22 November : Di Persimpangan Jalan

227 56 15
                                    

Dimas belum menemukan kesempatan mendapatkan cincin itu. Dokter Bagas selalu sibuk. Sulit mendekatinya.

Hari ini, kesempatan itu datang. Dia berada di ruang praktek Dokter Bagas. 


"Buku apa yang kamu perlukan? Pilihlah di lemari itu," Bagas menunjuk lemari buku di pojok ruangan.


"Ah iya. Saya lihat dulu Dok. Maaf mengganggu," jawab Dimas sopan. Dia memperhatikan satu per satu buku ilmu bedah di sana. Sambil sesekali mengobrol hal remeh temeh tentang penyakit pasien. Mengulur waktu.

Bagas melirik jam tangannya. Mengingatkan Dimas bahwa lima belas menit lagi dia ada jadwal operasi. 


"Cepat pilih bukunya. Saya ke toilet sebentar."


"Baik Dok." 


Hanya dua detik, tapi sudut mata Dimas menangkap cincin itu dilepas dan dimasukkan ke dalam laci meja.


Bagas keluar ruangan. Dimas beraksi. Tangannya gemetar saat akan mengambil cincin di laci. Ini kali pertama dia mencuri. Ada setitik keraguan. Dia berada di persimpangan jalan, antara melupakan ide gila ini, atau menjadi pencuri untuk pertama kali dalam hidupnya. Dia memilih opsi kedua. Cincin ini terlalu memikat untuk tidak dimiliki. Kalau tidak sekarang, esok atau lusa mungkin tak kan ada kesempatan emas semacam ini lagi! 


Dia menyembunyikan cincin di kantung celana. Begitu Bagas datang, Dimas berbohong dengan mengatakan bahwa seorang pasien baru saja mencarinya.

"Penting katanya Dok. Menyangkut nyawa. Pasien itu bilang akan menunggu Dokter di ruang tunggu."

Mereka berjalan bersama ke sana. Celingukan, dan Dimas berdalih tak menemukan sang pasien yang dimaksud. "Mungkin dia sudah pergi," katanya.

Itu bagian dari taktik Dimas agar ada jeda beberapa menit saat ruang praktek Dokter Bagas ditinggal kosong tak terkunci.

Beberapa saat kemudian, Bagas mencari Dimas di Lab. Mukanya pucat. "Cincinku hilang di ruang praktek. Kamu lihat?"

"Tidak Dok. Jangan-jangan, saat ruangan kita tinggal ke ruang tunggu pasien."

Pria itu mencari cincin seperti orang gila. Dimas pura-pura ikut membantu mencari cincin itu. Dalam benaknya, dia tersenyum licik.

CINCIN MATA SEMBILAN - RAWS Festival 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang