"Tidak apa. Ini sudah diberikan padaku, jadi ini milikku. Lagipula biasanya Hinata memberiku banyak makanan. Aku tidak bisa menghabiskannya sendiri''.

"Tapi....'' penolakan Sasuke terhenti di tenggorokan. Naruto lebih dulu menyambar tangannya, menggenggam jemarinya. Pemuda pirang itu menariknya ke suatu tempat untuk makan bersama.

Sasuke duduk tenang dengan kepala menoleh beberapa kali, memandangi interior kafe yang terlihat unik di matanya. Mengagumi dindingnya yang sengaja memperlihatkan susunan batu bata dan menjadikannya dekoratif unik, matanya juga dibuat melebar dengan lampu gantung di atasnya. Duduk di kursi tinggi dengan segelas jus tergeletak di depannya, kali ini Sasuke mengamati Naruto yang tengah asik berbincang dengan seseorang yang mungkin saja si pemilik kafe. Seorang pria muda yang terlihat ramah dengan wajah yang tertutupi masker. Sasuke menunduk, menggoyang sedikit gelas jusnya. Bulir - bulir jeruk berputar pelan di dalam gelas, bergerak bersamaan.

"Sasuke....''

Merasa dipanggil Sasuke mendongak. Naruto sudah kembali bersama dengan pria muda tadi. Berdiri di sampingnya. Sasuke buru - buru berdiri, merasa tidak sopan karena hanya dirinya saja yang duduk.

"Ini temanku, namanya Kakashi yang punya kafe ini''

Sasuke tersenyum mengulurkan tangan menyalami pria itu. Pria bernama Kakashi tersenyum tipis padanya, terlihat dari matanya yang menyipit. Sasuke sedikit mengamati fitur wajah pria yang mungkin saja berusia pertengahan dua puluhan itu. Sepertinya ramah, dan bos yang baik.

"Ini Sasuke yang aku ceritakan. Jadi bagaimana?''

Naruto memasukan kedua tangannya dalam saku jaket yang dipakainya. Wajahnya fokus pada ekspresi Kakashi yang masih tidak terbaca. Diam - diam Sasuke mengigit bibir, mungkin saja dia tidak diterima, karena seperti yang Naruto bilang, kafe ini mencari pekerja full time bukan pelajar yang sedang butuh uang tambahan.

"Kafe ini sedang butuh pegawai, tapi bukan pegawai part time'' Perkataan Kakashi jelas menimbulkan kekecewaan di hati Sasuke ''Tapi kau bisa bekerja disini kalau mau''.

Mata Sasuke melebar, tidak percaya begitu melihat senyuman tipis di wajah Kakashi. Pandangannya beralih pada Naruto yang sedikit menaikan dagu seolah tengah membanggakan usahanya, berhasil mencarikan Sasuke pekerjaan.

"Kau bisa bekerja mulai besok. Datanglah jam empat. Kau akan bekerja sampai jam sembilan malam. Kau tinggal di asrama sama dengan Naruto kan, berarti kau harus sudah pulang sebelum jam sepuluh''.

"Jadi aku bisa bekerja disini?'' Sasuke masih tidak percaya dengan keberuntungannya.

"Ya''.

"Terima kasih. Terima kasih banyak'' Sasuke membungkuk beberapa kali saking senangnya.

"Kau tidak berterima kasih padaku?'' Naruto mencebik, merasa jasanya dilupakan oleh Sasuke.

"Tentu saja aku juga berhutang padamu. Terima kasih'' Sasuke tidak bisa menahan senyum lebarnya. Dia mencari kerja bukan karena ingin membeli sesuatu, tapi karena dirinya tidak ingin bergantung dengan pemberian ayahnya. Sasuke akan menerima bantuan ayahnya jika itu berkaitan dengan ibunya, tapi untuk kebutuhan sehari - hari, Sasuke ingin berusaha sendiri tanpa campur tangan orang tua itu.

"Aku tidak menerima ucapan terima kasih saja'' Naruto memasang wajah datar.

"Kau ingin apa?'' Mendadak Sasuke gugup begitu melihat wajah datar Naruto.

EPHITYMIADonde viven las historias. Descúbrelo ahora