buat readers yang udah nungguin sequel dari My Little Empress Xia..
Enjoy The Story, Guys..
Di sebuah rumah kecil yang terletak di pinggiran hutan terdengar erangan tertahan seorang wanita.
Ia tengah berjuang sendirian melahirkan janin yang ada dipe...
Aku berjalan keluar dari ruang kerjaku yang berada didekat taman utama istana di bagian belakang aula utama kerajaan. Aku menarik nafas panjang menghirup aroma harum tanaman yang ditata sedemikian rupa oleh mendiang ibunda xia sehingga tampak asri. Mataku bergerak menelusuri tiap tiap bunga yang bermekaran ditaman itu.
Tanpa sengaja mataku menemukan seseorang ditengah taman utama. Dia gadis itu. Guang an. Gadis berambut putih yang entah lah. Aku bingung. Pikiranku menyuruhku untuk membenci gadis berambut putih sepertinya tapi hatiku selalu berkata lain. Hatiku seolah tak rela bila ia harus duduk ditengah taman itu berpanas panasan dibawah panas matahari dan sibuk bekerja dengan peluh yang menetes didahinya.
Ia sangat manis dan terlalu indah untuk disia siakan. Tapi aku benci gadis berambut putih, sebab orang seperti dia lah yang telah menghabisi kedua orang tuaku dengan kejam tepat didepan mataku. Aku masih ingat dengan jelas wanita berambut putih itu menusuk punggung ayahanda kaisar zhao dengan sebuah pedang panjang hingga menembus jantungnya. Dan menyabet perut ibunda dengan pedangnya itu. Hingga kedua orang tuaku harus meregang nyawa. Tepat didepan kedua mataku. Bahkan saat darah itu terciprat diwajahku aku masih mengingatnya dengan jelas. Ah aku benci padanya. Pada semua perempuan berambut putih. Tak lama seorang pelayan taman lewat didekatku.
"hey, tunggu.. Buat gadis berambut putih itu tersiksa selama di istana... Dan jangan berkata pada siapapun kalau aku yang menyuruhmu.. Mengerti?"
"baik yang mulia.." Gadis pelayan itu mendekati guang an. Ia menjatuhkan beberapa semak berduri di dekat jalan yang akan dilewati guang an. Saat guang an lewat didekatnya, ia sengaja menjulurkan kakinya untuk menjegal guang an. Sehingga gadis itu terjatuh.
Bruk
"akh.. Sakit.." Rintihannya membuatku tersadar. Mendadak hatiku rasanya ngilu membayangkan duri itu menancap ditangan guang an yang halus itu. Kenapa hatiku tak rela jika hal buruk menimpa guang an? Kenapa aku merasa sakit? Padahal ia bukan siapa siapa, bahkan aku sangat tidak menyukai perempuan berambut putih sepertinya. Tapi kenapa aku selalu menyelamatkannya saat ia sedang berada diambang kematian? Apakah aku sudah tak waras? Entahlah aku bingung dengan semuanya.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Aku memalingkan wajahku ke arah lain. Tapi hatiku tak bisa berbohong, aku khawatir padanya. Aku segera berbalik untuk mendekatinya, tapi ia sudah dibawa pelayan lain sambil memegangi kedua telapak tangannya yang berdarah darah. Kulihat ia menangis tersedu sedu.
Aku bodoh. Tidak seharusnya aku melukainya. Bukankah ia ada disini karena aku yang membawanya? Aku harus melihat keadaannya nanti malam. Tekadku sudah bulat untuk masuk ke asramanya. Tapi asramanya sengaja ku khususkan untuknya sendiri.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.