"Hoho, itu tidak mungkin Wan! Kenapa?" alis Seungwan tiba-tiba terangkat seolah menunggu maksudku, "Karena kau sangat mencintaiku, Wannie!" sahutku dengan penuh percaya diri.
"....."
OKE MUNDUR. RENCANA GAGAL!
"Hehe... aku bercanda, Wan" ujarku sambil tertawa gugup.
Namun anehnya, Seungwan nampak lebih santai sekarang. Dia bahkan tersenyum manis padaku sambil memamerkan deretan giginya yang rapi, "Kau tahu, Seul? Sekarang aku tahu kenapa hubungan kita tidak akan pernah lebih dari sekedar sahabat"
"Ehmm... kenapa?" sebuah pertanyaan polos keluar dari bibirku, dan detik berikutnya benar-benar aku sesali.
"KARENA KAU ITU IDIOT, DAN AKU TIDAK MAU ORANG IDIOT SEPERTIMU MENJADI KEKASIHKU!" teriaknya dengan keras yang membuatku hampir jatuh dari kursi.
Suara teriakan Seungwan yang seperti sambaran petir membuatku menutup telingaku rapat-rapat. Aku lupa bahwa selain Seungwan adalah sahabat terbaikku, dia sangat berisik. Ketika aku bilang berisik... I mean loud as f*ck.
Lewat ekor mataku, aku bisa melihat semua pengunjung lain di kedai kopi ini langsung menengok ke arah kami. Sepertinya mereka juga ikut kaget dengan suara menggelegar Seungwan. Sebagai orang yang masih waras, aku pun membungkuk minta maaf kepada mereka karena telah membuat keributan.
"Bisakah kau tidak bar-bar Wan? Cukup dengan menggunakan capslock saja ketika kita mengobrol di chatroom. Tidak perlu sampai di depan wajahku! Beruntung pemilik kedai kopi ini tidak mengusir kita" bisikku dengan pelan setelah aku meminta maaf juga kepada temanku yang memiliki kedai kopi ini.
"Jika kita diusir, itu adalah salahmu!" sahutnya dengan datar. Seperti tanpa beban sama sekali.
Aku memutar bola mataku dengan cepat. Kejadian siapa yang salah dan siapa yang benar ini mengingatkanku pada Joohyun. Bila Joohyun yang ada di depanku sekarang, dia pasti juga akan mengatakan ini. Karena apapun perdebatan yang kami lakukan, dia selalu benar dan aku selalu salah, titik.
"Oke, jadi tadi kau mau bicara apa?" Jujur pembicaraan ini sudah melebar kemana-mana. Sebenarnya ini terjadi karena ulahku sendiri. Tapi ayolah, dimana letak keseruannya jika kau terlalu serius?
Seungwan terdiam selama beberapa saat sebelum dia melanjutkan pembicaraan kami dengan jengkel, "Dengar, aku ingin bertanya sekarang padamu--" yang langsung aku sambut dengan anggukan cepat, "--kau sudah menyukainya selama berapa lama?"
Aku mengerang pelan. Kami kembali dalam pertanyaan konyol mirip eatbulaga ini, "Oh, ayolah. Aku menyukainya sejak kami masih SMA. Bahkan kau sudah tahu semua ceritanya, Wan"
"Itu dia masalahnya!" sahutnya yang membuatku tersentak tiba-tiba. Satu-satunya hal yang aku tidak sukai dari Seungwan selain dia cukup bar-bar untuk ukuran perempuan, gadis juga suka mengagetkanku secara tiba-tiba seperti ini. Bagaimana jika aku punya riwayat jantung? Aku masih punya daftar hutang sejak dari semester pertama yang belum aku lunasi!
"Kau sudah menyukainya sejak lama. Bahkan kau adalah orang yang paling dekat dengannya. Kenapa tidak langsung kau ungkapkan saja padanya kalau kau menyukainya? Aku tidak mengerti denganmu, Seul. Jika ada cara yang mudah, kenapa memakai cara yang susah?" tanyanya dengan frustasi.
"Itu dia masalahnya! Jika ada cara yang susah, kenapa harus memakai cara yang mudah, Wan?" balasku tidak mau kalah.
"........"
"Hehe, aku bercanda, Wan-- AWWW! HEI!" namun terlambat, sebuah pukulan telak mendarat di kepalaku dengan kencang. Gadis itu benar-benar tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memukulku ketika dia sedang kesal.
YOU ARE READING
The List
Fanfictionhttps://kangseul.wordpress.com/ Seulgi mencintai Joohyun sahabatnya sejak SMA. Hanya saja hubungan persahabatannya yang sudah cukup lama itu membuatnya ragu untuk mengungkapkan perasaannya. Berbekal ide gila dari Seungwan untuk mengungkapkan cintany...
https://kangseul.wordpress.com/
Start from the beginning
