Bagian 4

2.6K 362 21
                                    

Haikuan hanya mampu memijat keningnya yang terasa nyeri akan sikap keras Yibo. Haruskah ia berkata kasar agar adiknya yakin dan menyerah untuk mengharapkan Xiao Zhan?

"Beri aku waktu sedikit lagi ge." Pinta pemuda berparas dingin tersebut.

"Sampai kapan? Sudah berapa lama kau terus gila akan dia? Baiklah tidak apa kau tetap gila akan pemuda itu, tetapi cepat kembali ke tubuhmu."

"Jika aku gagal, ini tidak akan ada artinya. Aku akan melupakan dia, dan dia pun pasti tidak berniat untuk denganku." Lirih Yibo.

"Bukannya lebih baik karena kau lupa?" Yibo hanya tersenyum miris mendengar ucapan Haikuan. Ia tahu Haikuan mengkhawatirkannya, tetapi mengapa terkesan mematahkan perjuangannya saat ini?

"Gege, aku tahu yang terbaik untukku. Ayah pernah mengatakan untuk menggapai apa yang kita ingin, memperjuangkannya sebelum adanya penyesalan. Ayah pernah berbuat kesalahan terhadap Ibu, tidak ada bersamanya disaat Ibu sulit. Yah walau ini berbeda, tetapi aku ingin memperjuangkan dia. Apa aku salah?" Lagi-lagi Haikuan menghela nafas beratnya. Ia menatap Yibo.

"Kembali sebelum semua terlambat. Perjuangkan sampai kau mampu, tetapi ingat keluargamu yang merindukanmu." Yibo tersenyum dan mengangguk. Hanya tinggal sedikit lagi, ia pasti akan mampu. Ia sangat yakin.

...

Malam pun tiba, Xiao Zhan hanya diam semenjak ia kembali dari Rumah Sakit, bahkan ia membawa Haikuan keluar untuk memberikan sedikit informasi tentang kondisi Yibo. Sebenarnya, tidak mendapatkan informasi pun tak apa. Melihat Yibo dengan dekat sudah membuat dirinya cukup.

"Kondisimu sangat terlihat parah, apakah tidak ada niat untuk kembali? Bukan aku mengusirmu, tetapi..." Xiao Zhan hanya menunduk, tetapi apa? Ia sendiri tidak tahu apa keinginannya. Matanya pun memanas. Ia masih teringat dengan jelas tubuh Yibo yang ia lihat dengan sangat dekat.

Yibo pun menatap wajah manis Xiao Zhan. Perlahan tangan Yibo mengangkat dagu Xiao Zhan agar wajah pemuda manis itu terlihat jelas olehnya. Kedua mata mereka pun saling bertemu.

"Mengapa kau jadi cengeng seperti ini?" Ujar Yibo, Xiao Zhan segera menepis kasar tangan Yibo dan menghapus matanya yang memerah agar air mata itu tak keluar. Yibo hanya terkekeh ringan.

"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan." Ujar Yibo. Pemuda itu bersandar pada sofa dan memandang lurus ke depan. Xiao Zhan menatap wajah tampan Yibo dari samping. Kulit pemuda ini sangat putih, sorot matanya yang tajam, hidung mancung bahkan wajah sedingin es jika ia tidak tersenyum. Pantas saja banyak wanita yang tergila-gila dengannya. Ia mampu melakukan apapun, bahkan sebenarnya tak perlu bekerja keras, uang pasti akan terus mengalir, berbeda dengan Xiao Zhan.

Xiao Zhan menghela nafasnya dan ikut bersandar pada sofa.

"Aku memiliki ingatan yang sangat buruk. Kau mengatakan kau menyukai aku sejak lama, bagaimana bisa?" Ujar Xiao Zhan. Cukup terkejut akan pembahasan kali ini, tetapi terlihat wajah bahagia pada diri Yibo. Ia tersenyum.

"Bagaimana bisa aku menyukaimu? Pertanyaan itu sama saja kau bertanya bagaimana makhluk hidup dapat bernafas."

"Wang Yibo, aku serius." Rajuk Xiao Zhan. Yibo pun melirik Xiao Zhan yang tepat disampingnya.

"Aku pun serius. Tidak tahu bagaimana aku dapat menyukaimu. Aku hanya tertarik melihatmu, sikap ramahmu. Entah aku saat itu aku tidak mengerti maksud, aku ingin menikahimu, tetapi aku benar-benar memang inginkan dirimu." Mendengar kata menikah, entah seperti ada bunga-bunga bermekaran di hatinya kini.

"Pasti kau terlalu banyak menonton sehingga otakmu terkontaminasi. Pasti saat itu usiaku masih belasan tahun bukan?" Yibo pun mengangguk.

"Mengapa kau tidak berniat kembali dengan cepat. Setelah kau kembali, bukannya kita mampu berteman, dan mengobrol leluasa ketika di depan umum." Xiao Zhan membayangkan betapa senangnya jika itu semua terjadi. Ia dapat mengajak Yibo dan bercanda di depan umum.

AiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang