Earth duduk di depan bartender. Memesan sebotol wine lalu menikmatinya ditemani dengan suara musik clasic.

"Segera ke Artemist bar!" Earth memberi perintah pada orang yang ia hubungi lalu meletakan ponselnya di atas meja.

Kali ini Earth tidak bisa menanggapi keinginan kakeknya seperti angin lalu. Pria tua itu terlalu serius untuk ia abaikan perintahnya. Dan Earth juga sudah terlalu jengah dengan perintah kakeknya yang tidak berubah dari waktu ke waktu. Ia harus segera menemukan wanita yang bisa mengatasi semua masalahnya.

Lima belas menit berlalu. Seorang pria dengan jaket kulit berwarna hitam mendekat ke arah Earth. Pria itu kemudian duduk di sebelah Earth dan memesan cocktail pada bartender.

"Carikan aku wanita yang bisa aku nikahi kontrak, tapi bukan pelacur atau sejenisnya." Earth mengutarakan langsung maksudnya menghubungi sekertaris sekaligus sahabatnya, Malvis Sergio.

"Berapa waktu yang aku punya?"

"Satu bulan."

"Baiklah. Aku akan mencarikan yang sesuai keinginanmu." Tanpa bertanya Malvis tahu seperti apa wanita yang diinginkan oleh sahabatnya. Wanita yang tidak boleh mengusik kehidupan pribadi sang sahabat. Terutama tentang hubungan Earth dan Caroline.

***

Jessy tidak fokus bekerja seharian ini. Tadi pagi ia baru dihubungi pihak rumah sakit yang mengatakan bahwa besok adalah batas pembayaran terakhir biaya operasi ibunya.

Pikiran Jessy kacau. Ia sudah tidak memiliki harapan lagi. Dari mana ia bisa mendapatkan uang 50.000 dollar dalam waktu singkat.

"Jess! Jessy!" Anneth, sahabat Jessy, membuyarkan lamunan panjang Jessy.

"Ada apa, Anneth?" Jessy menyahut lesu.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau sangat tidak bersemangat hari ini?" Anneth menatap Jessy heran. Hari ini ia seperti tidak mengenal sahabatnya. Biasanya Jessy akan murah senyum, tapi hari ini ia tidak melihat senyuman itu terbit di wajah Jessy.

Jessy menarik napas dalam. Ia memang tidak memberitahu Anneth tentang masalahnya. Bukan karena ia tidak ingin Anneth tahu, tapi karena ia tidak mau Anneth terganggu dengan masalahnya. Anneth adalah sahabat yang begitu peduli padanya. Dan karena kepedulian itu ia tidak ingin membebani Anneth. Setahunya Anneth juga memiliki masalah yang cukup berat. Anneth harus bekerja siang dan malam sepertinya untuk membayar hutang judi ayahnya.

Hidupnya dan hidup Anneth tidak jauh berbeda. Lahir dalam kemiskinan dan memiliki ayah yang tidak bersikap selayaknya ayah. Ckck, kenapa juga mereka harus hadir dari pria-pria tidak bertanggung jawab seperti ayah mereka.

"Besok adalah hari terakhir pelunasan biaya operasi ibuku. Jika aku tidak bisa membayarnya besok maka ibuku tidak akan tertolong." Jessy akhirnya bicara. Matanya memerah, dadanya terasa sesak. Ia ingin menangis sekencang-kencangnya sekarang.

Wajah heran Anneth berubah jadi terkejut bercampus sedih. "Ya Tuhan, kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal."

"Maafkan aku, Anneth. Aku tidak ingin membebanimu. Kau sudah banyak membantuku." Jessy merasa malu pada Anneth. Meski sahabatnya sedang kesusahan, Anneth masih bisa membantunya.

Anneth menggenggam tangan Jessy. "Aku memiliki sedikit tabungan, kau bisa memakainya dulu. Aku tahu itu tidak akan banyak membantumu, tapi setidaknya mengurangi total yang harus kau bayar."

Jessy menggelengkan kepalanya. Air matanya tumpah tak mampu ia tahan lagi. "Tidak, Anneth. Kau juga membutuhkan uang itu. Kau harus membayar hutang ayahmu yang jatuh tempo." Jessy sudah tidak ingin lagi menyusahkan Anneth. Jika ia menerima uang dari Anneth maka Anneth akan terusir dari kediaman Anneth yang dijaminkan sebagai jaminan hutang ayah Anneth.

A Secret ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang