II

6.7K 849 282
                                    

Halo! Apa kabar semua? Siap buat bab terakhir? :3
Monmaap yak tapi kalo rada cringey *-*
ENJOY~

:::

"Apa yang sangat kauinginkan, Mark?"

Mark mengingat satu hari yang panas, ketika sinar terik mentari menyorot penuh gairah di sekitar padang pasir dan menyusuri setiap jalan hingga mencapai lembah, membawa hawa panas yang sama hingga memasuki ibu kota kerajaan yang gersang. Pangeran Minhyung tengah duduk santai di kursi baca, dengan sebuah buku yang terpangku di atas paha. Meski berupa kejadian berjuta-juta tahun lalu, Mark masih mengingatnya, sangat jelas seolah baru kemarin. Dari kaki ranjang tempatnya duduk, sosok Pangeran Minhyung tampak begitu dominan. Keringat membanjiri anak-anak rambutnya, mata sepenuhnya menatap ke arah paha, tempat di mana buku tebalnya terbuka, sedang telunjuknya menumpu lembar halaman, siap membalik ketika kalimat terakhir selesai dibaca. Mark menolehkan kepala ke arah jendela yang dibiarkan terbuka, mengundang udara untuk masuk, mengenyahkan hawa panas dalam ruang kamar itu. Namun, kegersangan yang ia saksikan di luar jendela membuatnya kembali menoleh pada Pangeran Minhyung. Bagaimana bisa, di tengah kota tempat matahari bersinar dengan bar-bar, terlahir seorang pemuda berkulit putih bersih dengan hawa sejuk yang setia memancar setiap kali orang-orang menatapnya? Tak heran, Pangeran Minhyung selalu dikatai anak haram oleh para saudara dan sepupunya.

Tak adanya jawaban yang keluar dari mulut Mark membuat Pangeran Minhyung mendongak dari bukunya, menatap perwujudan pemuda dengan wajah serupa dirinya, namun dengan tubuh yang lebih besar serta kedua manik semerah batu delima. "Mark?" Ia kembali bertanya.

"Kebebasan, tuanku," jawab Mark, akhirnya.

Pangeran Minhyung terkekeh akan jawaban itu. "Apa aku masih kurang memberimu kebebasan, Mark?"

"Bukan, tuanku. Aku memaksudkan kebebasan yang universal, perbudakan yang dihapuskan, kesamaan derajat antara manusia dan jin untuk hidup secara berdampingan. Ketika aku bisa berlari melintasi padang pasir tanpa merasa takut jin lain, yang diperbudak oleh musuh-musuhmu, datang dan menghancurkanku. Kami adalah jin dan kami adalah satu, para penyihirlah yang membuat kami semua hancur lebur, memperbudak kami untuk melawan satu sama lain, dan juga menganggap lucu keinginan kami untuk jatuh cinta."

Pangeran Minhyung tersenyum. Ia meletakkan buku ke atas meja, sebelum bangkit dari kursi dengan gerakan yang membuat jubah gamisnya berkibar. Perlahan, ia mendekati Mark, duduk di samping si jin. "Apa tepatnya kau sedang jatuh cinta, Mark?" tanyanya selembut mungkin, sebagaimana sosok si pangeran dikenal.

Mark menoleh mendengar pertanyaan itu, menatap sepasang mata bulat sang tuan yang menuntut jawaban akurat atas pertanyaannya. "Ya, Tuan," jawab si jin, dengan tunanganmu, Pangeran Donghyuck, lanjutnya membatin. Kalimat yang tidak akan bisa ia ungkap secara lepas sebab rasa hormat yang terlalu tinggi terhadap Pangeran Minhyung.

Pangeran Donghyuck adalah putra bungsu dari ratu Mesir, ditunangkan dengan Pangeran Minhyung beberapa bulan yang lalu. Mark mengagumi kecantikan si Pangeran Mesir, berkulit cokelat dengan rambut keemasan seterang cahaya mentari, serta kedua mata yang seolah memproyeksikan keindahan galaksi. Mark membutuhkan usaha sangat besar untuk menahan diri agar tak pernah menemui Pangeran Donghyuck dalam perwujudan Pangeran Minhyung demi menyetubuhinya.

"Waktu itu akan datang, Mark," ujar Pangeran Minhyung, penuh percaya diri. "Hari itu akan datang dan kau tidak perlu khawatir. Begitu aku menjadi raja dan penyihir paling hebat, aku akan mewujudkan itu semua. Bangsamu bisa mendapat hak untuk diperlakukan sederajat dalam harmoni sesama makhluk Tuhan, bahkan jatuh cinta tidak akan jadi istilah lucu lagi."

Mark tersenyum getir, dengan pikiran bahwa ia tetap tidak akan bisa memiliki si Pangeran Mesir, bahkan saat kematian Pangeran Minhyung sampai ke telinganya sekalipun. Ketika ia memutuskan menemui Pangeran Donghyuck dalam wujudnya sebagai Pangeran Minhyung, semua sudah terlambat. Pangeran Donghyuck ditemukan meninggal di atas ranjangnya, dengan wajah tersenyum serta surat tulisan tangan Pangeran Minhyung yang ia dekap pada dada. Si pangeran menenggak racun demi mengakhiri hidupnya.

[✔] The Second World [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang