9. Tentang Erik Dan Riko

981 32 11
                                    

9. Tentang Erik dan Riko

"Corona?"

"Ya?"

"Unik. Cantik."

"Apanya?"

"Aku suka namamu."

***

Amplop ini memang benar berwarna putih. Namun kendati demikian, setelah melihatnya dari jarak dekat, barulah akan kautemui banyak bercak kuning penuaan pada tiap sudutnya. Aku menduga, Dona telah menyiapkan dan menyimpannya sejak dulu sekali.

Surat dari Riko?

Kubalik-kuperhatikan tiap sisinya-kalau saja ada nama dari sang pengirim. Tidak ada sama sekali. Aku rasa, dari ukurannya, amplop ini berisikan sesuatu yang lebih besar daripada sekedar sepucuk surat.

Benda kenangan? Kaset?

Aku menimbangnya sejenak, kemudian memutuskan bahwa tebakan yang terakhir ini jauh lebih tidak masuk akal lagi.

Amplop ini tipis, agak kelewat besar untuk cuma diisi surat, dan tampak sudah lama.

Aku mengamatinya sekali lagi dengan lebih rinci dan hati-hati. Dan ya, kau benar. Memang sedari tadi bisa saja sudah kusobek dan kulihat isinya. Tapi nuraniku berkata-selain menyiapkan mental penuh-penuh-aku harus memperhatikan benda ini secara utuh. Menyayanginya pelan-pelan sebelum dikoyak. Memperlakukannya seolah ia sangat berharga...

Ah, amplop ini toh memang sangat berharga. Dan aku tak cukup bodoh untuk mau melewatkan momen-momen terbukanya benda ini. Benda yang ketika membuka akan sekaligus memberi pengetahuan baru dan barangkali menguak misteri tabu. Aku tidak tahu, dan sekarang aku benar-benar harus membukanya, kan?

Drrrttt drrrttt

Sebuah getaran terasa dari kantung celana. Aku merogohnya dan kudapati handphone sial ini lagi mendapat panggilan telepon.

...38298...

Nomor ibunya Erik kan?

Kumasukkan kembali benda bergetar itu ke dalam saku.

Untuk sekarang, tolong jangan ganggu aku.

Pandanganku kembali melayang pada amplop di genggaman. Kusenderkan tubuh pada dinding di sebelah pintu, kemudian seraya menghela nafas panjang, kusiapkan ujung telunjuk dan ibu jari pada ujung amplop. Kutarik kebawah.

Bret.

Sudah kurobek sampai ujung. Bersamaan dengan dentum di dada yang semakin cepat, kuraih isinya.

Kumpulan potongan kertas koran? Ada tiga empat lembar, dan terlihat cukup lampau.

Kuputar salah satunya agar sesuai dengan posisi mata, lalu kubaca cepat dalam benak,

...Sabtu, 16 Desember 2002...naas peristiwa yang dialami seorang pria dengan motor R.X. King ini...

...akibat kebut-kebutan ke arah bandara, tabrakan dengan truk yang tengah melintas...tak bisa dihindari...

...dinyatakan kritis...kepalanya terbentur keras dan wajahnya rusak parah..tulang remuk...Dr. Fadli menyatakan...amnesia...

...bedah plastik masih dapat dilakukan...mengubah struktur dan susunan tulang...

...mahasiswa semester enam universitas Jambi ini...

...atas permintaan keluarga tidak menyebutkan nama...inisial EP...

...dirujuk ke Perancis...ikut ibu...

Aku mematung. Meski cuaca tidak panas, keringat sudah mengucur deras.

Mesin Waktu, AkuWhere stories live. Discover now