2.Ruang Makan ~~~

16 6 2
                                    

Terkadang apa yang kita inginkan belum tentu benar di mata orang lain, jadi tinggal pandai-pandai kita untuk memfilter perkataan orang.

~~~ Aytya ~~~

Pagi ini aku menyiapkan diri untuk berlibur bersama sahabatku. Dengan celana jeans dan kaos berwarna tosca. Rambut panjang ku ikat dengan tanpa make up menyapu di wajahku. Aku bukan tipe wanita feminim seperti wanita pada umumnya. Aku menuruni tangga untuk sarapan bersama keluarga. Pikiranku yang sedang kalut antara impian dan keinginan Nenekku membuat moodku hancur seketika.

"Selamat pagi Nek. Pagi Yah, Bun", sapa Khiya tanpa mendapat respon dari ayah dan neneknya, namun tidak dengan Meira yang membalas senyum.

"Ekhemm....sini duduk Ya", perintah Kak Zey, dibalas anggukan oleh Khiya.

"Khiya mau Kaka anter?", tanya Kak Mesya.

"Khiya sudah besar, biarkan dia mandiri!", perintah Nenek.

"Tapi Nek, Khiya masih butuh pengawasan kami", ucap Bunda Meira.

"Tak apa Bun, Khiya bisa minta tolong Pak Supir", ucapnya seraya tersenyum.

Keadaan menjadi hening setelah sedikit konflik menjamah meja makan pagi ini.

"Bagaimana kuliahmu Mey?", tanya Nenek memecah keheningan.

"Baik Nek", responnya.

"Nenek harap kamu tidak usah melanjutkan hubunganmu dengan Pemuda itu", jelasnya.

"Baik Nek", jawab Mesya dengan sangat terpaksa.

"Nenek harap Khiya dapat mencontoh Kakaknya yang penurut, bukan pembangkang memenuhi ambisinya sendiri", sindirnya.

"Cukup Nek! Kita itu manusia bukan pion, kita berhak menentukan jalan sendiri", ucap Zey geram.

"Zey! Kamu harus menjaga sopan santun keluarga!", ucap Sang Ayah.

"Hendra benar, baiknya kamu urus anak-anakmu dengan sopan santun Ra!", jelas Marlia memojokkan Meira.

Situasi semakin memanas, hingga Zey tidak tega melihat Bundanya selalu disalahkan.

"Maafkan Zey Nek", pintanya.

"Ya",respon singkat dengan ekspresi geram.

"Mesya berangkat duluan Nek, permisi", ucapnya sembari menyalami Sang Nenek dan semua anggota keluarga.

"Hati-hati Nak", pesan Bunda.

"Iya Bun", diiringi senyum.

"Zey antarkan adikmu, Nenek tidak mau melihatnya kembali dengan Pemuda itu", tegasnya.

"Ya", respon cueknya.

"Zey!",bentak Hendra.

"Ada apa Yah? Zey pamit ya", ucapnya tanpa menghiraukan situasi.

"Sudahlah Mas, mungkin Zey sedang terburu-buru", bela Meira.

"Sopan santun keluarga Verdinand sudah meluntur, saya kecewa denganmu Ra!", gertak Marlia.

"Maafkan saya Bu", pinta Meira.

"Tapi Nek, apakah hanya karena ini harus dipermasalahkan?", kini Khiya ambil bicara.

"Kamu juga! Anak pembangkang!", kesal Marlia.

"Ayah kecewa dengan kalian semua!", ucap Hendra membanting sendoknya, sempurna menciptakan keheningan lalu meninggalkan ruang makan dengan kekesalan.

"Maaf Yah, Khiya bukan bermaksud...", ucapnya terhenti dengan perginya Hendra.

"Kalian harusnya berterimakasih dengan saya! Dengan harta yang kalian nikmati, itu semua karena anak saya Hendra!", sergahnya menatap nista Khiya dan Meira.

"Kalau tidak ada Bunda, mungkin kesuksesan ayah tidak akan berkembang Nek, karena doa Bunda adalah rezeki ayah", jawab Khiya.

Plakkk...satu tamparan sempurna mendarat dipipi Khiya, "Beraninya kamu menjawab saya!".

"Jangan sakiti Khiya Bu. Saya mohon, ini semua salah saya", pinta Meira meraih tangan Marlia sembari terus memohon.

"Iya...bagus kalau kamu sadar!", jawabnya, lalu bergegas meninggalkan ruang makan.

  Khiya hanya terduduk dan terus meneteskan airmatanya, dibalik harta yang berlimpah, namun hambar tanpa kasih sayang didalamnya.

"Maafin Bunda ya", ucap Meira mengusap puncak kepala anak sulungnya dan merengkuhnya.

"Gak apa Bun. Bunda jangan nangis, nanti cantiknya hilang", ucap Khiya mengulas senyum pedihnya.

"Iya, Khiya juga harus kuat ya nak! Temani Bunda mengubah kerasnya keluarga Verdinand", ucap Meira.

"Pasti Bun", ucapnya, lalu segala impian muncul di otaknya kembali ia susun rapih dan ia pendam perlahan.

Hayo siapa pemuda itu...bagaimana kelanjutannya...terus baca ya jangan bosen....
Maaf ya kalo awalnya monoton,seenggaknya baca dulu 3 part selanjutnya...happy reading^o^

Be Yourself [UPDATE WEEKLY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang