[ Buku ini telah diikut sertakan dalam 60 Days Writing Challenge dalam perintisan crew @thesixtysense ]
Bagian terbaik dalam hidup
Adalah menemukan sosok yang baik untuk hidup
"Aku tidak akan kehabisan ruang untuk mencintaimu. Jadi.. jangan pernah b...
"Kenapa? Akhir-akhir ini kamu sering melamun sepertinya" Seokjin mendekat
"Tidak" elak Seulgi. Dia lalu kembali melanjutkan kegiatan masaknya. Namun langkah menjauh dari Seokjin membuat Seulgi melirik kebelakang. Langkah kecil pria yang meninggalkan dapur itu membuat Seulgi sedikit bingung.
Apa hanya perasaanya saja. Seulgi merasa jika Seokjin sedikit berubah dalam bersikap. Biasanya pria tinggi itu selalu mencoba menganggunya saat sedang masak. Atau akan mengambil alih kegiatan masaknya.
"Oppa.. ayo makan dulu" panggil Seulgi pada Seokjin yang duduk menyandar di sofa ruang tengahnya.
Seokjin pun mendekat lalu duduk tepat di hadapan Seulgi.
"Apa oppa sedang ada masalah?"
"Kenapa?"
"Oppa terlihat sedikit berbeda"
Seokjin hanya diam dan kemudian memilih melanjutkan makannya. Namun itumembuat Seulgi semakin bingung.
"Coba kenapa kamu bisa pulang sangat awal?" Tanya Seokjin beberapa saat. Pria itu bahkan bertanya saat Seulgi masih ingin jawaban pasti akan sikapnya.
Seulgi benar-benar mengkhawatirkan sikap Seokjin yang sedikit hambar. Terasa manis tapi tidak begitu menyenangkan.
"Boss ku ada pertemuan keluarga, jadi dia minta untuk mengosongkan jadwalnya. Dan aku bisa pulang lebih awal"
Seokjin mengangguk sambil terus mengunyah makanan dalam mulutnya.
"Oppa.."
"Hm?"
"Kamu benar-benar ada masalah?"
Seokjin menaikkan pandangannya, dan Senyum khas pria Kim itu mengembang sempurna. "Biasa.. hanya masalah kecil yang memang sedang malas untukku hadapi saat ini"
Seulgi mengerutkan keningnya, dia tidak tahu jika Seokjin bisa mencoba untuk mengindari masalah. Dia cukup kenal pria dihadapannya ini, Seokjin adalah pria dewasa yang akan menghadapi masalahnya. Salah satu hal yang membuat Seulgi merasa beruntung memiliki pria seperti Seokjin.
"Tidak seperti biasanya" balas Seulgi
"Sebenarnya tidak terlalu penting, karena masalah ini selalu datang, dan aku hanya mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya. Karena aku hanya ingin memikirkanmu" ucap Seokjin, tidak ada kalimat yang sengaja dia buat untuk membuat Seulgi tersanjung. Tapi kalimat itu memang ingin dia tanamkan pada dirinya saat ini.
Seokjin hanya ingin memikirkan Seulgi. Hanya ingin mencari cara agar semua rencana sesuai dengan keinginan mereka. Hidup bahagia selamanya.
"Maafkan aku.."
"Kenapa tiba-tiba?"
Seokjin menggeleng. "Kamu percaya tidak? jika ada cinta yang menyakitkan?"
"Oppa... ada apa denganmu?"
"Terlalu mencintai sampai menggenggamnya dengan erat perlahan akan sangat menyakitkan. Berimbas pada tidak ingin kehilangan. Namun semua akan berakhir. Dan semua waktu terasa sangat sia-sia"
"Oppa.. aku mohon jangan buat aku bingung"
Seokjin kembali memperlihatkan senyum tipisnya. Kemudian dia menoleh pada ponselnya yang bergetar disamping mangkuk nasinya.
"Hallo?
"Apa?"
"Baik.. saya ke sana sekarang"
Melihat Seokjin panik dan berdiri tiba-tiba dari tempat duduknya, membuat seulgi ikut merasa panik. Dia bahkan mengikuti langkah Seokjin yang buru-buru masuk kedalam kamarnya.
"Ada apa?"
"aku harus kembali ke Jeju"
"kenapa tiba-tiba? apa semua baik-baik saja?"
"...." Seokjin hanya diam sambil terus memasukkan barang bawaanya yang sudah dia siapkan untuk 2 hari kedepan menginap di tempat Seulgi.
"Oppa..." Seulgi menahan lengan seokjin yang akan keluar dari kamarnya.
"Maafkan aku. Aku benar-benar harus kembali ke Jeju" ucap Seokjin dengan suaranya yang melirih. Membuat siapa saja akan tahu jika pria itu sedang dalam kekhawatiran mendalam.
"Ada apa? Jangan buat aku khawatir. Apa terjadi sesuatu?" Tanya Seulgi yang mencoba untuk tetap mengerti sikap tiba-tiba Seokjin.
Seokjin pun melangkah mendekat pada Seulgi, membuat genggaman Seulgi yang berada di lengannya terlepas.
Dia lalu meletakkan tas jinjingnya dilantai kemudian menangkup wajah Seulgi.
Wajah mereka kian dekat hingga Seulgi tidak dapat menahan kuasa untuk tidak menutup kedua matanya saat dengan lembut Seokjin mempertemukan bibir mereka.
Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
Ciuman itu Seokjin akhiri. Dia paham kalau dia berhasil membuat Seulgi bingung dengan sikapnya.
"Aku mencintaimu. Lebih dari seluruh dunia yang aku punya. Apa itu cukup buat kamu mengerti? Aku mohon. Mengerti aku walaupun kamu perlu memahami lebih lagi. Tapi yang perlu kamu tahu aku mencintaimu. Aku tidak mau kehilanganmu" ucap Seokjin. Sebelum dia berbalik dan meninggalkan Seulgi. Dia kembali memberi kecupan ringan pada bibir tipis kekasihnya itu.
"Aku akan menghubungimu. Tapi sekarang aku harus kembali ke Jeju" kedua mata mereka bertemu. Dan taklama Seulgi mengangguk sebagai jawaban.
○●
Bruk!!
Langkah buru-buru Seokjin saat keluar dari lift membuatnya tidak sengaja menabrak seorang pria yang menggunakan setelan jas hitam.
Seokjin pun buru-buru menaikkan pandangnya untuk minta maaf.
"Maaf.. saya buru-buru sampai tidak melihat sekitar" ucap Seokjin.
"Ya.. tidak masalah. Aku juga buru-buru sampai tidak melihat pria tinggi seperti anda keluar dari lift"
"Sekali lagi saya minta maaf" Seokjin sedikit menundukkan tubuhnya.
"Tidak masalah Tuan. Anda mau keluar? Hati-hati diluar sedang hujan deras. Aku lupa membawa payung sampai aku menjadi basah seperti ini"
Seokjin menatap pria itu yang memang sedikit kuyup. Dan dia juga tahu jika memang diluar sedamg turin hujan.
"Terima kasih" Seokjin melanjutkan langkahnya. Begitu juga dengan pria berjas hitam itu yang langsung masuk kedalam lift yang akan mebawanya naik kelantai yang dia tuju.