"Itu... sangat mengagumkan'' Sasuke tidak tahu bagaimana mendeskripsikan kekagetannya.

"Terima kasih, tapi aku sudah lama tidak menggambar lagi'' Naruto melempar handuk di tangannya ke keranjang cucian yang ada di sudut ruangan. Satu tangannya menelusuri permukaan sampul buku sketsanya.

"Ah... sayang sekali'' desah Sasuke kecewa ''Kupikir kau sangat berbakat''.

Naruto tersenyum lebar. Diambilnya buku sketsa itu. Tidak lupa menyambar pensil yang tersimpan di wadah berbentuk tabung, bersama pulpen dan benda - benda lainnya.

"Aku akan membuat sketsa wajahmu''

Naruto duduk di tepi tempat tidur. Mengamati Sasuke yang sejak tadi diam mematung di dekat meja. Dengan cekatan, tangannya mulai menggoreskan pensil ke atas kertas gambar di tangannya.

"Tidak perlu''

Sasuke merasa tidak nyaman Naruto melakukan itu. Buru - buru Sasuke masuk ke kamar mandi, berharap Naruto akan berhenti menggambar wajahnya.

Naruto diam. Gerakan tangannya terhenti. Matanya tidak lepas dari pintu kamar mandi yang sudah tertutup. Suara air samar segera terdengar. Pelan - pelan sudut bibir Naruto tertarik ke atas. Naruto membalik halaman buku, mengamati sketsa wajah Sakura yang pernah di buatnya. Dengan perlahan dan penuh hati - hati, Naruto merobek halaman itu. Robekannya rapi, hingga tidak meninggalkan jejak. Naruto mengamati sesaat hasil sketsa wajah gadis itu. Mengerutkan dahi dengan ekspresi wajah layaknya seorang seniman yang kecewa dengan hasil karyanya. Dengan cepat diremasnya kertas bergambar wajah Sakura itu hingga membentuk bulatan dan dengan santai melemparnya ke tempat sampah yang ada di sisi meja.

Setelahnya, Naruto kembali sibuk dengan aktifitas sebelumnya. Goresan pensil di atas kertas berlanjut. Dia tidak perlu melihat wajah Sasuke untuk bisa menggambar wajah temannya itu. Terdengar gumaman pelan, Naruto menyenandungkan lagu sambil tangannya sibuk dengan kegiatannya.

Ada perasaan senang karena bisa melakukan hal yang disukainya. Naruto punya banyak waktu untuk menyelesaikan karyanya. Malam ini Sasuke menginap di rumahnya, di kamarnya dan temannya itu akan tidur di ranjangnya, terdengar menyenangkan saat Naruto memikirkannya.

Rasa haus membuat Sasuke terbangun dari tidurnya. Untuk sesaat dia merasa asing dengan langit - langit kamar yang dia lihat dan setelah berpikir beberapa saat, Sasuke sadar jika ini adalah kamar Naruto bukan kamar asramanya. Sasuke menoleh dan mendapati wajah tidur Naruto di sampingnya. Raut wajahnya damai dengan hembusan napas teratur pertanda Naruto benar - benar lelap.

Seperlahan mungkin Sasuke menggerakan tubuhnya bangun. Dia tidak ingin Naruto terbangun juga. Naruto tidak menyediakan air minum di kamarnya. Sasuke terpaksa harus turun ke dapur untuk membasahi tenggorokannya.

Suasana sunyi dan remang menyambut ketika kakinya menuruni tangga. Dapur ada di lantai bawah. Sasuke sudah tahu letaknya. Udara sedikit panas, Sasuke memilih mengambil air dari dalam lemari pendingin. Suara air dituang ke dalam gelas mengisi kesunyian di dapur itu.

Mendadak telinganya mendengar suara orang bicara. Sepertinya masih ada yang menonton teve di tengah malam seperti ini. Mungkin ayah Naruto. Ruang teve bersebelahan dengan dapur, Sasuke tidak terlalu memperhatikan tadi hingga tidak tahu jika masih ada yang belum tidur. Tidak ada pintu yang untuk ruang teve, Sasuke bisa melihat siapa yang ada di dalam. Duduk di sofa membelakanginya seseorang dengan rambut pirang yang tentu saja ayah Naruto.

Dari tempatnya berdiri Sasuke melihat layar televisi yang tengah menayangkan film tengah malam. Ada sedikit pergerakan di sebelah pria paruh baya itu.

EPHITYMIATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon