Router

215 31 0
                                    

Mudah sekali zaman sekarang orang berkenalan dan mempercayai satu sama lain. Berkenalan semudah cuitan di sosial media dan rasa percaya semudah ditekannya tombol follow satu sama lain. Sebagaimana ketika dia tiba di direct message gue dan menyapa.

"Hello, wanna be mutual?" tulisnya di sana.

Seperti biasanya kulakukan stalking kilat, foto profilnya ternyata seorang lelaki berambut pirang dan berwajah Asia sementara di profilnya tertuliskan huruf Korea yang tidak bisa kubaca. Pengikutnya cukup banyak juga, mungkinkah dia selebritis?

"Hello, sure?" jawabku ragu.

Kemudian dia balas, "Sure, what?"

"I guess, being a mutual. What's your name?" tanyaku berinisiatif.

"Bangchan, you?" balasnya.

Aku menuliskan namaku dan tak lama kemudian ia membalas "It's a really good name. I like the meaning." saat membacanya aku mengerenyit, "How do you know the meaning?"

"Know something called internet, you funny girl?" ejeknya.

"No, you funny," ujarku sambil tersenyum-senyum sendirian.

Mulai hari itu aku intens bercakap dengannya sampai berbulan kedepan dan dirinya mulai terbuka bahwa ia berasal dari Korea dan bekerja di sana sebagai penyanyi dan pencipta lagu. Semakin lama waktu terlewati, ia terus bercerita mengenai harinya dan tak jarang ia mengirimkan foto-foto kegiatannya.


"On my way to work! Get up and rise, sleepy head!" sapanya hampir setiap pagi yang biasanya diikuti foto.

Walaupun tidak intens setiap hari, ada hari dimana ia tidak membalas dan meminta maaf bahwa ia sedang sibuk berlatih dan mengeluhkan masalah timnya hari itu. Kami tidak hanya intens berbincang di towtter via direct message, tetapi juga via teateatalk. Akhirnya aku pun mulai merasa nyaman membicarakan mengenai hal-hal mengenai kehidupanku yang lebih pribadi mulai keluarga dan teman-temanku.

Hingga pada suatu hari ia mengirimkan pesan yang membuatku berjingkrak, "I will come to your town soon."

Kemudian disusul dengan poster konsernya dan harga tiketnya yang bombastis. Apalah daya hamba sahaya yang dompetnya setipis kertas A4. Lagipula jujur aku tidak tertarik dengan KPOP dan grupnya. Aku hanya tertarik oleh pemuda itu saja.

"Wow, should i come to your concert?" tanyaku.

"Shall i give you a free ticket? Haha. You hear that, my producer is laughing in despair because he needs to pay his staff and talents," ledeknya dengan emoji canda.

"Ha, smell that? that's your jokes, stinkier than old cheese," balasku.

"Yet, expensive and high quality," balasnya dengan emoji dua gadis penari.

"Uh she up," balasku yang disambung dengan kebingungan pemuda itu karena hanya mengirim dua tanda tanya.

"JK," tulisku.

Akhirnya ia membalas dan kembali ke topik awal, "So, shall we meet? i could arrange it and ask my manager for maybe a little free time."

"Okay, just let me know when you're here. Shouldn't i buy a ticket if i want to meet you?"

"We'll meet outside tho. I know you're not into KPOP, it's okay as long as you are into me."

Aku membaca pesannya dan entah kenapa senyumku tersungging lebar. Apakah ini semua mungkin nyata bisa terjadi padaku. Persetan dengan statusnya sebagai idola, selama ini kurasa pribadinya sangat menyenangkan dan baik berdasarkan kurasakan melalui perbincangan di sosial media.

Supermarket ft. k-idolsWhere stories live. Discover now