Part 4

7.8K 185 5
                                    

Agus berjalan keluar kamar, Ruslan memandang dari dalam, ia mengintip, siapa yg mengetuk pintu, saat Agus membuka pintu, Ruslan melihat mbak Lastri, ia membawa piring dengan jajanan pasar, terdengar ia berbicara dengan Agus,

"makanannya tadi belum dimakan mas"

Lastri, melirik..

"tenang saja, makanannya saya beli dari pasar, jadi, gak ada lemah layatnya"

Agus hanya mengangguk, sementara Ruslan masih mengawasi, terjadi percakapan antara Agus dan mbak Lastri, namun, Ruslan tidak bisa mendengarnya,

"saya tunggu jawabannya mas"

mbak Lastri pergi.

Agus meletakkan begitu saja piring itu lantas menatap Ruslan,

"ada apa gus?"

"COK!!" ucap Agus, ia kemudian duduk, dan menutupi wajahnya, tidak ada yg mau ia bicarakan sama Ruslan, namun, Ruslan tahu sesuatu, mereka belum boleh pergi.

Agus benar-benar tidak mau bicara lagi, lantas ia masuk ke kamar lalu tidur, Ruslan pun mengikuti, meski seranjang, Ruslan merasa pasti mbak Lastri mengatakan sesuatu, apa itu, entahlah,

malam kian larut, baru saja Ruslan memejamkan mata, ia mendengar lagi, suara pintu di ketok

Anehnya, suara pintu diketuk tidak terdengar dari pintu depan, melainkan, pintu belakang, Ruslan beranjak dari ranjang, ia ingin membangunkan Agus namun, ia merasa tidak enak,

keluar dari kamar, Ruslan, berjalan menuju pintu belakang, ia terdiam, di depan pintu. ragu utk membuka

semakin lama, ketukan pintu semakin intens, Ruslan akhirnya membuka pintu, saat ia melihat,

seorang anak muda,

anak muda yg usianya masih 20'an, anak itu menatapnya, ekspresinya ketakutan dengan keringat di bajunya,

"mas tolong, mas, ijinkan saya masuk, tolong"

Ruslan, diam

"ngapain malam-malam kamu kesini" tanya Ruslan, si anak lelaki sempat bingung, bibirnya gemetar, namun, kembali dia meminta tolong, dan meminta Ruslan mengijinkannya masuk,

"sopo Rus?" (siapa Rus?) tanya Agus tiba-tiba muncul, ia menatap anak muda itu, ekspresi wajahnya berubah

Agus mendekat dengan cepat, mencengkram baju anak itu, menariknya masuk, kemudian menutup pintu, wajah Agus terlihat panik

"GOBLOK!! kamu maling di tanah tumbal? cari mati kau!!"

Ruslan baru sadar apa yg terjadi, ia menatap anak lelaki itu yg kini ketakutan, Ruslan ikut panik

belum selesai pembicaraan Agus, tiba-tiba, pintu depan di ketuk,

"tok tok tok"

Ruslan dan Agus, menatap pintu, mereka terhenyak, Agus mendorong masuk anak itu ke kamar, menyembunyikannya di bawah ranjang,

Ruslan membuka pintu, ia melihat mbak Lastri, berdiri dengan parang

wajah mbak Lastri, melotot, dengan senyuman segaris nyaris seperti menahan luapan amarah, di tangannya, mbak Lastri mengenggam parang

"ada apa lagi ya mbak" kata Ruslan, ia melihat gelagat mbak Lastri yg kemudian matanya menyapu isi dalam rumah, meski kakinya belum beranjak

"ndelok Tekos kebon gak" (kamu lihat tikus kebun), mata mbak Lastri masih mencoba melihat-lihat isi rumah, namun, Ruslan menghalangi, wajah mbak Lastri semakin tidak enak untuk dilihat,

"minggir, ben tak pedote sikile" (minggir, biar ku potong kakinya) sahut mbak Lastri

mbak Lastri mendorong Ruslan, dengan langkah kaki cepat ia menyibak tirai kamar tempat dimana Agus dan Ruslan biasa tidur,

jantung Ruslan rasanya mau copot, terutama, ketika sorot mata mbak Lastri menatap tajam Ruslan setelah ia melihat isi kamar,

"mati aku" batin Ruslan

mbak Lastri berbalik, tapi sebelum melewati Ruslan, ia mengingatkan, "kancamu asline wes eroh, nek iku bakal mati kok, cuma sampekno, ojok jeru-jeru nek melu urusan sing gak dingerteni" (sebenarnya temanmu sudah tahu, dia akan mati kok, cuma sampaikan jangan terlalu ikut campur)

Ruslan mondar-mandir sepanjang malam, jantungnya terus berdegup kencang, tidak ada Agus dan bocah itu dalam kamar, rokok pun habis, kepala Ruslan seperti ditusuk-tusuk, ia gelisah, berjam-jam, Agus dan bocah itu hilang, "kucur" (sensor)(kemana manusia-manusia itu)

pintu terbuka

Agus melangkah masuk, nafasnya tersenggal, badannya bermandikan keringat, ia langsung meneguk air dalam ceret sampai habis sebelum membantingnya

"GOBLOK!!" umpatnya saat melihat Ruslan, "Mati arek iku" (pasti mati anak itu)

Ruslan teringat ucapan mbak Lastri, ada apa sebenarnya

Ruslan mendekati Agus, ucapan mbak Lastri dan Agus nyaris sama persis, namun, hanya dia yg belum memahami situasi, ia tampak berpikir, namun isi kepalanya sudah mentok, dengan pelan, Ruslan mengatakannya kepada Agus,

"maksudmu opo" (maksudmu apa)

Agus, mendelik menatap Ruslan,

"aku bar ngekekno cah iku gok Lastri, ben arek iku isok urip" (aku mau memberikan anak itu kepada Lastri, biar dia bisa hidup), "tapi cah kui, malah mencolot gok jendelo" (tapi anak itu malah melompat lewat jendela), "langsung ae tak kejar, ben uripe jek dowo, kan eman" (langsung saja, aku kejar, sayang hidupnya masih panjang)

Ruslan yg mendengarnya langsung bereaksi, "Stress koen Gus, sing onok, cah iku bakal di bacok ambek Lastri" (gila kamu ya, yg ada, anak itu bisa di potong sama Lastri)

"justru iku" "paling derijine tok sing dipedot"
(justru itu, paling hanya jari-jemarinya yg dipotong)

Ruslan, semakin bingung. namun Agus mengerti, Ruslan belum mengerti, lantas, ia mengulangi ucapan yg pernah ia katakan itu lagi, agar, Ruslan ingat.

"jangan membuat masalah, diatas Tanah Tumbal, apalagi, untuk mencuri"

"gimana gimana" kepala Ruslan seperti dibenturkan ke tembok, ucapan Agus terlalu berbelit

lantas, Agus duduk, ia memandang Ruslan, wajahnya tidak bisa dibaca, bahkan oleh Ruslan sekalipun, yg sudah mengenal Agus luar dalam

"nduwe rokok gak?"(punya rokok gak)

"gak"  ucap Ruslan

"aku tadi ngejar anak itu, kenceng banget larinya udah kaya kijang, dari situ aku jadi yakin, pasti ada apa-apa sama anak ini" Agus diam "anak ini disuruh oleh orang untuk melakukan sesuatu disini, hal yg paling bangs*t! adalah, anak itu tidak tahu, tanah apa yg ada disini"

"dia ada yg nyuruh" sahut Ruslan, Agus mengangguk,

"anak itu sudah ketahuan, pantas saja, itu pocong sampe ngumpul kaya tadi, ternyata, mereka nungguin anak ini" "masuk ke tanah tumbal, gak bisa seenaknya kaya gitu, harus dapat ijin yg punya, sedangkan, yg punya bukan Lastri"

"lalu, hubungannya Lastri bawa parang apa?!" ucap Ruslan,

"dia mau nolong anak itu, kalau anak itu mau selamat, dia harus minta ijin sama yg punya tanah ini, tapi itu kan gak mungkin, jadi, Lastri akan ambil apa yg harus di ambil dari anak itu, yaitu, jari-tangannya"

"kalau Lastri gak melakukan itu" Ruslan menatap Agus, ia melihat Agus menatap kosong apa yg ada didepannya, lantas ia berdiri, lalu masuk ke kamar

Ruslan langsung sadar, ia teringat dengan maksud kedatangan Lastri tadi, sekarang ia tahu, alasan kenapa mereka belum boleh pergi.

Lemah Layat ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang