mendengar pertanyaan itu. Fuck me and my loose fingers. Aku sebenarnya melakukan apa aja sih dengan ponselku selama mabuk semalam?

"Oh iya tweet-nya... HAHAHA" Theta terbahak keras kemudian.

Aku menatap kedua sahabatku dengan sorot yang merupakan campuran antara bingung dan memelas. "Gue nge-tweet apa? Malu-maluin nggak? Mention Jeff nggak?"

Dena dengan sigap beringsut dan merogoh tasnya untuk mengambil ponselnya. Beberapa detik kemudian, aku pun sudah berhadapan dengan dua buah tweet penuh typo yang menyedihkan.

HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang