TAMU YANG MURUNG

76 4 3
                                    

Lelaki itu datang pada suatu siang. Memesan lemon tea hangat dan satu pizza kecil dengan topping jamur. Ah, ia bukan benar-benar memesan, melainkan hanya mengiyakan menu pizza yang disebutkan penjualnya. Ia menunggu makanannya dengan sangat tenang. Duduk tegak hampir tanpa gerakan, bahkan menoleh kanan-kiri pun tidak. Matanya seolah terikat hanya pada satu titik.

Ketika lemon tea datang, ia seperti terkejut ketika pelayan—sekaligus koki—menyapa dan mempersilakan. Ia tergeragap sebentar, lalu kembali mematung memandang entah apa. Kejadian demikian terulang ketika pizza datang. Lelaki itu melamun berkepanjangan.

Kedai pizza itu sepi. Selama lelaki berkemeja Zara itu duduk, hanya ada satu orang datang dan membeli sekotak roti yang ia pilih dari deretan panjang pada rak kaca yang terang. Sang Koki yang sekaligus pelayan hanya bergerak di seputar dapur di balik rak kaca tersebut.

Hampir dua jam berlalu. Akhirnya lelaki muda itu bangkit dan memanggil pelan pada pelayan—koki, dia satu-satunya orang yang menunggui kedai ini. Yang dipanggil datang membawa baki kecil bersi bil, dan menyerahkannya dengan sopan. Sambil menunggu lelaki itu meletakkan uang di atas baki, ia melirik meja. Pizza kecil itu masih utuh, dan minuman dalam gelas masih separuh lebih. Setelah baki dikembalikan padanya, pelayan itu beranjak ke mesin kasir dan mencetak struk. Ia kembali lagi ke meja membawa struk dan uang kembalian.

Lelaki muda yang tak memakan pizza pesanannya itu tak langsung beranjak. Ia masih melanjutkan lamunannya sekitar sepuluh menit. Akhirnya ia bangkit ketika dua orang pembeli datang bergandengan—tampaknya mereka sepasang kekasih—dan duduk berhadapan tanpa melepaskan tangan. Suara sepatu sneakers hitam berdecit kecil ketika menggesek lantai pallet kayu kedai itu.

Koki yang juga pelayan itu segera menghampii sambil menyerahkan buku menu. Ia biarkan sepasang pembeli itu memilih, lalu ia beranjak ke meja dengan pizza kecil dingin dan lemon tea separuh lebih yang ditinggalkan oleh lelaki tadi. Pelayan itu membereskan meja.

Ia terperanjat ketika melihat ada selembar uang berwarna merah di atas baki kecil yang biasa ia sodorkan pada pembeli untuk menyerahkan bil.

***

Wangi roti yang baru keluar dari panggangan meruap memenuhi ruang kecil sebuah kedai di seberang stasiun commuter line. Gurih oregano dan segar tomat menyusup di antaranya. Aroma pizza.

Kedai kecil itu berkursi biru, bermeja kuning, dan berlampu oranye redup. Dua belas kursi tersebar mengerubuti tiga meja. Satu sofa empuk ada di sudut menjejeri rak buku kecil yang penuh sesak. Dinding bercat putih tulang hampir semua tertutupi berbagai poster, foto, dan puisi-puisi yang berbingkai. Sebuah etalase kaca berdiri membatasi area pengunjung dengan dapur kedai. Macam-macam roti manis tersusun rapi disoroti lampu dalam kotak kaca. Dua bulatan pizza masih mengepulkan asap tipis, membawa aroma lezat yang akan berkeliaran sampai ke seberang, mencari cuping-cuping hidung milik orang yang lalu lalang.

Pintu kaca yang tertutup, namun sangat terawang membuat orang di luar sangat leluasa melihat apapun yang terjadi di dalam kedai. Sebuah lonceng kecil akan tersenggol dan bergemerincing jika pintu terbuka.

MORNING DEW

Susunan huruf-huruf artistik tertulis di atas pintu. Memanjang, menunjukkan nama kedai itu. Ada gambar irisan segitiga pizza di ujung tulisan. Ada pohon bougenville dalam pot yang sudah meninggi di sebelah kanan kedai. Batangnya tampak menjalar teratur, terikat kawat, dipaksa mengikuti garis tembok dan jendela kaca lebar. Bunganya yang serupa kertas berwarna magenta bergerumbul malu-malu di sepanjang batangnya.

"Hai, Vera! Apa, nih, topping pizza pertama kita pagi ini?"

Gadis berbadan kecil dengan mata lebar dan pipi chubby menyapa gembira setelah mendorong pintu dan mendentingkan lonceng di atasnya. Rok payung menjulur sampai ke bawah lutut, berwana biru dengan gambar bunga matahari kecil di ujungnya, tampak serasi dipadu kaos pendek broken white dan sepatu kets berwarna biru denim. Topi feddora krem berpita hitam menutupi sebagian rambut gadis itu. Ia membawa sebuah goody bag berisi buku-buku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 11, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CINDERELLA SEPATU CANVASWhere stories live. Discover now