[ Buku ini telah diikut sertakan dalam 60 Days Writing Challenge dalam perintisan crew @thesixtysense ]
Bagian terbaik dalam hidup
Adalah menemukan sosok yang baik untuk hidup
"Aku tidak akan kehabisan ruang untuk mencintaimu. Jadi.. jangan pernah b...
Seokjin mengepalkan kedua tangannya. Kepalanya dia sandarkan pada pintu kaca buram yang baru tertutup itu, kemudian kepalanya tertunduk.
Sementara Seulgi yang berada dibelakangnya menatap punggung lebar itu dengan hati hancur.
Tap!!!
"Aku tidak ingin kau disakiti. Karena itu sama saja aku juga ikut disakiti" Seulgi langsung berbalik saat sebuah tangan menggengam tangannya. Kemudian dia langsung memeluk pria yang baru saja membisikan kalimat itu padanya.
Kim Taehyung. Pria itu langsung membalas pelukkan Seulgi dengan erat. Satu tangannya naik dan memberikan elusan lembut pada punggung Seulgi saat dia mendengar isakan lirih dari gadis Kang itu.
"Maafkan aku.. Seulgi.. maafkan aku" suara itu bukan dari Taehyung yang sedang membalas pelukkannya. Tapi dari Seokjin yang sudah berdiri di belakangnya saat ini.
Ingin rasanya Seokjin menarik Seulgi agar pelukan gadis itu bersama pria itu terlepas. Namun rasa bersalahnya yang mendalam membuatnya sadar akan posisinya.
Dia sudah tidak pantas.
Dia sudah tidak berhak.
Seokjin mengusap gusar wajahnya dengan kasar. Detik berikutnya dia menatap lurus punggung kecil Seulgi setelah gadis itu melepas pelukannya pada Taehyung.
"Maafkan aku. Benci saja aku. Aku salah" lirih Seokjin. Pria itu kembali tidak dapat membendung airmata kecewanya.
Airmata kecewa untuk dirinya sendiri.
Airmata untuk kehancurannya sendiri.
Airmata untuk kebohongannya sendiri.
Punggung kecil itu semakin bergerak tak beraturan. Kali ini suara tangis Seulgi terdengar begitu nyata. Dan itu membuat Seokjin semakin mengutuk dirinya.
Taehyung yang berdiri tepat di hadapan Seulgi pun memegang kedua bahu ringkih itu. Dipaksanya Seulgi untuk menatap kedua mata hitamnya.
"Aku bersamamu.. jangan menyakiti dirimu yang sudah tersakiti. Seulgi..." Taehyung menangkup wajah Seulgi. Kemudian pandangan mereka bertemu.
"Hancurmu.. hancurku. Tangismu.. tanggungjawabku" ucap Taehyung, setelah tepat saat dia mengatakan tanggungjawabku tatapannya tertuju pada Seokjin yang berada di belakang Seulgi.
"Maaf.. suami dari pasien?" Seorang perawat keluar dari ruang UGD. Membuat ketiganya menoleh.
"Pasien akan melahirkan. Kami butuh suaminya untuk berada disampingnya"
Seokjin berbalik dia lalu mendekat pada perawat itu.
"Anda suaminya?"
Seokjin mengangguk lamah. "Kalau begitu ikut saya masuk" sambung perawat wanita itu. Kemudian sang perawat masuk lebih dulu.
Tap!!!
Langkah Seokjin terhenti saat akan ikut masuk. Kemudian dia menoleh hingga pandangannya jatuh pada lengannya yang ditahan oleh Seulgi.
"Dia siapa??"
Tatapan mereka bertemu. Seulgi menatap sendu kedua mata memerah pria Kim itu. Dan kedua tangannya semakin erat menahan lengan pria itu.
"Dia siapa Oppa?" Tanya Seulgi lagi. Kini suaranya semakin lirih.
Seulgi tidak bodoh. Dia sudah mengerti sejak awal. Tapi dia tetap memilih untuk mendengar langsung dari Seokjin.
"Seulgi...."
"Maaf Tuan. Anda harus segera masuk kedalam" kalimat Seokjin terpotong, dan perawat itu membuat Seokjin menoleh padanya.
"Seulgi. Biarkan Seokjin masuk menemani istrinya" kedua tangan Seulgi terlepas secara paksa saat sebuah tangan menariknya. Seorang wanita paruh baya membuatnya melepas genggaman eratnya pada lengan Seokjin.
"Seokjin cepat kamu masuk. Biar ibu yang bicara pada Seulgi" sambung wanita itu. Kemudian Seokji dengan berat hati berbalik dan masuk mengikuti perawat.
"Bibi??"
"Biar saya yang akan menjelaskan pada kamu. Ikut saya" wanita itu -ibu song, ibunya Seokjin menarik lengan Seulgi.
"Tunggu" hingga langkah ibu song terhenti saat Taehyung menghalau lengkahnya.
"Kau siapa?" Tanya ibu Song pada Taehyung.
"..... Taehyung??....
... itu kamu nak?" Suara lembut itu membuat Taehyung menoleh. Hingga dia mendapati seorang wanita bersama dengan seorang pria disampingnya yang tadi pagi dia lihat keluar dari rumah Kim Seokjin.
"Ibu??"
● see yu luv ●
Omg. Akhirnya ini story sampai pada titik dimana segala penasaran kalian terjawab satu-persatu.
Dan.. kalian yang aku cintai, dari lubuk hati ini paling dalam. Aku gak akan bosan buat ngucapin thanks you luv.
Please stay...
Byebye...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.