Bastard 잡종

87 19 15
                                    

Lee Youra.

Berbagai umpatan keluar dari bibirku, aku tak peduli jika banyak orang yang tengah menatapku aneh dengan segala kebingungan setelah melihatku. Aku bahkan sama sekali tidak peduli jika ada yang bilang aku gila kali ini, karena satu-satunya hal yang ingin aku lakukan adalah melampiaskan segala amarahku saat ini juga. 

Hariku masih baik-baik saja dua jam yang lalu sebelum orang sinting itu menarik dan membawaku pergi sebelum berakhir dengan kelancangnnya karena menciumku. Bahkan aku masih bisa merasakan sensasi yang tertinggal di atas bibirku ini benar-benar menjijikan. Setelah melakukan hal kelewat kurang ajar itu justru ia maih bisa menampakan senyum tanpa permohonan maaf sama sekali, ini penghinaan. 

Kakiku terus menghentak kesal pada lantai, gigiku menggigit kuat dengan tangan yang terkepal hingga kuku jariku terpendam sempurna dalam genggaman. Sepanjang langkah yang kuambil nyaris tidak punya tujuan sama sekali hanya terus berjalan tanpa arah sambil berusaha meredam segala amarah yang ada, tapi percuma. Ingatanku selalu manampakkan kejadian lalu yang membuatku jadi seperti ini. Demi apapun aku tidak tahan, aku bukan seorang yang pandai memendam amarah lama-lama. Aku butuh pelampiasan.

Maka dari itu, pergi ke ruang club adalah hal tepat sebagai pilihan. Tanpa berpikir panjang aku melepas seragamku dan menggantinya dengan tracksuits, kemudian mengambil posisi sempurna dihadapan samsak hitam besar yang siap dijadikan sasaran kemarahan. Pukulan demi pukulan aku layangkan hingga menimbulkan suara debum keras yang seperti melodi untukku, tendangan pun tak lupa aku berikan sebagai pelampiasan terbaik karena kesabaran sudah tidak lagi bersamaku. 

Entah sudah berapa lama aku menghabiskan waktu beradu dengan targert besar hitam di dalam ruangan ini, aku bahkan melewatkan kelas terakhir. Meskipun tubuhku sudah dibanjiri oleh keringat dengan napas tersenggal serta kaki dan tanganku yang mulai membengkak, aku masih belum berhenti. 

Tubuhku limbung kedepan hingga aku memeluk samsak yang tadi aku gunakan sebagi sandaran, aku sudah mencapai batas namun belum menemukan kepuasan. Dadaku terus naik dan turun tak beraturan rasanya sangat menyesakkan. Bahkan lebih menyesakan daripada kalah dalam pertandingan.

Mataku terpejam sejenak karena pening yang tiba-tiba melanda. Saat aku berhenti melakukan aktivitasku, kini aku mulai merasakan efeknya. Walaupun begitu aku masih tetap berdiri di posisi yang sama, berisap melakukan hal nekat lainnya. Namun pergerakanku terhenti saat pintu utama ruang terbuka.  

"Sunbae? ... sedang apa sunbae di sini?" tanya Hyorin kala mendapati keadaanku yang sama sekali tidak baik-baik saja. 

Aku diam, tanpa ada minat untuk menjawab. Hyorin makin menatapku aneh karena tingkahku yang tak biasa. Memangnya aku harus bilang apa padanya? bercerita pun percuma, dia tidak akan paham dan justru melakukan kebalikannya karena bocah tengil ini adalah salah satu penggemar dari orang yang ku benci. Kepalaku akan menjadi berjuta kali pusingnya nanti saat mendengar ocehannya.

Aku berjalan menuju meja dan mengambil handuk guna menyekat cairan asam yang menghiasi wajah serta leherku. Hyorin masih senantiasa memandangiku, sungguh aku tidak ingin membahas masalah apapun tentang hari ini. Ku teguk minuman yang ada hingga habis tak tersisa, kemudian mengenakkan kembali rompi seragam lalu melenggang keluar dari ruang latihan. 

"Yak, sunbae ... sunbae?! Kau kenapa?!"

Hyorin yang masih berada di ambang pintu terus memanggilku hingga aku tak lagi mendengar suaranya, mungkin dia sudah lelah akan tingkah anehku. Haruskah aku menyebut hari ini hari terburuk? Aku tak pernah merasa sepayah ini, emosiku campur aduk menjadi satu dengan arah yang tak menentu, membuatku bingung dan terlihat seperti orang dungu. 

Walaupun sudah memukul dan menendang hingga puluhan kali, perasaan lega sama sekali belum menyapaku. Dadaku masih senantiasa  bergemuruh menahan sesuatu yang belum terlampiaskan seutuhnya sampai aku merasakan kecamuk luar biasa. Tanpa ku sadari, entah sejak kapan kini aku sudah berasa di atas gedung sekolah.

Strange BondWhere stories live. Discover now