0.2

22.8K 5.4K 1.9K
                                    

Sekarang hari Senin. Lagi-lagi Seungmin tidak masuk. Jisung jadi heran, setakut itu kah dia pada hari Senin?

Dia yang takut hari Senin aja biasa saja, karena kan setelah upacara dia mau bolos semua jam pelajaran yang ada.

"Hyunjin, lo tau Seungmin kemana?" Tanya Jisung pada Hyunjin yang sedang asyik chatan dengan saudara kembarnya.

"Gak tau, gak ada kabar," jawabnya acuh tak acuh, terkesan tak peduli.

Jisung mengangkat sebelah alisnya bingung. "Lo kenapa jadi jutek begini sama gue? Lo ada masalah sama gue?"

"Gak ada."

"Terus kenapa?"

"Ya gak apa-apa."

"Dih, gak jelas lo."

"Lo yang gak jelas, giliran orang lain aja dicariin. Gue yang sahabat lo sendiri gak pernah dicariin."

Ohh, Hyunjin cemburu rupanya. Haha, Jisung ingin tertawa. Tapi waktunya sangat tidak tepat. Bisa babak belur kalau dia tertawa sekarang.

"Ya udah sih, galak bener jadi orang. Cepet tua mampus lo."

Hyunjin memutar bola matanya malas sebelum pergi dari sana. Melihat itu, Jisung berdecak kesal.

"Ck, coba aja masih ada Felix. Udah dimarahin tuh orang," gumamnya sambil geleng-geleng kepala lalu kembali ke tempat duduknya.







































Seperti biasa, Jisung melewati jalan dekat hutan menuju rumahnya setiap pulang sekolah.

Takut? Tentu saja tidak, buat apa dia takut. Dia naik motor, kalau ada begal atau hantu tinggal tancap gas, ditabrak juga bisa.

Eits, jangan tertipu sama wajahnya. Dia memang terkenal rajin, jenius, dan baik hati, sih. Tapi kalau sudah mengendarai motor persis kayak pembalap profesional, apalagi kalau di jalan sepi kayak gini.

Ngebut lalu belok-belok sambil mengatakan 'ngeng ngeng' dan 'brum brum'.

Tapi, dia ingin bersantai hari ini. Jadi dia menyetir motor dengan kecepatan sedang sembari menikmati sejuknya angin sepoi-sepoi.

Hutan di kanan dan kirinya terlihat menyeramkan. Tapi dia tak peduli, dia suka mencium aroma hutan yang segar, apalagi setelah hujan.

Ctak!

Suara injakan ranting dari kirinya membuatnya berhenti. Dia membuka kaca helm fullface-nya lalu menoleh kesana.

Pohon besar yang berada tak jauh darinya menarik perhatiannya, karena dia yakin suara tersebut berasal dari sana.

"Ah, mungkin cuma perasaan gue aja."

Ketika dia ingin melanjutkan perjalanan, suara injakan ranting kembali terdengar, membuatnya mengurungkan niatnya.

Penasaran bercampur takut, itu yang dia rasakan. Apalagi aura di sekitar pohon tersebut begitu buruk.

Merasa disana tidak aman, dia memutuskan untuk pulang dengan segera.

Tapi apa, dia melihat seseorang berdiri di jalan dan berjalan menghampirinya.

Kim Seungmin, si laki-laki dengan luka di bawah matanya, laki-laki yang dia cari hari ini.

Namun, ada yang lebih menyeramkan dari wajah pucatnya.

Luka di bawah matanya mengeluarkan darah yang sangat banyak dan mengalir hingga ke kerah bajunya.

Tiba-tiba, entah bagaimana caranya Seungmin melesat ke depan Jisung dengan seringaian lebarnya.

"Singkirkan guling lo malam ini, karena nanti guling lo mau berubah jadi... hihi."
















































"Ja-jadi apa?"

Jisung bodoh, seharusnya dia tidak meladeni perkataan Seungmin dan pergi dari sana secepatnya.





























































"Jadi, hantu yang ditutupi kain kafan itu loh. Kalo gak lo singkirin, nanti dia natap lo dengan matanya yang melotot, hihi."

[ii] Monday | Han Jisung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang