Naruto duduk di tepi tempat tidur, kedua kaki di luruskan ke depan sementara dua tangannya ke belakang menyangga tubuhnya yang condong.

"Hanya iseng'' Sasuke duduk di kursi, menghadap meja belajarnya. Membuka beberapa buku pelajaran dan mulai mengerjakan tugas.

"Bagaimana acara dengan temanmu?''

Gerakan tangan Sasuke yang sedang menulis terhenti. Tanpa sadar menekan ujung pulpen di tangannya keras. Menimbulkan cekungan titik hitam di atas kertas putih. Tentu saja Naruto masih mengira dia pergi dengan temannya. Tidak tahu jika Sasuke hanya pergi menemui ibunya. Lalu berjalan - jalan dengan Hinata. Mendadak tenggorokan Sasuke kering begitu menyadari dia baru saja pergi dengan Hinata. Sasuke tahu kalau Naruto memang tidak memiliki perasaan apapun pada Hinata, tapi entah kenapa itu membuat hatinya resah.

"Umm... baik'' jawabnya, tanpa menoleh ke Naruto.

Sasuke memiringkan kepala, sedikit menghilangkan perasaan tidak nyaman di hatinya, mungkin dia hanya merasa bersalah karena sudah berbohong pada Naruto.

"Apa tadi itu ayahmu?'' Sasuke mencoba mengalihkan pembicaraan.

Hanya saja Sasuke tidak melihat jika kelopak mata Naruto melebar karena pertanyaan yang diucapkan Sasuke. Naruto terlihat senang mendengarnya.

"Ya''.

Sasuke mengangguk pelan, tidak tahu lagi tanggapan apa yang harus dia berikan. Memilih untuk melanjutkan kegiatan menulisnya.

"Ayahku menyuruh mengunjunginya saat libur'' suara Naruto terdengar lagi.

"Mau menemaniku?''

Sasuke hampir melompat dari kursinya begitu napas hangat Naruto menerpa samping wajahnya. Memiringkan sedikit tubuhnya, menjauh, kepalanya menoleh ke samping dan mendapati wajah Naruto tersenyum begitu dekat dengannya.

Seketika Sasuke menelan ludah. Kaget. Hawa dingin merambat dari punggungnya,  menjalar ke leher. Teman sekamarnya itu masih berdiri membungkuk, menyejajarkan kepalanya, menyamai Sasuke yang sedang duduk. Dalam hati berteriak agar menolak, tapi tatapan mata Naruto membuatnya tanpa sadar mengangguk.

Senyum di wajah Naruto semakin lebar. Sasuke tertegun sejenak, menjernihkan otaknya yang tadi seolah macet.

"Kembali ke tempatmu sana''

Sasuke mendorong pelan tubuh Naruto agar menjauh. Tidak nyaman dengan posisi mereka saat ini.

Naruto meregangkan badan, masih dengan senyum di wajahnya. Pemuda itu kembali ke tempatnya. Melempar tubuhnya ke atas ranjang, menyambar ponsel yang tergeletak di dekatnya, dan seketika larut dengan kegiatannya bermain game.

Diam - diam Sasuke bernapas lega saat Naruto asik dengan kegiatannya sendiri. Tidak menyangka dia mengiyakan ajakan Naruto untuk menemaninya. Sedikit merasa menyesal.

Sasuke meyakinkan diri, kalau dia hanya merasa bersalah karena sudah berbohong hari ini pada Naruto, dan ini hanya sesuatu untuk menebus rasa bersalahnya.

Sasuke mengamati penataan ruang tamu dimana dia duduk saat ini. Ruangan yang minimalis dengan satu sofa panjang yang di dudukinya dan dua sofa single di depannya, dipisahkan oleh meja dengan hiasan berupa patung kristal mengilat berwarna putih bening. Segelas jus disuguhkan untuknya.

"Kau temannya Naruto?''

Sasuke tersentak, hampir melupakan keberadaan sosok yang duduk di depannya. Seorang wanita dengan rambut merahnya yang tergerai. Terlihat cantik jika saja gurat lelah di sekitar matanya tidak menodai. Ada lingkaran hitam di bawah matanya, menandakan jika wanita ini mengalami masalah tidur yang cukup berat.

EPHITYMIAWhere stories live. Discover now