The Last Halloween

4 0 0
                                    

Aku tidak merayakan Halloween. Ketika para trick-or-treat keluar dan mulai berkeliaran di jalanku, aku pastikan untuk mematikan lampu depan terasku dan menarik jendela ke bawah. Jika seseorang membunyikan bel ku, tidak menyadari semua upaya pencegahanku, aku bersembunyi di kamar dan berharap agar mereka tidak membunyikannya lagi. Selalu ada ketakutan kalau mungkin itu bukan anak kecil dengan topeng kura-kura ninja atau anak yang mengenakan selembar kain di atas kepala mereka.

Mungkin, mungkin saja, itu Nenek Clark.

Nenek Clark adalah alasan aku berhenti merayakan Halloween. Abigail Clark, yang dikenal semua orang di Hollisfield. Dia adalah wanita tua paling baik dan paling manis yang pernah ada. Dia tinggal di sebuah rumah hijau kecil di puncak Tamarack Lane, yang berbatasan dengan hamparan hutan yang luas. Dia tinggal di sana selama ada yang bisa mengingatnya. Seseorang pernah mengatakan kepadaku kalau dia berusia lebih dari seratus tahun, dan tidak ada seorangpun yang tinggal didekatnya yang menentang kenyataan tersebut. Aku benar-benar mempercayai mereka.

Juniper Street, jalan tempatku tinggal, jalan yang kebetulan menuju hutan yang sama dengan milik Nenek Clark. Ada jalan setapak yang menembus hutan, terus menanjak menuju jalan masuk. Kebanyakan menghabiskan waktu sore hari bermain di hutan itu, memanjat pohon, membangun benteng dari tongkat, atau berlari di jalan berliku dari jalan masuk Nenek Clark ke ujung Juniper Street, berpura-pura kalau serigala menggigit tumitku.

Aku selalu merasa sedikit gugup berada di dekat Nenek Clark. Mungkin itu cara dia berjalan, tampak membungkuk, lengannya menekuk seperti Tyrannosaurus. Mungkin rambut putihnya yang menjulur ke segala arah. Atau mungkin dengan bagaimana cara aku bisa melihat pembuluh darahnya yang jernih melalui kulitnya yang transparan dan berbintik-bintik, dan cara jari-jarinya yang tampak panjang dan tipis yang terlihat tidak normal.

Ibuku pernah mengajakku menemuinya ketika aku berusia tujuh tahun. Mereka berdua bersama menyelenggarakan kerajinan seni meja di pameran lokal. Aku ingat rumah hijau kecilnya yang berbau seperti lavender dan bola ngengat, dan kamar-kamarnya dipenuhi foto anak-anak. Beberapa foto berwarna hitam putih, atau pudar seperti sudah difoto bertahun-tahun yang lalu.

"Apa ini semua anak-anakmu?" Tanyaku pada Nenek Clark.

Dia tersenyum dan melihat sekeliling ruangan. "Ini semua bayi-bayiku yang cantik."

Setelah itu, ketika ibu dan aku berjalan menyusuri jalan menuju Juniper Street, bergandengan tangan, aku mengatakan kepadanya betapa menakjubkannya saat aku berpikir kalau satu orang bisa memiliki begitu banyak anak. Ibu hanya menertawakanku.

"Mereka bukan anak-anaknya," kata Ibu. "Nyonya Clark tidak memiliki anak. Itu adalah foto anak-anak dari orang lain. "

"Kenapa dia punya foto anak-anak dari orang lain?" Tanyaku.

"Karena orang tua mereka memberikan foto anaknya padanya."

"Apa ibu akan memberinya fotoku?"

"Belum saatnya."

Aku menatap ibuku dengan prihatin. "Kumohon jangan."

Ibu mengerutkan keningnya, tetapi tidak mengatakan apa-apa saat berjalan pulang.

Lima tahun kemudian, aku mendapat izin untuk melakukan trick-or-treat dengan temanku Spencer pada hari Halloween. Spencer tinggal di Rosemond Ave, sebuah jalan yang terhubung dengan sejumlah jalan lainnya, termasuk ke Tamarack Lane. Lingkungan di sekitar Rosemond dianggap sebagai daerah terbaik untuk melakukan trick-or-treat di kota, jauh lebih unggul daripada lingkungan di sekitar pinggiran hutan. Bersama-sama, kami meyakinkan kedua orang tua kami kalau kami cukup dewasa untuk melakukannya sendiri.

The Last HalloweenWhere stories live. Discover now