Jiyeon menatap Sungjong sambil menangis semakin deras, "Sungjong, kenapa kau tidak mencari Moonbin, kau samchonnya kan? Kau menyayangi Moonbin kan? Temukan Moonbin demi diriku karena aku tidak bisa menemukannya." Jiyeon meratap, menarik-narik kemeja Sungjong.

Semua itu adalah tontonan yang memilukan, Hoya tidak bisa diam saja, dia mendekati Jiyeon dan berlutut, dia baru saja akan mengatakan sesuatu saat Jiyeon menoleh ke arahnya, mendongak, sorot matanya penuh dengan ketidakberdayaan, hatinya hancur melihat wanita yang dia cintai menangis pilu seperti ini.

Jiyeon memegang celana Hoya, "Oppa, oppa, aku mohon padamu, tolong temukan anakku, kau pernah mengasuh Moonbin saat dia masih bayi, kau mengatakan dia sangat lucu, oppa temukan dia, oppa. Aku akan melakukan apa pun hanya saja seseorang tolong bisa menemukan anakku?"

Jiyeon mengusap wajahnya, dia bukan seorang yang akan mengemis, dia tidak mengemis saat ayahnya memukuli dirinya sampai dia merasa hampir mati, dia tidak mengemis saat ayahnya menjualnya ke para gangster, dia tidak mengemis saat Myungsoo mengambil kegadisannya, namun saat ini dia mengemis meminta tolong karena merasa hidup sangatlah tidak adil terhadap dirinya, apa yang telah dia lakukan sehingga pantas mendapat hukuman seperti ini.

Kepala Jiyeon terasa pusing, perutnya terasa sakit, Jiyeon mengabaikan itu. Jiyeon mendongak menatap wajah dingin Myungsoo yang seperti terlihat sedikit tidak bernyawa, dia menatap sekeliling ruangan dan menemukan Hyesun, dia juga melihat kilat kepuasan di mata wanita itu. Perlahan Jiyeon berdiri dengan bantuan Sungjong dan Hoya.

"Kau bahagia sekarang? Aku tahu kau bahagia, kau bahkan ingin merayakannya. Bagaimana bisa kau melakukan itu pada seorang anak yang masih balita, dia tidak melakukan apa pun padamu. Apa yang kau inginkan? Myungsoo? Ambil saja dia! Dia milikmu, jadi kembalikan anakku!" Jiyeon berkata, mengabaikan luka di sorot mata Myungsoo. Ya sekarang, dia mencintai suaminya, tetapi lelaki itu nomer dua dalam daftar orang yang paling berarti dalam hidupnya.

Hyesun berdiri gelisah dengan tidak nyaman, berpura-pura polos, "Jiyeon-ssi kenapa aku harus melakukan sesuatu yang mengerikan seperti itu? Sepertinya kau sedang tidak bisa berpikir jernih," Dia berkata dengan tenang, dan segera meninggalkan ruangan.

Jiyeon menghela napas lelah, berjalan menuju pintu, Sungjong mengikutinya. Jiyeon sudah berada di ambang pintu, menoleh kembali, menatap Myungsoo yang masih dengan raut wajah tidak terbaca, "Kim Myungsoo, aku bersumpah demi tuhan, tidak akan ada lagi Jiyeon di dunia ini jika kau tidak menemukan Moonbin. Aku akan langsung membunuh diriku. Aku dan anak perempuanmu akan mati bersama." Dia mengatakan hal itu, namun menghindari menatap Myungsoo yang terkesiap. Ada hal yang harus Jiyeon urus, dia tidak akan diam duduk dan melihat anaknya mati, tidak akan, dia akan menyelesaikan urusannya dengan baik. 

Jiyeon berkata pada Sungjong bahwa dia ingin pergi ke toilet, Sungjong ingin menunggu di dekat toilet wanita, namun Jiyeon memperdaya Sungjong dengan mengatakan bahwa Sungjong juga perlu membasuh wajahnya, setelah berusaha keras membujuk, Sungjong...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jiyeon berkata pada Sungjong bahwa dia ingin pergi ke toilet, Sungjong ingin menunggu di dekat toilet wanita, namun Jiyeon memperdaya Sungjong dengan mengatakan bahwa Sungjong juga perlu membasuh wajahnya, setelah berusaha keras membujuk, Sungjong akhirnya setuju dan meninggalkan Jiyeon sendirian di toilet kantor.

How We Fall in LoveWhere stories live. Discover now