I

10.6K 948 247
                                    

Hello! ^^ Seperti yang aku bilang, aku bakal ngepublish one/two-shot cerita fantasi MarkHyuck: genie! Mark dan human! Haechan. Dan inilah ceritanya :3 Aku greget banget tauu pas ngepublish cerita ini, nggak sabar lihat tanggapan kalian!!! ><

Oh iya, konsep per-jin-an di sini terinspirasi oleh BARTIMAEUS TRILOGY karya Jonathan Stroud. Serius, itu bagus banget buat kalian pecinta fantasi. Dan seri lain punya Jonathan Stroud yang Lockwood & Co. juga bagus banget. Baca yah kalo belum ^^ Oh iya, mungkin di sini beberapa penjelasan soal konsep per-jin-an agak kurang jelas, karena bisa jadi aku hanya jelasin seadanya. Buat teman-teman yang nggak mudeng, bisa tanyain kejelasan di komen aja yah ^^ Oh iya, dan inspirasi buat cerita ini juga datang dari lagu 2nd World - HVOB dan Don't You Give Up on Me - Milo Greene.

Mungkin segini aja bacotnya, please enjoy this story and don't forget to leave your thoughts by the comments and votes!

Happy reading~ 💖

:::

Soundtracks: 2nd World - HVOB, Don't You Give Up on Me - Milo Greene

:::

Haechan ingin berlari, andai kedua tangan dan kakinya tidak dipasung dalam mantra tak kasat mata yang dipasang tanpa empati. Ayahnya sendiri, menjebak ia dalam kesepakatan penuh dosa yang seharusnya tidak melibatkan ia sama sekali. Ibunya menangis sambil mendandaninya di depan cermin, terpaksa, sebab ayahnya tak segan melakukan apa pun apabila wanita itu tidak menurut. Sementara Haechan, ia telah lelah menangis dan memberontak, menganggap bahwa hal itu tidak akan lagi berarti. Ia bisa saja sampai menumpahkan air mata darah, namun sumpah, ayahnya tak akan menaruh simpati barang seruas jari.

Adalah perjodohan yang membuat Haechan terlihat menyedihkan. Bukan perjodohan kepada anak jurangan kaya sombong yang membelinya dengan uang dan emas, namun perjodohan kepada makhluk mengerikan yang tidak Haechan sangka-sangka: jin atau iblis. Ayahnya, yang merupakan penyihir kelas teri, terlalu percaya diri, menantang jin level empat yang mengantarkan kekalahan tepat ke depan batang hidungnya. Dengan itu, konsekuensi dibuat, dan di sinilah Haechan yang berusia delapan belas tahun berada, mempersiapkan diri menghadapi kematian.

Setelah didandani rapi, Haechan diperintah untuk berdiri di atas sebuah lingkar pentakel sempit, yang memungkinkannya tidak dapat lari ketika pembacaan mantra pemanggilan berlangsung. Tubuh lunglai lelaki itu berdiri pasrah di tengah lingkaran. Kain satin dari tunik yang dikenakan sedikit melorot di bahunya, menampilkan kulit bahu cokelat yang telanjang. Kedua matanya yang lebar memandang lesu, manik kristalnya tidak menampilkan malam-malam berbintang tiap kali ia menyorot pandangㅡsebagaimana yang selalu ia tampilkanㅡseolah keindahan terpasung oleh rasa enggan dalam diri. Ibunya memberi riasan di sana, di kedua kelopak mata itu, membantu Haechan untuk tampak lebih menarik meski nyawa terlihat telah meninggalkan tubuhnya. Tetapi si lelaki tidak menginginkan itu; tampak mati akan jauh lebih baik dari apa pun.

Terdapat tiga lingkar pentakel, yang digambar oleh ayahnya di dalam ruang loteng yang kering berbau debu, terlukis dalam beragam coretan kapur berukiran rumit, juga mangkuk-mangkuk kecil berisi air, dedaunan, akar pohon dan beberapa serangga mati. Di setiap sudut, api lilin-lilin putih berkibar. Dua di antara tiga pentakel itu berukuran besar, yang satu akan digunakan oleh ayah dan ibunya, sedang satunya lagi sebagai tempat mempelai Haechan, dan lingkar paling sempit diisi oleh lelaki itu seorang diri.

Begitu Haechan berdiri dalam lingkarannya, sang ayah berjalan mendekat. Pria itu tidak mengatakan apa-apa, wajah kerasnya memandang Haechan dalam ekspresi yang sama sekali tak ingin terbaca, sebelum akhirnya berlutut di depan kaki sang putra, membawa jempol tangan mendekati goresan garis putih kapur yang membentuk lingkar sempurna, menyentuhnya, dan menggeser garis kapur tersebut, membentuk sebuah potongan. Haechan tanpa sadar menahan napas tatkala melihatnya, dan tanpa terbendung, perasaan takut yang semula tak ia rasakan, kini membanjir deras. Lingkar tempatnya berdiri telah tidak sempurna, dan Haechan dituntut untuk siap menghadapi apa pun yang akan muncul di dalam pentakel besar kosong di hadapannya.

[✔] The Second World [Bahasa]Where stories live. Discover now